Part 8

74 6 0
                                    

Hallo. Sudah part 8.
Terima kasih sudah bersedia membaca, vote dan berkomentar.

Jika ada typo (kesalahan pengetikan) tolong di koreksi ya, guys. Jika ada kritik atau saran juga silahkan langsung komen atau kirim pesan.

👻👻👻

Saat Bayu, Pramudya dan Mandali waspada pada sosok besar di hadapan mereka. Sesosok anak kecil yang hanya menggunakan cawat mendekati mereka.

" Wooooaaaahhhh... itu apa mas Bayu? Gede banget." Ucapnya dengan nada takjub.

" Kamu ngapain kesini, Bon? Nggak takut sama itu, ntar di makan lho." Balas Bayu.

" Oh Bonbon kesini soalnya disuruh sama om Kala. Kata om Kala, itu salah satu saudaranya. Kayanya dia nyari om Kala, mas." Jawab Bonbon masih takjub dengan makhluk besar di hadapannya.

Pramudya menengok ke belakang. Di lihatnya Kala dan Brata berjalan menuju mereka. Kala masih memakai wujud manusia, namun bisa di pastikan jika kekuatannya sudah kembali seperti sediakala.

" Dia saudaramu?" Tanya Pramudya.

" Ya hanya saja dia tidak suka di sebut saudara, padahal jelas kami satu ayah. Biar aku yang bertanya apa tujuannya kemari." Seketika Kala mewujud menjadi raksasa dan berdiri gagah di hadapan Barong tersebut.

Keduanya hanya diam, tidak terlihat adanya percakapan. Namun energi yang di keluarkan sang Barong semakin tidak enak. Jika di lihat, seperti keluar asap berwarna merah bercampur hitam di sekelilingnya. Kala sendiri sepertinya berusaha untuk tidak terprovokasi.

" Pergi. Jangan ganggu keluarga ini. Jika kau ingin memusnahkan gadis itu, maka kau akan berhadapan denganku. Jangan kau kira jika aku melemah, Braja. Aku masih bisa mengalahkanmu dalam sekali pukul dan aku masih Rajamu yang memiliki hak untuk menghukummu. Kembali ke manusia yang mengutusmu atau kau musnah di tanganku." Ucapan Kala membuat suasana semakin menegang. Brata meminta Mandali untuk kembali ke pohon beringin menjaga Gendis.

" Aku tidak akan kembali tanpa gadis itu. Wanita itu sudah menumbalkan dirinya untukku." Balas makhluk itu sambil tertawa lantang.

" Tidak akan aku serahkan." Hardik Kala. " Kau sama sekali tidak membutuhkan gadis itu, Braja. Ambil saja nyawa orang yang meminta tolong padamu itu. Kita harus berhenti mengikuti keinginan manusia, Braja." Ucap Kala.

" Ck hatimu melemah, Kala. Kau tak lagi cocok menjadi Rajaku dan menyandang nama Batara. Kau memalukan." Geram Braja.

" Kau yang tak lagi cocok menyandang nama Batara, Braja. Klan Batara tak seharusnya di perbudak oleh manusia. Jika kau butuh budak, ambil dia yang menipumu dan memperbudakmu." Balas Kala.

Sepertinya ucapan Kala membuat Braja berpikir. Energi tidak enak di sekitarnya mulai menghilang, walau tidak sepenuhnya. " Aku akan pergi. Tapi hanya untuk saat ini dan aku tidak akan membantu kalian untuk mengetahui siapa dalang di balik masalah ini. Jika manusia itu tidak mendapatkan pengganti gadis yang harusnya di tumbalkan padaku, aku akan kembali kemari dan membawanya pergi. Saat itu jika kau masih di pihak mereka aku tidak akan segan untuk bertarung denganmu sekalipun kau Rajaku, Kala." Dalam sekejap Braja menghilang dan Kala pun mengembalikan ukuran tubuhnya seperti manusia biasa.

" Sementara masalah selesai. Tapi kita tetap harus bergerak cepat, Braja bukanlah makhluk yang bisa bersabar." Ucap Kala. " Pram, terima kasih sudah membebaskanku. Aku bersumpah tidak akan lagi mau dibodohi oleh manusia-manusia serakah itu. Klan Batara harus berhenti menjadi budak manusia serakah." Lanjutnya dengan tekad yang kuat.

" Aku pegang janjimu. Kala, apa kau tidak bisa melacak kemana saudaramu itu pergi?" Tanya Pramudya.

" Akan aku coba. Klan kami memilik cara sendiri untuk saling menemukan satu sama lain. Beri aku waktu." Pinta Kala dan Pramudya mengangguk.

Mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Bayu masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya. Lelah rasanya menahan energi negatif milik Braja, baru kali ini dia menguras banyak tenaganya. Bayu baru tau jika makhluk seperti Kala memiliki keluarga.

