Hai... hai...
Bagi siapapun yang baca ceritaku, terima kasih banyak ya.
Maaf kalo cerita ini tidak terlalu greget. This is my first story by the way. So, please give me support, don't forget to click the star and enjoy.👻👻👻
Hari ini tidak ada hal menarik yang bisa Bayu lakukan. Sejak kemarin Bayu hanya menghabiskan waktunya untuk membantu Ayunda membersihkan pekarangan rumah, kamar tamu, intinya dia di peralat sang Ibu untuk menjadi pembantu.
" Kapan lagi Ibu bisa nyuruh-nyuruh kamu, Bay. Kamu hobinya ngumpet aja di kamar. Mumpung ada laki-laki di rumah ini yang kebetulan nganggur ya Ibu manfaatkan dengan baik." Ucap Ayunda kemarin pada para lelaki di rumahnya, Bayu hanya bisa pasrah "kalo nggak nurut sama ibu bisa masuk neraka." Ucap Bayu dalam hati.
Lelah. Tentu saja. Tapi setidaknya bisa melihat sang Ibu tersenyum sudah membuat Bayu senang. Tidak setiap hari dia bisa membantu sang Ibu, apalagi jika sudah mulai kuliah.
" Sudah ketemu yang kamu cari di kotak mainanmu kemarin, Bay?" Tanya Kala.
" Kotak mainan?" Bayu bingung dengan pertanyaan Kala, seingatnya dia tidak punya kotak mainan.
" Masih muda sudah pelupa, kemarin kotak yang kamu tekan-tekan itu??" Aaahhh Bayu akhirnya mengerti.
" Nggak. Mungkin sama pihak universitas data mahasiswa baru memang belum di masukkan. Gue kudu sabar, tapi paling nggak orang yang pake badannya Gendis satu fakultas sama gue dan semoga satu jurusan juga." Jawab Bayu.
" Memang kamu sudah yakin jika itu benar badannya Gendis?" Tanya Kala lagi.
" Sembilan puluh persen gue yakin. Tapi kayanya gue emang harus tanya si Gendis siapa tau dia punya tanda lahir, jadi gue bisa mastiin kalo itu bener badannya dia." Ucap Bayu.
" Gue berharap kakek datang lebih cepat dari rencana." Lanjutnya.👻👻👻
" Bun, acara hari minggu bunda jadi pergi?" Tanya Ananta.
" Jadi dong, ayahmu tidak bisa datang karena ada kerjaan di luar kota. Kalau tidak datang bunda sungkan. Kamu bisa temani Bunda kan, Ananta?" Tanyanya memastikan, karena tidak mungkin dia berangkat sendiri.
" Bisa dong, bun. Nanta pasti temani Bunda. Lagipula hari minggu Nanta tidak ada acara." Jawab Ananta dengan senyum manisnya.
" Keluarga Bhaskara itu seperti apa, bun?" Tanya Ananta penasaran.
" Hmm... seperti keluarga kebanyakan. Mereka keluarga yang harmonis. Ayunda walaupun masih muda, tapi dia istri dan Ibu yang baik untuk Pramudya dan Bayu. Pramudya sendiri walaupun terkesan dingin dan tegas, sebenarnya dia pria yang hangat. Kalau Bayu, anaknya cukup pendiam tapi sedikit aneh menurut Bunda. Kamu bisa menilai mereka sendiri esok." Jelas bunda.
" Bunda dan Ayah sudah lama kenal mereka?" Tanya Ananta lagi.
" Cukup lama. Ayah Pramudya itu teman baik Kakekmu saat kuliah. Tapi kami anak-anaknya memang jarang berkumpul dan tidak terlalu dekat. Mereka keluarga yang baik." Jawabnya.👻👻👻
Bayu mendekati Gendis yang saat ini sedang melamun di teras belakang. Sesaat Bayu menatap punggung gadis itu dengan intens. Dia benar-benar berharap gadis tersebut bisa segera kembali ke tubuhnya sendiri.
" Lo jangan bengong. Ntar kesambet setan." Ucapan Bayu itu sontak membuat Gendis berbalik dan tertawa.
" Mana ada, Bay. Moso setan ke sambet setan." Ucapnya.
" Yeee nggak percaya. Belom pernah nonton film horor yang kuntilanak kesurupan pocong ya? Asli itu film paling gokil yang pernah gue tonton." Bukannya takut tapi Gendis malah semakin terbahak, bagaimana tidak Bayu mengatakan semua itu dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali.
" Ada ada aja kamu. Oh iya kata Ibu hari minggu ada acara ya? Berarti kami hari itu harus pergi?" Tanya Gendis.
" Iya. Acara arisan bulanan kantor ayah. Nggak usah pergi, anteng aja di kamar gue. Biasanya kalo lagi ada acara Mandali dan Brata milih pergi sih. Tapi lo jangan coba-coba buat pergi, bahaya." Jelas Bayu.
" Oke, aku di kamar kamu aja." Ucap Gendis.
" Gendis. Gue mau nanya sesuatu boleh?" Gendis menatap Bayu dan mengangguk.
" Lo ada tanda lahir? Siapa tau kalo gue ketemu sama badan lo gue bisa langsung bawa ke hadapan lo." Tanpa menjawab, Gendis mengulurkan tangan kirinya menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku dan terlihat ada tanda lahir berbentuk seperti bintang. Tidak terlalu besar memang. Tapi cukup mencolok, karena tanda itu berwarna merah.
" Ini. Kaya tato ya. Tapi bukan, soalnya kata kunti di tempatku dulu. Kalo tato ngga mungkin kebawa sama roh, jadi rohnya keluar dari badan ya polos aja." Bayu mengangguk.
" Iya. Kalo udah jadi roh, tato atau tindik itu nggak bakalan kebawa. Oke. Bakalan gue ingat-ingat, mau di foto juga ga bisa. Ngomong-ngomong ada yang lo inget lagi?" Tanya Bayu penasaran.
" Taman bunga dan nama seseorang." Jawab Gendis.
" Siapa?" Tanya Bayu semangat.
" Karenina. Mungkin nggak kalo itu namaku?" Gendis bertanya penuh harap.
" Bisa ya bisa nggak. Tapi seenggaknya ada yang bisa lo inget." Jawab Bayu.
" Jangan putus asa. Masih banyak waktu." Lanjutnya.👻👻👻
" Kamu dari mana?" Merasa dipanggil dia berbalik.
" Menemani bunda. Tidak bisakah saat kita berdua mama memanggil namaku?" Pintanya.
" Tidak. Mama tidak mau mengambil resiko jika ada yang mendengar. Mama tidak mau semua sia-sia. Semua harus menjadi milik kita, karena kita yang lebih berhak." Ucapan Mama buatnya sedih.
" Terserah mama. Karen capek. Karen mau istirahat." Ucapnya sambil berlalu.Wanita itu terlihat marah saat mendengar sang anak menyebut namanya sendiri. Dia lalu mengamati sekitar, jangan sampai ada yang mendengar ucapan Karen. Jika ada yang mendengarnya bisa bahaya. Sekali saja ada orang lain yang menyebut nama putrinya dan dia menyahut maka habis sudah, sia-sia semuanya.
" Karen? Kenapa nona Ananta menyebut nama nona Karen? Kenapa nona Ananta memanggil nyonya Laras dengan sebutan Mama?" Seseorang yang sejak tadi berdiri diam di balik dinding mulai bertanya-tanya.
" Aku harus menemui Tuan Aksana." Ucapnya dan dia segera pergi dari tempatnya bersembunyi.👻👻👻
Minggu pagi keluarga Bhaskara sudah terlihat sibuk. Ayunda memberi perintah pada beberapa orang untuk memindahkan semua meja dan sofa ke pinggir ruangan, agar ruang tengah dab ruang tamunya terlihat lebih luas. Rumah keluarga Bhaskara yang berhenti Joglo memang memudahkan mereka untuk menata semua perabotannya, jika sedang ada acara seperti ini semua barang hanya tinggal di pindahkan ke pinggir.
" Ibu, Bayu nanti nggak usah ikut seperti biasanya ya." Pintanya.
" Loh kamu itu gimana, tuan rumah ya harus ada semua dong. Nggak lucu kalo cuma ibu dan ayah. Lagipula tugas kamu itu mengamati para tamu, siapa tau ada Gendis." