16. Rencana Menghentikan Permainan

5.6K 56 0
                                    

Meg terbangun di salah satu kamar Sandra yang luas. Kepalanya pusing bukan main. Dia sampai harus beberapa kali memijit pangkal hidungnya yang terasa pusing.

Meghan ingat kalau semalam ia mabuk berat. Bisa saja sampai pingsan karena dia tidak mengingat apa pun setelah itu. Di sebelahnya, Sandra masih terlelap. Mendengkur lumayan keras, membuat dia tidak betah berada di sebelah sahabatnya.

Sandra pasti kelelahan karena mengurus acara ini sendirian. Seharusnya Meghan membantunya. Tapi, dia malah sakit.

Meghan berjalan keluar kamar, ingin mencari sesuatu yang bisa ia makan di dapur untuk sekadar mengganjal perut. Tapi saat sampai dapur, Meghan dikejutkan dengan Caitlin dan Nikolas yang... ah! Meghan harus menahan perutnya yang keroncongan beberapa waktu lagi sampai Caitlin dan Nikolas selesai.

Meghan duduk di sofa yang mengadap jendela. Hari sudah lumayan siang. Di luar tampak cerah karena sedang musim panas.

Sebelum melihat peristiwa barusan, Meghan sudah menduka jika Caitlin dan Nikolas merahasiakan sesuatu. Tapi, buat apa Meghan banyak tanya, toh jika Caitlin memang menyukai Nikolas, dia juga tidak akan segan untuk bercerita kepada Meghan dan Sarah.

" Kau juga melihatnya?"

Meghan tersadar saat tiba-tiba wajah Alan muncul di depannya. Lelaki itu duduk di seberangnya, berhadapan.

" Apa yang kau bicarakan?"

" Lupakan."

Meghan menyipit. Mengamati Alan lamat-lamat. Lelaki di depannya tampak baik dan tidak macam-macam. Akhir-akhir ini pun, Meghan cukup akrab dengannya. Rasanya tidak enak jika permainan yang Sarah cetuskan harus berlangsung lebih lama. Lagi pula, Meghan sudah memutuskan untuk menyebut dirinya dan Brian berpacaran. Caitlin pun jelas memiliki perasaan terhadap Nikolas. Lantas, untuk apa permainan ini dilanjutkan?

Meghan hanya khawatir jika pada akhirnya permainan itu akan menyakiti hati satu atau beberapa orang. Meskipun dibilang perempuan paling panas, Meghan tidak sanggup jika harus menyakiti perasaan temannya sendiri.

Bukankah Alan sudah menjadi temannya sekarang? Bahkan lelaki itu yang membantu memperbaiki tulang ekornya yang sedikit bergeser. Jika bukan karena Alan, apakah dia sudah bisa duduk begini hari ini? Belum tentu.

" Apa yang kau lihat?"

Meghan mengerjap. Tidak sadar jika ia mengamati Alan tanpa berkedip dalam waktu yang cukup lama.

" Aku melihat pohon di halaman daunnya mulai berjatuhan. Mungkinkah sebentar lagi musim semi akan tiba?" Meghan beralasan.

Alan menoleh ke belakang, " tidak ada daun jatuh. Kau mengigau?"

Meghan jadi gelagapan, " tadi ada."

Tidak ada jawaban lagi dari Alan. Sepertinya lelaki itu tidak tertarik membahas musim semi.

" Emm," Meghan ingin memulai obrolan, tapi bingung dia harus bertanya dari mana, " kau ada urusan apa di SD dekat kampus?"

***

Alan menyipit. Perempuan di depannya tampak lebih tertutup dari biasanya. Tapi tetap saja, dengan bentuk tubuh seperti itu, Meghan tetap tampak seksi.

Meghan jelas mengamatinya dari tadi. Tanpa berkedip. Alan sengaja diam saja. Tapi lama-lama tidak nyaman juga dipandangi seperti itu. Akhirnya, Alan memutuskan menegur Meghan.

" Kau ada urusan apa di SD dekat kampus?" perempuan itu bertanya tiba-tiba. Sembari menggigit bibir bawahnya yang tebal.

Pertanyaan itu jelas tidak terduga. Dari mana juga Meghan bisa tahu hampir setiap hari Alan mengunjungi SD dekat kampus?

Hot And ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang