" Aaaa!"
Meg menjerit. Sangat kencang. Gila, rasanya sakit sekali! Apa yang baru saja Alan lakukan?
Membuka mata, Meg tak lagi melihat Alan menindih tubuhnya. Lelaki itu duduk di sisi ranjang sembari memandangi Meg dengan pandangan heran.
" Apa yang baru saja kau lakukan?" Meg menuntut penjelasan. Ia mengusap pinggulnya yang terasa amat ngilu.
" Jangan banyak bergerak."
Bukan itu jawaban yang Meg inginkan. Perempuan itu membuang muka dan hendak memiringkan posisi tidurnya agar tak melihat wajah Alan lagi.
Meg memiringkan posisinya, membelakangi Alan. Ia merasa sedikit ngilu di bagian pinggulnya. Dalam hati, ia mengucap sumpah-serapah pada lelaki yang masih duduk di belakangnya.
" Sudah baikkan?"
Suara si penanya membuat Meg muak. Namun, perasaan itu berubah saat Meg menyadari pinggulnya tak sengilu sebelumnya.
Ini sakit. Tapi hanya sedikit. Meg mencoba bergerak, merubah posisi menjadi telentang, lalu miring ke arah Alan. Tidak sesakit sebelumnya!
" Sepertinya sudah baikkan."
Meg mengalihkan pandangan ke arah Alan. Mengulas senyum lebar sembari berusaha untuk duduk. Namun, ia masih belum semampu itu. Bokongnya masih begitu sakit.
" Apakah... tadi..." Meg tak melanjutkan.
Alan tak ingin tahu apa kalimat selanjutnya. Matanya, kehilangan fokus pada belahan dada yang kelihatan begitu jelas.
" Terimakasih."
Alan mengerjap. Mendapatkan kembali kesadarannya. Dia mengulas senyum tipis dan meraih sebuah plum dari dalam kantong plastik di atas nakas.
" Plum?" dia menawarkan.
" Tidak."
Alan memasukkan buah itu ke dalam plastik.
" Um... boleh aku bertanya sesuatu?"
Alan menaikkan sebelah alis.
" Sejak kapan kau bersandar di pintu itu saat aku tidur?"
Alan mengingatnya lagi. Perempuan ini benar-benar mempermainkan hasratnya!
" Lumayan lama."
" Apa aku mengigau?"
Alan tak langsung menjawab. Pikirannya kembali membayangkan wajah sensual Meg yang meremas dadanya sendiri.
" Alan?"
Alan tak menjawab. Sebagai tanggapan, ia memegang pinggul Meg, " apakah sudah lebih baik?" tanyanya sembari mengusap pinggul itu dengan tangannya.
" Ya," Meg menjawab. Pelan.
Kini, Alan menggunakan sebelah tangannya lagi untuk mengusap pinggul Meg yang sebelah lagi.
" Kalau yang ini?" tanyanya sembari menatap mata Meg yang mulai tidak fokus.
" Alan... jangan..."
Belum selesai Meg berkata, Alan menaikkan tangannya, mengusap perut Meg. Tidak ada perlawana dari perempuan itu. Yang ada, Alan malah mendengar helaan napas Meg yang semakin berat tanpa protes.
Alan, menaikkan tangannya lagi sampai dada. Sudah ditebak, Meg tak mengenakan bra. Putingnya menonjol, kelihatan dari baju tidurnya yang tipis.
Jemari Alan menari di atas sana. Memutar-mutar ujung telunjuknya di dekat puting. Sesekali mencubit pelan tonjolan kecil yang membuatnya penasaran akan benda mungil di baliknya.
Meg memejam. Tangannya meremas sprei ranjangnya yang berwarna merah muda. Tarikan napasnya kuat, hingga dadanya naik turun, sedikit membesar dan kelihatan tegang.
Melihat Meg sudah terangsang dengan sentuhannya, Alan memasukkan jemarinya ke balik pakaian tipis Meg. Memainkan benda di baliknya sama persis seperti apa yang sebelumnya ia lakukan di atas kain tipis yang melekat di tubuh Meg.
Meg melenguh, membuat Alan sadar jika perempuan itu menikmatinya. Maka dari itu, Alan meremas dada Meg dengan kedua tangannya. Dia naik ke atas ranjang. Tak bisa memungkiri jika sejak melihat Meg tidur, Alan sudah menginginkannya.
" Ah!"
Suara itu keluar dari mulut Meg. Alan menyambar bibir sensual yang sejak tadi menggodanya. Seolah-olah melambai minta dihampiri. Kini, bibir mereka saling menempel, berpangutan begitu panas.
