Irene menggeser ikon hijau tanpa bersuara sedikit pun. Tidak ada kata 'halo' atau 'selamat siang' sebagaimana yang semestinya diucapkan ketika menerima telepon.
Jantung Irene berdebar ugal-ugalan. Mau apa sahabatnya menelepon Ishan? Apakah mereka sekarang menjalin hubungan?
"Ishaaaan. Kamu masih di Ambarawa ya?"
Kerongkongan Irene seakan tersekat. Nada manja ini. Irene mengenal Fabiola saat masih sama-sama kuliah. Seingatnya, Fabiola hanya akan bersikap manja pada pacarnya.
Pacar?
Sedekat itukah jalinan di antara mereka sampai Fabiola berani bermanja-manja?
Seharusnya bukan urusan Irene. Ishan boleh berpacaran dengan makhluk mana saja yang dia sukai. Kalau Irene tahu diri seharusnya segera mematikan telepon yang bukan haknya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Tangan Irene membatu, jantungnya seperti diremas tangan tak kasat mata.
"Shaaaan, kamu kok diem aja, Baby? Sibuk ya?"
Irene membasahi kerongkongan. Baby. Jadi Fabiola dan Ishan sungguh sudah berpacaran? Sebagai sahabat yang baik, seharusnya Irene mengucapkan selamat. Namun, ada setitik, ya, meski hanya setitik, Irene merasakan ketidak relaan. Dia tidak ikut berbahagia.
Mata Irene memanas. Sedikit demi sedikit sesuatu yang basah menggenang.
"Ya udah, kalau kamu sibuk, biar aku yang ngomong aja. Aku itu kangen banget sama kamu, Baby. Tau nggak, setiap kali lihat makanan pedas, aku langsung keinget sama kamu. Muka kamu itu..."
Fabiola menjeda kalimatnya karena tertawa nyaring. Seduktif. Irene mengenal tawa itu. Fabiola yang mengajarinya untuk bersuara nyaring di depan laki-laki. Secara alami, laki-laki menyukai perempuan bersuara nyaring. Sebaliknya perempuan menyukai suara berat dan dalam.
"Muka kamu itu seksi banget kalau lagi kepedesan. Keringat kamu bikin aku makin horny, Sayang."
Nyaris saja iPhone 14 Pro Max itu meluncur jatuh dari tangan Irene karena kagetnya. Fabiola berani sekali mengatakan dirinya bernafsu di depan Ishan. Apakah mereka...
"Kapan pulang sih, Baby? Aku siapin kejutan buat kamu. Kebetulan minggu depan bakal konser di Bandung. Savoy Homann tahu kan? Konser kemerdekaan. Aku dapat satu kamar dan bebas ajak teman. You can fuck me under sky full of stars and the beauty of Bandung view."
Perut Irene mual. Sungguh dia ingin muntah. Segamblang ini Fabiola membicarakan seks dengan Ishan. Mereka belum menikah kan? Ishan tidak bilang apa-apa mengenai istri. Terakhir kali menelepon orang tuanya, baik Joyce maupun Maurice tidak menyinggung apa-apa mengenai pernikahan Fabiola.
Fabiola cukup dekat dengan kedua orang tua Irene. Semasa kuliah dia sering berkunjung ke rumah, makan siang dan makan malam di sana. Setiap kali berlibur ke luar negeri, Joyce tak akan lupa membelikan oleh-oleh untuk Fabiola. Kalau sahabatnya itu menikah, Joyce pasti akan heboh bercerita pada Irene.
Pandangan Irene seketika berkunang-kunang. Sebelum kepalanya lebih pening dan perutnya lebih mual, Irene memutus sambungan telepon.
Terburu-buru Irene keluar dari kamar Ishan. Seraya menutup mulutnya dia berlari. Irene tidak dapat melihat dengan jelas. Dia ingin muntah. Secepatnya harus mencari toilet.
Namun tiba-tiba saja tubuh Irene menabrak sesuatu. Tidak, bukan sesuatu, tapi seseorang.
"Kamu kenapa, Rene?" tanya Ishan yang baru saja menuntaskan panggilan alam di toilet.
"Hoek!" Irene memuntahkan isi perutnya ke dada Ishan.
"Hei, what are you doing!" Ishan berteriak, tapi tetap memegangi Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANGGRALOKA
SpiritüelDitinggalkan calon istri satu hari sebelum pernikahan dengan alasan yang mengagetkan, Alexius Ishan Nararya tak dapat menerimanya. Hingga bertahun-tahun kemudian dia harus bersinggungan dengan Irene Moretti sang mantan calon istri dalam keadaan ber...