"Mau ngomong apa, nih?"
"Gue sama Lesta enggak pacaran."
Grama menaikkan sebelah alisnya. "Itu doang?" Grama menoleh pada Lesta dengan tatapan tidak percayanya. "Lah, anjir!" umpat Grama saat Lesta tersenyum dengan wajah tak berdosanya. "Buang waktu gue aja lo pada!" sentak Grama kembali menatap Ardi yang bengong, terkaget dengan umpatannya.
"Ck, gue banyak kerjaan ini." Grama mendesah sambil menarik rambut kuncir kudanya.
"Lo berdua!" tunjuk Grama pada Ardi dan Lesta, "gue beneran enggak peduli lo pada mau pacaran atau enggak, itu bukan urusan gua!"
Ardi menatap Lesta dengan kernyitan di dahinya, seolah bertanya, "Yang di depannya itu Grama bukan? Kok kasar?"
Lesta tertawa melihat kebingungan Ardi, dan kekesalan Grama. "Grama udah tau Di." Dan itu sukses membuat Ardi bengong tak mengerti.
"Udah belum, nih?" tanya Grama, "gue serius banyak kerjaan."
"Bentar dong Ama, kan belum makan." Lesta menjawab sambil mencatat pesanan pada secarik kertas yang memang ditinggalkan pelayan.
"Gaul sama lo, bisa miskin gue Les," decak Grama menyambar secarik kertas itu dari tangan Lesta dan menulis air putih di sana, "buang uang mulu gue sama lo," gerutunya sambil menambah pesanan nasi goreng.
Lesta tertawa yang mana membuat Grama mendelik sebal ke arahnya.
"Mau pesen, gak?"
"Eh?" Ardi menggaruk tengkuknya saat Grama bertanya padanya dengan satu alis terangkat, sungguh, gadis yang kini duduk di depannya itu tampak berbeda.
"Gue kentang goreng aja," jawabnya.
"Minumnya?" Grama mendongak setelah menulis kentang goreng.
"Teh manis dia."
"Teh manis aja."
Jawab Lesta dan Ardi berbarengan.
Grama menatap keduanya bergantian. Gadis tomboi itu mengulum senyum sambil menunduk mencatat pesanannya.
"Duit!" Grama menadahkan tangannya.
Lesta dan Ardi kompak menyodorkan uang lima puluh ribuan. Lagi, Grama mengulum senyumnya.
Pipi Lesta memerah, gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, begitu pun Ardi yang menggaruk tengkuknya.
Setelah memesan, Grama kembali lagi dengan uang kembalian. "Tuh, hitung sendiri," ujarnya.
Lesta mengulurkan tangannya, pun Ardi yang tidak sengaja menyentuh tangan gadis itu.
Keduanya berpandangan. Grama yang melihat itu berusaha keras menahan tawanya, tetapi tak bisa tawa Grama tetap pecah menarik perhatian pengunjung lain yang kini menatap ke arah mejanya. Namun, Grama tidak peduli, baginya melihat kedua manusia yang tengah kasmaran itu sangat menggelikan, menggelitik perutnya, seperti ada yang menerbangkan kupu-kupu di dalam sana.
Astaga!
Grama tidak menyangka bahwa dirinya sudah benar-benar gila!
Bagaimana dia bisa berpikir bahwa kecewa yang sempat dia rasakan adalah karena menyukai laki-laki di depannya.
Padahal jika berhadapan dengan Lesta dan Ardi, dan melihat sendiri bagaimana mereka begitu cocoknya, Grama merasa ingin menjodohkan mereka.
Ternyata Grama salah mengartikan perasaannya. Dia tidak menyukai Ardi, dia hanya merasa nyaman dengan laki-laki itu sebagai orang yang baru dikenalnya.
Dia bahkan baik-baik saja saat Lesta dan Ardi memperlihatkan kedekatan mereka padanya.
Sepertinya memang benar, dia hanya takut kehilangan.
Takut kehilangan dirinya, temannya, dan teman barunya.
"Cocok kalian," ujar Grama setelah meredakan tawanya. "Jodoh kali, ya," celetuknya yang dibalas sikuan dari Lesta.
Pura-pura tidak peka, Grama justru semakin menjahili Lesta. "Cie yang pipinya merah kayak abis nyolong blush-on orang."
Tak disangka Ardi tertawa dengan candaan garingnya.
"Tuh, Les. Jodoh lo ketawa, gue dapat pahala," ujarnya yang langsung berhasil membuat Ardi tersedak salivanya.
Laki-laki itu bedeham sambil menoleh ke kanan. Ke arah pelayan yang datang membawa pesanan.
Selamat, batinnya.
Grama masih tertawa jahat saat meminum air putihnya.
"Kesedek lo!" decak Lesta karena kesal dengan kelakuan Grama.
Bukannya tersedak, Grama justru menangis pura-pura. "Jahatnya temen gue, untung gue enggak sayang hiks."
"Ih! Grama!" kesal Lesta.
Sukses membuat Grama tergelak olehnya. Serasa kafe milik nenek moyangnya saja. Bahkan Ardi meringis melihat orang-orang menatap meja mereka.
'Gue? Muka dua? Salah dude! Gue muka banyak'
Atur aja deh atur
Maaf kalau kasar, tapi D suka yang realistis aja ya, kan
Kalau gak bisa jadian, ya temenan, kalau masih jadi beban, ya tinggal
KAMU SEDANG MEMBACA
No Crush No Love ✅
Teen FictionBukannya gue enggak percaya sama yang namanya kekuatan cinta, tapi apa gue mesti terlibat dalam menunjukannya? Apa bisa bawang merah kayak gue gantiin posisi putri keraton kayak Lesta? Mungkin bisa, kalau soal hati siapa yang, tau kan, ya Masalahnya...