Tangan Meg yang tadinya meremas sprei, kini melingkar di leher Alan. Mengusap tengkuk lelaki di atasnya yang terbakar hasrat ingin menggaulinya.
Ciuman Alan turun ke leher, ke telinga. Menjilati leher dan telinga itu, membuat Meg kian menggila. Sekarang, Alan menurunkan baju lengan baju tidur Meg hingga dua buah bola yang membuatnya penasaran terlihat begitu jelas. Tegak dan keras, seolah menantang kebolehan Alan dalam menghisapnya.
Alan menghisap beda itu dengan ganas. Bergantian. Lidahnya berputar-putar di sana sembari tangannya melepaskan pakaian tak penting yang menutupi keindahan tubuh Meg.
" Sssst!"
Alan begitu menyukai suara yang keluar dari mulut Meg. Singkat, namun membuat dirinya semakin ingin berimprovisasi dalam menjelajahi tubuh indah ini. Terlebih setelah pakaian tidur Meg sudah terlepas sepenuhnya. Hanya tersisa celana dalam yang sudah basah.
Alan menurunkan ciuamannya. Ke perut, sambil mengusap dada Meg. Sadar jika celana dalam Meg sangat basah, ia mengalihkan tangannya ke sana. Mengusap celana dalam Meg yang basah dan sukses membuat Meg mengeluarkan suara-suara indah.
Ia harus hati-hati. Alan harus memastikan jika Meg tidak kesakitan, terutama bokongnya. Sebenarnya Alan ingin meremas bokong Meg, tapi ia tidak sekejam itu saat mengetahui tulang bokong besar ini sedang retak.
Alan sengaja menghentikan tindakannya. Tak lama, Megembuka mata. Napasnya ngos-ngosan.
" Apa yang kau lakukan?" tanyanya. Entah protes karenya Alan menghentikan hal yang dia inginkan atau karena Alan telah lancang melakukan hal ini kepadanya.
" Apa yang kau inginkan?" Alan sudah dapat membaca gerak-gerik Meg. Namun, ia tetap bertanya, setidaknya memastikan jika ia tidak memaksa Meg melakukan ini.
Meg menarik tangan Alan dan menyelinapkan jari-jemari kekar itu ke balik celana dalamnya yang basah. Alan tak perlu berpikir lebih lama. Ia sudah tahu apa yang Meg inginkan.
Alan mengusap-usap bibir tebal di bawah perut Meg. Sedikit berbulu. Kemudian saat Meg melebarkan kakinya pelan-pelan, jari tengah Alan masuk ke dalam milik Meg yang basah. Dia memainkan tonjolan kecil di dalam sana dan sukses membuat Meg tak henti-hentinya merintih. Alan senang, melihat betapa ia bisa memuaskan Meg.
Jari itu masuk ke dalam titik pusat kenikmatan Meg. Alan menggoyangkan jemarinya di dalam sana sambil mengamati pinggul Meg meg yang ikut bergoyang.
Alan mengulas senyum. Pinggul itu kelihatan sudah normal. Sembari membiarkan jemarinya menari, Alan kembali menghisap dada Meg yang empuk. Membuat Meg semakin menggila. Rintihan demi rintihan kenikmatan membuat Alan semakin mempercepat ritme jemarinya hingga ia merasa Meg akan mencapai puncak. Tubuh indah itu gemetaran, lalu menggelinjang dan Alan merasakan cairan hangat membasahi jemarinya. Alan mengeluarkan jari tengahnya. Membaringkan tubuh di sebelah Meg yang ngos-ngosan, namun ada seulas senyum terukir di bibir sensual perempuan itu.
Alan memejamkan menutupi tubuh Meg dengan selimut dan mengamati wajah puas di sebelahnya lamat-lamat. Dia cantik. Seksi. Dan hebat di ranjang. Saat Meg membuka mata, mereka saling beradu pandang.
Meg yang memulai mengulum senyum, meski ada raut heran di sana.
Alan membalas senyum itu, tipis. Ia lantas memposisikan diri di sebelah Meg dan memejamkan mata.
" Bodoh! Bagaimana aku bisa begini, padahal dia masih berpakaian lengkap."
Meski tak melihat, Alan dapat mendengar jelas suara Meg mengutuki dirinya sendiri.
Dia tidak bodoh. Justru, Alan yang merasa bodoh karena ia belum dipuaskan oleh Meg.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot And Cold
RomanceMeghan selalu tampil panas dalam setiap kesempatan. Sedangkan Alan nyaris tak pernah peduli pada apapun. Termasuk Meg. Suatu hari, Meg dan teman-temannya bertaruh untuk mendapatkan cinta Alan. Siapapun yang berhasil akan diberi hadiah menarik minima...