No Love

6 8 0
                                    

Grama menahan tawanya. Gadis tomboi itu tengah bersandar pada gerbang sekolahnya memperhatikan Lesta yang tengah mengobrol dengan Ardi sebelum berpisah.

"Pulangnya aku enggak bisa jemput." Ardi membenarkan posisi rambutnya yang mencuat keluar menutupi mata.

Lesta yang melihat itu gemas sendiri sampai mengulurkan tangannya membantu Ardi, jangan lupakan omelan khas gadis ayu itu. "Rambutnya nakal ya, yang punya lebih nakal lagi. Diminta cukur bukannya nurut malah nongkrong, panjangin aja rambutnya kayak gitu sampai Grama enggak bisa bedain mana Lesta mana Ardi."

Kena omel bukannya sadar, Ardi malah ketawa.

Pinter banget emang anak mamah dan bapaknya itu.

Grama terkekeh geli melihatnya. Gadis itu pun menghampiri keduanya. "Pacaran kok depan gerbang, benar-benar enggak modal."

Lesta menoleh padanya, gadis ayu itu sudah kembali bersikap biasa pada Grama.

"Ama, gue nyesel deh pacaran," adu Kesra.

Grama mengerutkan keningnya. "Ya udah putus aja, gampang," ujarnya yang membuat Ardi melotot menatap keduanya.

"Ya jangan! Masa putus. Gue kan mau serius."

"Cie, yang mau serius."

"Emang kamu bercanda?"

"Ya enggak," bantah Lesta gelagapan, dan melirik Grama meminta bantuan. Namun, Grama malah asyik lirik kiri lirik kanan sampai matanya berbinar ketika menemukan manekin berjalan.

"Anjir Les! Guru baru cakep amat. Gebet ah!"

Tanpa menunggu lama Grama sudah ngacir memulai modusnya.

Lesta yang ditinggalkan begitu saja hanya bisa membulatkan mulutnya.

Otaknya loading seketika.

Itu yang tadi temannya? Bantinnya.

Bukan hanya Lesta yang terkejut, tetapi Ardi juga. Bahkan laki-laki itu melongo melihat gadis kucir kuda itu melakukan aksi layaknya artis di dalam sinetron.

Brak

"Aduh, maaf Pak. Saya sengaja."

"Eh?"

"Sini deh, saya bantu meringankan beban Bapak." Grama yang berhasil menubruk gurunya itu berjongkok sambil membereskan buku-buku tebal yang berserakan tak luput dari kesalahannya.

Lesta yang jaraknya masih bisa menjangkau suara dan gerak-gerik Grama itu melirik Ardi yang tak kunjung pergi.

"Sampai kapan di sini? Kamu mau kesiangan?" tanyanya yang membuat Ardi salah tingkah dan tersenyum sungkan padanya. "Surprise ya, temenmu," ujarnya tanpa sungkan yang dibalas Lesta tawa yang berhasil menarik perhatian beberapa orang.

Termasuk Grama yang melihat sendiri guru barunya itu menatap Lesta.

"Temen saya itu Pak, udah punya pacar." Hilang sudah mood Grama. Apalagi saat pria yang dikiranya Guru baru itu menoleh padanya dengan satu alis yang terangkat.

"Kamu ngomong sama saya?"

F**k!

"Tembok!" sentak Grama menyerahkan kembali buku yang ada di tangannya pada pria yang kini masih menatapnya seolah dia adalah makhluk asing yang bukan turun dari khayangan.

"Enggak jadi saya bantuin Pak, misi. Semoga kita enggak bertemu lagi," pamit Grama sebelum melarikan diri.

Apa yang Grama harapkan? Semua laki-laki sama saja!

Tanpa membuang waktu Grama berjalan lurus menuju kelasnya.

Sungguh apa yang sempat dia lakukan sangat memalukan!

"Gra ...."

"Sutt! Diem! Gue lagi enggak mood!" potong Grama dengan galaknya.

Fitria mencebik. "Kapan sih emang lo lagi mood? Tiap hari juga lo sama aja enggak ada bedanya."

"Ya iya lah kalau sama itu berarti enggak beda. Emang tuh yang namanya cowok di mana-mana sama aja! Apaan dikasih liat cewek cantik dikit aja langsung berbinar-binar. Kalah tuh lampu jalan terangnya sama tuh mata. Rasa mau gue colok aja."

Fitria mengerjap.

Ini temannya? Batinnya.

Grama menarik kuncirannya yang membuat rambutnya tergerai sempurna. Pergerakannya itu tak luput dari tatapan tajam pria berseragam yang baru saja memasuki kelas Grama.

"Pagi."

Suara berat itu berhasil mengalihkan atensi seluruh siswa yang ada di kelas Grama. Melihat siapa yang baru memasuki kelasnya, Grama memasang wajah sinis yang kentara apalagi saat melihat Lesta yang mengambil alih tugasnya.

No Crush No Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang