Part 15

13 4 0
                                    

Akhirnya satu per satu dari mereka yang tadi diberikan tugas mulai muncul. Alois datang dengan membawa sebuah kendil kecil yang ditutupi dengan sebuah kain putih usang. Wiyata memperhatikan kain tersebut dengan seksama, dia ingin membuka kain tersebut tapi ditahan oleh Ambarwati.

"Nanti. Kita tunggu Kala, Brata dan Mandali." Ucapnya dan dia hanya mengangguk.

Tidak lama Kala datang setelah tadi Ambarwati memintanya datang, memang membutuhkan waktu sedikit lama karena Ambarwati sempat bingung bagaimana caranya menghubungi makhluk tersebut.

"Ada apa? Kau sama sekali tidak mengatakan apapun kepadaku saat memintaku datang." Cecar Kala.

"Tunggulah sebentar lagi. Mana Braja?" Tanya Ambarwati.

"Dia sedang mencari si dukun, menurutnya dukun itu belum mati. Karena bila sudah mati, jiwanya pasti akan langsung berada di istanaku. Namun, sampai saat ini jiwa entah dimana." Jelas Kala dan akhirnya Kala sepertinya mengetahui maksud Ambarwati memintanya datang.
"Akan aku panggil Braja kemari." Sambungnya.

Disaat semua orang sedang mencari cara mengembalikan jiwa Bayu dan Ananta. Di lain tempat ada seorang pria tua dan muridnya yang sedang menatap sebuah sangkar burung, didalamnya terdapat sepasang boneka laki-laki dan perempuan.

"Kalian tidak akan ku biarkan kembali. Sampai dendamku kepada orang tua kalian terbalaskan." Ucap pria itu.

Sayangnya si pria tua sama sekali tidak menyadari bila dirinya sedang diawasi oleh Braja. Braja mengetahui semuanya, namun dia tidak dapat membantu anak-anak tersebut karena sang kakak baru saja memintanya untuk tidak berbuat apapun.

"Ck... Menyusahkan saja. Padahal kalau aku langsung membunuhnya kalian bisa menyelamatkan anak-anak ini." Ucapnya tadi pada Kala.

"Kita membutuhkan pria itu untuk mengembalikan Bayu dan Ananta kembali ke raga mereka masing-masing. Tunggu kami disana." Titah Kala.

Di villa Pramudya dan Aksana mendapatkan kabar jika lokasi sang dukun sudah ditemukan. Wiyata meminta agar mereka menyusul ke lokasi yang tadi disebutkan. Namun, Pramudya khawatir jika harus meninggalkan anak-anak dengan para wanita disini. Tidak ada satupun dari mereka bertiga yang memiliki kemampuan mempertahankan diri bila ada serangan.

"Pak, percayakan para istri dan anak-anak pada saya. Saya akan menjaga mereka." Ucapan suster Ningsih membuat Aksana terheran-heran.

Lalu tanpa harus ditanya, suster Ningsih memberitahu rahasianya yang selama ini hanya diketahui oleh dokter Sandi. Muncul sesosok cantik di belakang suster Ningsih, sosok tersebut bernama Kinanti. Pramudya seperti sedang menilai Kinanti, dia tidak ingin begitu saja percaya pada sosok yang baru dikenalnya tersebut.

"Salam Raden Pramudya. Raden tidak perlu takut bila saya akan mencelakakan keluargamu. Saya Kinanti adalah salah satu abdi di istana Kanjeng Ambarwati, ibu Raden dan Pangeran Barata." Mendengan penuturan Kinanti tersebut, Pramudya sedikit lega.

"Namun apakah kamu bisa menjaga mereka semua bila sendirian?" Tanya Aksana.

"Jika memang terdesak, saya dapat memanggil bala bantuan. Jadi kalian tidak perlu khawatir. Saya berjanji akan menjaga mereka dengan baik dan tidak akan membiarkan mereka terluka walau hanya seujung rambut." Janji Kinanti.

"Baiklah jika begitu. Aku serahkan penjagaan rumah ini beserta semua orang yang ada didalamnya kepadamu, Kinanti. Jangan pernah sekalipun kamu mencoba berkhianat kepada keluarga kami atau kamu akan menanggung akibatnya." Ucap Pramudya dengan tegas.

Kinanti yang mendengar ucapan Pramudya sempat bergidik ngeri. Dia dapat merasakan aura yang sangat kuat keluar dari tubuh Pramudya, sudah sangat jelas sekarang mengapa Ratunya memilih seorang Wiyata Bhaskara untuk menjadikannya suami.

"Saya siap menerima hukumannya jika berkhianat, Raden." Ucap Kinanti.

Pramudya dan Aksana menghampiri para istri di dalam kamar. Mereka menjelaskan apa yang diminta sang Romo dan juga menjelaskan jika suster Ningsih dan Kinanti yang akan menjaga mereka.

"Kami akan menunggu kalian disini. Kembalilah dengan selamat. Kalian semua harus selamat." Ucap Hilda.

"Aku percaya pada kalian. Bawa kembali anak-anak." Ayunda mengucapkan hal tersebut sembari memeluk Pramudya.

Setelah berpamitan mereka berdua segera pergi, diperjalanan Pramudya menghubungi Sandi memintanya datang ke villa milik Aksana untuk mengecek keadaan anak-anak dan sang dokter menyanggupi.

Dalam perjalanan menuju lokasi yang diberikan oleh Wiyata, Pramudya dan Aksana membicarakan rencana yang akan mereka lakukan untuk membawa anak-anak kembali. Aksana mencoba menghubungi Alois, dia ingin agar penjaganya itu berada disampingnya dan Alois sepertinya menyanggupi.

"Aksa, menurut Braja. Anak-anak dalam keadaan baik dan saat ini jiwa mereka dikurung di dalam boneka. Braja tidak dapat melakukan apa-apa karena menunggu kita datang." Jelas Aksana.

"Apa yang lain memiliki rencana?" Tanya Aksana.

"Sebenarnya tidak rencana apapun. Oh Kala hanya mengatakan untuk jangan membunuh si dukun sebelum anak-anak dapat kembali ke tubuh mereka." Pramudya hanya mengangguk.

Selama diperjalanan Aksana dan Alois lebih banyak membicarakan tentang masa lalu, saat-saat dimana Aksana kecil selalu takut tiap kali harus melihat makhluk ghaib dan Alois yang selalu menjaganya secara diam-diam.

"Kita sudah hampir sampai." Ucap Pramudya.
Dari jauh Pramudya dapat melihat mobil miliknya yang dipakai oleh sang Romo dan ada Saka juga disana. Laki-laki mantan siluman harimau yang secara tidak langsung membuat anaknya belum bangun sampai saat ini. Sesampainya dihadapan keluarga lainnya, Pramudya segera turun dan menghampiri Wiyata.

"Apa Biyung Ambarwati juga datang?" Tanya Pramudya.

"Dia akan menyusul dengan yang lain. Braja sudah ada didalam, namun kita tidak bisa gegabah. Karena menurut Braja jika kita salah mengambil langkah, dukun itu akan langsung melenyapkan media tempat cucu-cucuku berada." Wiyata menekan batang hidungnya untuk menghilangkan rasa pening yang datang.

Pramudya menatap bangunan yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Sebenarnya itu hanya rumah tua, yang mana bila ada gempa pasti akan langsung roboh tak menyisakan apapun. Hanya saja sekarang disekelilingnya banyak sosok siluman yang berjaga.

"Mereka anak buah Kala dan Biyung atau milik b*jingan itu?" Tanya Aksana pada Saka.

"Mereka adalah para siluman yang terikat kontrak dengan pak tua itu. Dia sangat licik. Jadi, kalian harus berhati-hati." Jawab Saka.

"Sebenarnya para siluman itu tidak mau melakukan hal tidak berguna ini, tapi ada hal yang membuat mereka terpaksa melakukan kontrak tersebut. Hmm, kurasa kalian dapat memanfaatkan ini agar dapat menangkap si pak tua." Ucapan Saka tersebut berhasil membuat tiga orang lainnya menaruh minat padanya.

"Jelaskan." Titah Wiyata.

"Begini. Kebanyakan dari kami yang mengikat kontrak dengannya dikarena si pak tua memegang kelemahan para siluman, contohnya siluman ular disana itu. Dia terpaksa harus mematuhi semua perintah b*jingan itu karena lima belas butir telur miliknya disembunyikan dan dia diancam bila tidak patuh telur-telurnya akan dimusnahkan. Jadi, kalau ada dari kalian yang mau berjanji atau bahkan bisa menemukan kelima belas telur tersebut, kurasa dia akan mau membantu. Walaupun terlihat biasa saja, siluman ular itu cukup kuat untuk membunuh seorang manusia." Penjelasan Saka itu cukup dapat dimengerti oleh Wiyata, Pramudya dan Aksana.

Tak lama setelah mereka mendengarkan penjelasan dari Saka, Ambarwati datang bersama Kala, Barata dan Mandali.

==================================================
Hai. Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih untuk kalian yang telah komentar, vote dan membaca cerita ini.
Pada akhirnya cerita ini jadi bertambah beberapa part 😅 dan saya juga minta maaf karena ga bisa memastikan berapa lama lagi cerita ini finish.
Terus akan ada kemungkinan, nanti saya mau benerin part-part sebelumnya sembari saya membaca ulang agar ceritanya bisa nyambung lagi.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang