17. Akhir Permainan

8.8K 70 4
                                    

Pagi ini sama seperti pagi-pagi biasanya. Kampus tampak ramai. Kelas Simbologi lagi. Membosankan. Namun, ruangan kelas yang luas selalu dipenuhi mahasiswa yang antusias dengan berbagai pertanyaan saat sesi itu dibuka.

Meghan berkali-kali menahan kantuk saat orang yang sama tak henti bertanya. Sesekali ia melirik jam di ponsel. Kelas simbol itu harusnya usai lima belas menit yang lalu. Meghan seharusnya bisa mengisi perutnya dengan burger dan cola untuk menghindari perutnya yang keroncongan. Ia juga perlu membasuh muka agar kantuknya hilang.

Perempuan itu menopang dagu. Sembari melirik sekeliling ruangan yang ramai, tapi tidak ada Alan di manapun. Lelaki itu tidak ikut kelas hari ini? Di tengokkannya kepala pada Nikolas yang duduk di kursi belakangnya, bersebalahan dengan Caitlin.

" Alan tidak masuk?" bisik Meghan, lirih, namun berhasil membuat dosen Simbologi bertitel Profesor itu sadar bahwa sedari tadi dia tidak memperhatikan. Sebuah penghapus papan tulis melayang tepat mengenai ubun-ubunnya. " Aduh!" peliknya kaget, lalu membenarkan posisi duduknya.

Profesor itu mengamatinya dalam diam, sembari geleng kepala. Di sebelahnya, Sandra juga tidak berkata apa-apa. Siapa yang berani melawan profesor itu? " Oke, kelas saya akhiri sampai di sini. Jika masih ada pertanyaan lagi, boleh hubungi nomor telepon atau email saya. Kalau tidak sibuk, pasti saya jawab," ucapnya lantas melangkah keluar kelas tanpa menoleh lagi.

Meghan mengelus dadanya, lega. Akhirnya, dia selamat. Profesor itu jelas tidak terlalu mengenali Meghan karena dia bukanlah mahasiswa yang aktif. Jadi harusnya nilainya akan aman.

" Hampir saja." Sandra bergumam pelan. Dia juga tampak menghela napas lega. " Kalau kau sampai ditanyain nama, sia-sia sudah pengorbananku membantumu untuk mendapat nilai bagus." Lanjutnya, sembari terkikik, lalu memutas duduknya untuk bisa berbicara dengan Caitlin.

" Teman-teman, sepertinya aku akan cari makan sebentar. Perutku sudah tidak bisa diajak kompromi." Meghan bangkit, hendak berjalan. Namun, suara Sandra menghentikan langkahnya.

" Tunggu!"

Meghan kembali mendekat ke arah teman-temannya, mengabaikan orang-orang yang menyapa saat melewatinya. Di tempat duduknya, Sandra tampak meneliti Caitlin dengan serius. Matanya menyipit, dua alisnya naik.

" Akhir-akhir ini kalian sering bersama?" seolah baru menyadari sesuatu, Sandra bertanya.

Caitlin tampak terkejut. Namun tidak dengan Nikolas. Lelaki itu justru tersenyum lebar, menunjukkan gigi-giginya yang rapi, sembari menarik Caitlin dalam pelukannya.

" Ah, maaf, kami belum memberitahu kalian ya," lelaki itu tampak canggung. Tangannya nenggaruk-garuk kepalanya sendiri, tampak kebingungan. " Sebenarnya..."

Meghan dan Sandra menunggu.

" Kami berpacaran." Nikolas akhirnya mengatakan dua kalimat itu dalam satu tarikan napas.

Sandra menganga. Matanya melebar. Begitu juga dengan Meghan. Perutnya yang semula keroncongan mendadak kenyang. Lalu, mereka berdua tertawa hambar. Entah apa artinya, keduanya juga bingung.

Sandra melirik Meghan, " kau sendiri dengan Brian bagaimana?"

Yang ditanya menjadi salah tingkah. Diusap tengkuknya guna menghilangkan gugup yang mendera.

" Katakan saja, Meg." Caitlin menarik tubuhnya dari pelukan Nikolas, berdiri dan berjalan mendekati Meghan. " Katakan apa yang ingin kau ungkapkan."

Meghan mengatur napas. " Aku tidak tahu hubungan kami apa. Tapi, aku nyaman dengannya." Akunya.

Sandra membuang napas. Membuang muka. Lalu tertawa keras. Sampai-sampai beberapa orang yang tersisa di kelas meliriknya yang heboh sendiri. " Syukurlah... Akhirnya, aku menang!"

" Menang?" Caitlin langsung menyadari apa maksud Sandra, hanya saja dia terkejut karena mengapa tiba-tiba jadi Sandra yang menang? Dia bahkan sama sekali tidak dekat dengan Alan.

" Karena kalian berdua mengundurkan diri, jadi aku yang menang. Oke, aku tunggu hadiahnya, maksimal sampai akhir minggu ini ya." Senyumnya mengembangkan penuh kemenangan. Lalu berdiri, meraih jemari Meghan, " ayo kita cari makan."

***

" Apa yang terjadi di antara kalian?" Nikolas begitu penasaran dengan maksud perkataan Sandra tadi.

Caitlin membuang napas, kembali duduk di sebelah Nikolas, " aku beri tahu tapi kau jangan marah ya."

Nikolas mengangguk setuju, karena rasa penasarannya sudah berada pada level paling tinggi.

" Sebenarnya, kami taruhan." Caitlin menceritakan perjanjian mereka yang bahkan hanya disepakati oleh Sandra seorang. Lalu, ia tertawa menyadari jika permainan ini begitu konyol karena mereka bahkan tak ada yang berhasil mendekati Alan, kecuali Meg. " Jika aku yang menilai, seharusnya Meg yang menang, karena diantara kami bertiga, Meghan lah yang paling dekat dengan Alan." Caitlin bahkan pernah memergoki mereka berduaan.

" Mau siapa yang paling dekat dengan Alan, tetap saja kalian semua tidak ada yang menang. Tidak ada yang berhasil menjadi pacar Alan, bukan?" Nikolas tampak tak setuju dengan klaim Sandra setelah mendengar semuanya dari Caitlin. " Kau... punya uang untuk beli hadiah kekalahan?"

Caitlin menggeleng lemah. Meski ia bekerja sebagai kasir restoran, tetap saja kekurangan. Karena kebutuhan keluarganya lebih penting daripada membeli hadiah itu.

" Bagaimana kalau kubelikan?"

Mendengar tawaran Nikolas, sontak Caitlin mengangkat kepalanya. Dia terkejut, " tidak usah. Aku tidak mau merepotkan."

Seulas senyum menghiasi wajah Nikolas, " tidak apa-apa. Anggap saja aku mentraktirmu."

" Tapi..."

" Sudahlah. Aku senang melakukannya untukmu."

***

Hot And ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang