" Masukkan milikmu, Alan..."
Meg merasa dia sudah dipuncak. Tangannya menggenggam milik Alan dan membantu lelaki itu untuk memasukkannya di tengah keremangan kamarnya. Benda itu cukup besar dan panjang. Membuat Meg sedikit menahan rasa sakit saat milik Alan memasuki ruang kenikmatannya.
Meg setengah hilang kesadaran saat Alan menggoyangkan pinggulnya sembari meremas dadanya yang besar dan bulat. Namun, Meg hanya kehilangan setengah kesadarannya. Setengahnya lagi, dia berpikir.
Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana tiba-tiba mereka hanyut dalam rasa saling menginginkan kepuasan duniawi ini?
Meg mengerang pelan saat ia nyaris menggelinjang, namun Alan masih bergoyang. Seolah dia masih kuat melakuksnnya hingga besok pagi.
" Ah!"
Meg meloloskan satu kata itu dari mulutnya saat cairan hangat menyembur di atas perutnya.
Meg membuka mata. Dia mengerjap berkali-kali saat menyadari lampu kamarnya menyala begitu terang dan ia masih berpakaian lengkap. Tangan kananya memegang dada dan tangan kirinya terletak di atas perut.
Meg berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Namun, dia setengah berteriak saat menyadari betapa sakit pinggulnya.
" Aduh!"
Brengsek. Rupanya, dia bermimpi melakukan itu dengan Alan.
Mengapa harus Alan?
" Kau perlu bantuanku?"
Mendengar suara berat itu, Meg langsung menoleh. Alan bersandar di pintu kamarnya yang tertutup rapat sambil bersedekap.
" Kau... Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Meg gugup. Apakah saat tertidur dia meracau yang macam-macam?
" Itu bukan jawaban."
" Di mana Caitlin?" Meg memindai seluruh kamarnya, namun tak melihat Caitlin di manapun.
" Temanmu sedang ada urusan di rumah."
Meg panik dan langsung meraih ponselnya di atas nakas. Dia berusaha menghubungi Caitlin.
" Halo, Meg. Kau sudah bangun?"
" Kau kemana?"
" Maaf. Aku ada perlu dengan keluargaku. Akan ku kabari jika sudah selesai. Daah!"
Sambungan terputus. Meg menghembuskan napas kasar. Dia membanting ponselnya di atas kasur.
Meg ingin buang air kecil. Tapi, ia tidak mau minta tolong Alan. Nekat, Meg menggeser badan dan menurunkan kakinya ke lantai.
Sakit sekali. Sungguh.
" Kau tidak perlu bantuanku?"
Suara Alan masuk ke pendengarannya lagi. Meg tidak ingin minta tolong kepada Alan. Dia berusaha membuang jauh-jauh segala ingatan tentang mimpinya yang begitu gila. Namun, semakin Meg berusaha melupakan, semakin bayangan itu menghantuinya. Sampai-sampai, Meg lupa jika ia tak dapat berdiri dengan benar karena pangkal pahanya sakit.
Meg nyaris terjatuh lagi. Dia memejamkan mata. Pasrah jika tulang-tulangnya akan patah kali ini. Namun, ia tak merasakan benturan dengan benda keras apapun. Meg justru merasa badannya sedikit menghangat.
Membuka mata, Meg langsung dapat melihat wajah Alan dengan begitu dekat. Hidung mereka nyaris menempel. Bahkan, Meg dapat merasakan embusan napas lelaki Alan yang hangat.
Meg semakin dibuat terkejut saat Alan membopongnya ke kamar mandi. Meg ingin melawan, tapi rasanya ia mau mengompol.
Dengan hati-hati, Alan mendudukkan Meg di atas kloset lalu meninggalkan Meg di sana sembari menutup pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot And Cold
RomanceMeghan selalu tampil panas dalam setiap kesempatan. Sedangkan Alan nyaris tak pernah peduli pada apapun. Termasuk Meg. Suatu hari, Meg dan teman-temannya bertaruh untuk mendapatkan cinta Alan. Siapapun yang berhasil akan diberi hadiah menarik minima...