" Kami kan juga harus beranakpinak, Bay." Bayu yang sudah sempat terlelap, langsung terlonjak karena kaget.

" Lo bisa ngga sih kalo mau dateng kasih kode dulu. Ganggu orang lagi konsentrasi aja." Teriak Bayu.

" Maaf... Maaf... hanya saja tadi aku membaca pikiranku tentang keluargaku." Ujar Kala sambil nyengir kaya kuda. " Aku sangat berterima kasih pada keluargamu. Sebelum aku kembali ke tempatku berasal, aku akan membantu Gendis kembali ke tubuhnya." Ucap Kala.

" Lo bakalan balik? Nggak betah disini?" Tanya Bayu.

" Ya aku harus kembali, nak. Kerajaanku butuh Rajanya untuk membenahi keadaan. Begitu Brata membebaskanku, aku bisa berkomunikasi dengan para Batara lain. Kerajaanku dalam keadaan goyah, kepergianku yang tidak berkabar membuat saudara-saudaraku memperebutkan kursi tertinggi. Aku akan kembali dan mulai membenahi semuanya, jangan lagi ada dari klanku yang di perbudak oleh makhluk serakah bernama manusia." Jelas Kala.

Bayu tidak menyangka jika ternyata Kala adalah Raja di dunianya. Selama ini Bayu mengira Kala hanya seperti jin pengganggu manusia pada umumnya.

" Kalo gitu mohon kerja samanya." Ucap Bayu.
" Udah ah, gue mau tidur. Sodara lo sinting dateng malem-malem." Lanjut Bayu lalu memejamkan matanya dan tidur. Sementara Kala memilih pergi mencari keberadaan Braja.

👻👻👻

Hilda membuka kelopak matanya. Dilihatnya langit-langit ruangan tempatnya berada dan dia tau jika dirinya tidak berada di rumah. Hilda menolehkan kepalanya ke samping, sang suami terlelap dengan mengganggap tangannya.

" Mas Aksa." Panggilnya dengan lembut. Lalu mengangkat tangannya yang di infus, mengusap pelan kepala sang suami.

Aksana bergerak dan mengangkat kepalanya. Dia menatap sang istri dengan pandangan bahagia. " Akhirnya kamu bangun, sayang. Tunggu sebentar ya aku panggilkan dokter." Ucapnya, dia menekan tombol yang berada di dekat nakas.

" Bagaimana keadaanmu? Adakah yang sakit?" Tanya Aksana. Jujur saja di khawatir, bagaimana tidak. Ini pertama kalinya Hilda pingsan tanpa ada dia didekatnya.

" Masih sedikit pusing. Kamu ketemu Pram, mas? Dia mau bantu kita?" Tanya Hilda.

" Mas sudah bertemu dengannya kemarin saat acara, namun belum membicarakan apapun dengannya. Jika kamu sudah sehat, kita berdua akan bertemu dengannya dan menceritakan semuanya. Namun aku yakin Pram pasti mau membantu kita." Jawab Aksana.

" Ya, aku ingin semua kembali pada tempatnya. Kau harus berjanji untuk menemukan keponakanku juga, mas. Kasihan dia, diperalat oleh ibu kandungnya sendiri. Aku tidak menyangka Laras akan tega berbuat seperti ini." Pinta Hilda.

" Aku berjanji, sayang. Bagaimanapun juga aku menganggap Karen adalah anakku. Aku akan membuat perhitungan pada adikmu itu, kamu tidak boleh menghalangiku. Kalaupun hukum negara ini tidak bisa memenjarakannya, aku yang akan menghukumnya sendiri." Ucap Aksana tegas dan tidak bisa di bantah. Hilda pasrah, Laras kali ini memang keterlaluan dan dia tidak lagi bisa membela adik tersayangnya itu.

Tak lama dokter datang dan memeriksa keadaan Hilda. Dua hari lagi Hilda sudah di ijinkan pulang, namun belum boleh melakukan kegiatan yang membuatnya lelah. Sepeninggal dokter, Ananta datang. Dia senang melihat Ibundanya sudah siuman. Dia menatap kedua orang di hadapannya dengan tatapan sendu. Kemarin mamanya bercerita jika dia sudah menemukan keberadaan roh Ananta dan akan memusnahkannya.

" Maafkan aku. Maafkan aku." Isaknya lirih.

Hilda memeluk Ananta dan mengusap punggungnya dengan lembut. Aksana hanya menatap keduanya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Semua emosi menjadi satu.

" Aku akan berusaha mengembalikan Ananta pada kalian. Aku sudah lelah." Ucap Karen dalam hati, tekadnya sudah bulat. Besok dia akan memata-matai mamanya. Tadi dia mendengar bahwa mamanya akan pergi ke suatu tempat dan Karen yakin itu adalah tempat Ananta berapa.

👻👻👻

Jangan lupa klik bintang dan kasih komentar kalian. Berkomentarlah menggunakan bahasa yang sopan. Okay.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang