Gue Jomlo juga Hidup

7 10 6
                                    

Malam Minggu biasanya Grama habiskan untuk sekedar chatting dari yang ringan sampai kerjaan kini hanya diisi dengan kesunyian. Dengan kondisi kamar yang lampunya sengaja dia matikan, Grama menggulir layar ponselnya secara asal.

Sedikit heran, kenapa kerjaan datang di saat dirinya butuh waktu luang, tetapi di saat dia sedang luang kerjaan justru sudah selesai.

Bukan Grama namanya kalau dia akan terlarut dalam sepinya. Gadis tomboi itu mulai berpikir apa yang harusnya dia lakukan. Sempat terpikir untuk bermain game online, tetapi dia sayang kuotanya jika habis begitu saja. Akhirnya dia membuka aplikasi menulis, dan mulai menuangkan pikiran random-nya.

Hidup Grama terbilang sangat monoton sejak dia kehilangan semua sahabatnya, dan gadis itu sadar. Namun, kedatangan Lesta belakangan ditambah hadirnya sosok baru membuat Grama sedikit merasa ada yang mulai berubah dari hidupnya. Dia mulai kembali disibukkan dengan pertengkaran yang memang wajar terjadi di setiap hubungan jenis apa pun itu sampai tidak sadar bahwa dia telah melewati banyak waktu untuk sekedar memikirkan semua itu ... dia terlalu sibuk sampai tidak merasa dia sudah sampai di titik ini ... di mana dia memutuskan menuliskannya dalam sebuah cerita.

Grama merasa semua yang sempat terjadi di hidupnya belakangan ... it's been fun.

Menyatukan temannya dengan orang yang terbilang baru dia kenal, membuat Grama merasa semua itu hanyalah khayalan, dan ya ... itu semua hanya ada di dalam ceritanya.

Alur dalam ceritanya terbilang sangat amatiran karena Grama memang bukan penulis andal.

Karena setelah menempatkan dirinya di dalam sebuah penokohan yang jelas sangat melenceng dari pribadinya, kini Grama membuat ending yang sangat mengenaskan.

Sepuluh Tahun Kemudian

Luar biasa bukan.

Ya, kini Grama berhasil menjadi penulis yang menerbitkan tulisannya, dan bayangkan apa yang telah diperbuatnya ....

Sebagai orang yang ingin sekali mendukung Lesta dalam karirnya. Grama meminta Lesta untuk suka rela menjadi model untuk mempromosikan bukunya. Jangan lupakan Ardi yang kini berhasil menjadi seorang polisi ... laki-laki itu bukan hanya berhasil memiliki Lesta yang kini telah menyelesaikan S2-nya, tetapi juga berhasil menjadi imam yang baik untuk Lesta.

"Sip. Posenya ganti lagi dong." Grama menginstruksikannya pada juru kamera.

Lesta dengan cover bukunya terlihat sangat mencolok sampai Grama tak bisa menahan keinginannya untuk mengambil gambar sebanyak-banyaknya.

Tiba saat sesi foto selesai dan Ardi datang.

"Pah."

Jangan tanya sekuat apa Grama menahan rasa jijiknya saat Lesta memanggil Ardi dengan panggilan itu.

"Mah, udah selesai?"

God! Rasanya Grama ingin menghilang saat itu juga. Keromantisan di depannya terlalu memuakkan bagi kaum jomlo sepertinya.

Lesta meletakan novel Grama begitu saja dan menyongsong suaminya.

Sungguh, Grama tidak ingin menceritakan bagaimana persisnya kedua sejoli itu berpelukan.

"Udah, Papah kapan pulang? Kok, enggak bilang."

Lesta mendongakkan wajahnya masih dengan posisi yang sama dengan sebelumnya.

Nempel teros, rasa enggak ada orang aja. Gerutu Grama mendekati juru kamera dan memilih melihat hasil kerjanya daripada melihat pasangan yang tengah melepas kangen setelah berjauhan karena Ardi yang bertugas jauh dari rumah.

Siapa sangka akan ada satu orang lagi yang mengisi ruangan yang kini tengah dibereskan itu.

"Wah, Bapak. Ada keperluan apa ke sini." Suara Lesta tak sedikit pun membuat Grama mengalihkan pandangannya dari layar laptop yang tengah menyala.

Sampai ....

"Pasti cari Grama."

Hah?

'Teruslah bertahan sampai di titik skenario Tuhan Yang Paling Baik'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Teruslah bertahan sampai di titik skenario Tuhan Yang Paling Baik'

No Crush No Love ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang