Fire or Fair

8 5 0
                                    

"Grama dengerin gue dulu!" Lesta mengejar Grama yang keluar dari kelas bersama Fitria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Grama dengerin gue dulu!" Lesta mengejar Grama yang keluar dari kelas bersama Fitria.

Gadis tomboi itu lantas berbalik ke arahnya. "Ya?"

Lesta menarik napas panjang, dan mengembuskannya, sebelum menarik tangan kanan Grama untuk dia genggam.

"Lo salah paham," ujar Lesta sebagai pembukaan.

Gadis ayu itu tampak tak senang saat Grama justru tersenyum, dan bersikap selayaknya orang yang mendengarkan. Lesta tidak suka Grama yang seperti itu, seperti bukan temannya. Grama yang Lesta tahu akan selalu menyahutinya tidak diam mendengarkannya. Grama akan menautkan alisnya alih-alih tersenyum seperti itu. Lesta mau temannya yang lama!

"Grama, please."

"Gue denger Les."

"Lo jangan diem aja!" bentak Lesta akhirnya. Napas gadis itu memburu karena kesal, bahkan tangannya mengguncang tubuh Grama. "Lo harusnya tanya ke gue Grama!" teriak Lesta dengan frustasinya.

"Hey, kenapa?" tanya Grama dengan senyumannya. Gadis tomboi itu masih terlihat santai, bahkan seolah tidak terganggu dengan sikap Lesta yang tiba-tiba menjadi barbar. Tangannya menggapai tangan Lesta yang mulai melemah saat mengguncangnya. "Ayo ikut gue." Lantas Grama menarik Lesta ke samping gedung sekolah yang jarang ada orang berseliweran.

Fitria pun memberi waktu untuk keduanya. Gadis itu bahkan memelototi siapa pun yang terlihat kepo dengan urusan Lesta dan Grama. "Gak usah gosip kalian semua!" ancamnya.

Di lain sisi, Grama duduk lesehan di atas lantai yang tidak terawat. Menunggu Lesta yang berdiri di sampingnya untuk buka suara.

"Gue enggak suka sama Ardi." Lesta menunduk menatap Grama yang justru terlihat lebih tertarik pada rumput liar yang tumbuh di depannya. "Grama gue enggak bohong," ujar Lesta dengan nada frustrasinya.

Gadis itu sudah cukup lelah dengan keadaan rumah, dan tidak ingin kesalahpahaman yang terjadi di sekolah terus berlanjut semakin lama.

"Gue tau kok." Grama mendongak dan lagi-lagi menunjukkan senyumannya. "Gue tau, Les. Lo enggak suka sama dia, tapi sayang kan sama dia."

"Grama ...."

"Ardi juga sayang sama lo, Les," sela Grama, "selebihnya itu bukan urusan gue."

"Grama enggak gitu," bantah Lesta. Gadis itu pun duduk di samping Grama dan menenggelamkan wajahnya di atas kakinya yang tertekuk. "Hiks, bisa enggak sih lo percaya sama gue." Dan gadis itu pun tak kuasa menahan tangisannya.

Grama tertegun tentu saja. "Les," panggilnya.

"Gue capek Ama, gue capek," lirih Lesta di sela isak tangisnya. Grama pun mengulurkan tangannya mengusap punggung kecil Lesta yang terisak semakin menenggelamkan wajahnya.

Tak ada sepatah katapun yang Grama ucapkan untuk sekedar menenangkan. Gadis itu hanya bernapas, diam, mendengarkan, dan mengusap bahu Lesta yang perlahan mulai tenang.

Gadis ayu itu mendongak dengan wajah memerahnya. Bekas air mata masih ada di pipinya, jangan lupakan ingus yang ikut keluar, yang mana membuat Grama tak kuasa menahan tawa.

"Anjir! Muka lo jelek banget sumpah!" ejek Grama dengan tawa puasnya. Bukannya merasa tersinggung Lesta justru tersenyum, dan ikut tertawa saat menyedot ingusnya.

"Jorok!" maki Grama menyeka sudut matanya yang meneteskan air mata.

"Sedih, ya?" tanya Lesta dengan tawa getirnya.

"Seneng gua!" elak Grama.

Lesta tertawa menanggapinya. Meskipun begitu tangannya sibuk menyeka air mata.

"Cengeng," olok Grama dengan tangan membantu mengusap air mata Lesta dengan kasarnya.

Plak

"Sakit Grama!" Lesta memukul tangan Grama yang menarik pipinya.

"Gemes gue! Apaan banget pake acara nangis segala! Nanti pingsan lagi, gue yang kena."

"Ya lonya nyebelin!"

"Kok, gue!" Grama tertawa seolah mengejek Lesta.

Lesta menghembuskan napasnya.

"Gue capek," keluh Lesta.

"Ya istirahat, gitu aja mesti gue kasih tau!" balas Grama dengan songongnya.

"Ih! Gue serius Grama," kesal Lesta.

"Iya deh yang serius," ujar Grama malas-malasan. "Kenapa?" Grama memiringkan badannya. Siap mendengarkan cerita Lesta.

"Gue disuruh ambil jurusan kedokteran."

Grama diam.

"Tapi kan lo tau, gue enggak suka."

"Lo bilang enggak suka juga tuh sama si Ardi, padahal lo suka, kan sama dia."

"Grama!" geram Lesta, "jangan mulai, ya!" ancamnya, dan Grama tertawa mengejeknya. "Lanjut dah, lanjut," ujar Grama.

"Enggak ah."

"Dih, gitu aja marah!"

"Gue enggak mau masuk kedokteran pokoknya!" tegas Lesta.

Grama mengangguk setuju. "Enggak cocok emang," sahut Grama, "yang ada pasien lo meninggal," lanjutnya dengan kejam.

"Grama, mulutnya," decak Lesta.

"Apa? Bener kan?"

"Enggak!" bantah Lesta.

"Ya udah masuk kedokteran," putus Grama seenaknya.

"Grama!" geram Lesta, dan itu membuat Grama tertawa puas sampai memegangi perutnya.

"Gue mau ambil jurusan yang gue mau," tekad Lesta.

"Lo mau jadi artis kan, dulu." Grama masih ingat itu.

"Kayaknya enggak bisa," desah Lesta, lagi-lagi Grama menyeletuk dengan kejinya, "iya kayaknya emang enggak bisa, udah putus asa aja jangan semangat! Lo kan enggak bisa apa-apa."

Lesta mengelus dadanya. "Grama lo kelewatan tau gak."

"Kenapa? Enggak suka? Masalah? Ya udah pergi sana!" tantang Grama yang membuat Lesta berdecak keras menanggapinya. "Tega," ujarnya.

"Ya abisnya, belum juga dicoba udah bilang enggak bisa."

"Kan, kayaknya Grama," geram Lesta.

"Marah-marah mulu lo, ah!" ujar Grama, "balik ke kelas aja udah, besok-besok lagi dipikirinnya." Gadis tomboi itu melompat berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya.

"Soal Ardi gimana?" tanya Lesta masih pada posisinya.

"Ya gak gimana-gimana," sahut Grama dengan santainya, dan melenggang pergi begitu saja.

"Ya gak gimana-gimana," sahut Grama dengan santainya, dan melenggang pergi begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunno :) I just thought that I want to be your girl today and be a very messy girl. May i

No Crush No Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang