Namanya juga Grama

9 7 1
                                    

"Hum?" Grama menoleh dengan dagu terangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hum?" Grama menoleh dengan dagu terangkat.

"Ardi jemput lagi," bisik Lesta.

"Oh, ya udah." Grama kembali menyalin tulisan di papan tulis.

"Gue harus klarifikasi."

"Gayaan klarifikasi," ejek Grama pada gumaman Lesta yang masih terdengar olehnya.

"Ish! Nguping aja!"

"Nulis Les, nulis. Calon dokter harus pinter," ujar Grama dengan nada ejekan di akhir kalimatnya.

Lesta mendelik sebal ke arahnya, meskipun begitu gadis itu tetap memulai aktifitasnya, dan Grama sukses geleng kepala.

Tidak ada yang tau kan kelakukan barbar teman ayunya itu? Grama bocorkan, Lesta itu ... sering kali mendengarkan musik daripada mendengarkan guru menyampaikan pelajaran. Luar biasa, kan!

Gadis itu menyembunyikan earphone-nya di balik rambut yang tergerai. Itu berlaku untuk mata pelajaran yang sekiranya memang membosankan baginya. Grama pun tak ambil pusing dengan itu, toh Lesta tetap akan menyeimbangi kelakuannya itu dengan fokus saat mata pelajaran matematika.

Jika Grama cenderung mengerjakan sebisanya yang penting selesai, dan semuanya beres untuknya, maka lain dengan Lesta ... gadis itu akan mengabaikan tugas yang memang tidak diminatinya, dan menekuni pelajaran yang memang disukainya ... sesulit apa pun tugas dari mata pelajaran itu akan tetap dikerjakan dengan sangat serius olehnya. Pantang selesai sebelum menemukan jawaban.

Contohnya sekarang, saat jam pelajaran berganti.

Lesta sudah melipat tangannya di atas meja siap mendengarkan guru yang menjelaskan. Sedangkan Grama menopang dagunya dengan sebelah tangan.

"Masih materi limit," desah Grama menggaruk keningnya. Gadis itu sudah bosan sebenarnya, sangat teramat bosan dengan materi yang diulang.

"Sutt." Lesta mendelik tak suka, padahal Grama sudah bersuara sekecil mungkin, tetapi gadis ayu itu masih saja terusik olehnya.

"Udah pinter gue," decak Grama menutup kembali buku tulisnya.

Lesta tak menanggapi. Gadis itu sangat serius menatap papan tulis yang berisi cara-cara mengerjakan soal limit yang menurut Grama sama dengan buku paket yang ada di atas mejanya. Gurunya itu hanya menjelaskan kembali.

Itulah yang membuat Grama bosan, dia ingin soal yang berbeda, dan cara mengerjakan yang lebih mudah tentu saja. Jika akhirnya mengikuti cara di buku paket, lebih baik Grama memelototi buku itu dari pada papan tulis yang kini mulai penuh dengan segala angka yang membuat matanya memberat.

Susah payah gadis itu mempertahankan kesadarannya. Berbagai cara dia lakukan, salah satunya dengan menggerak-gerakkan kakinya di bawah meja, tetapi tetap saja dirinya tak kuasa menahan keinginan untuk menguap.

No Crush No Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang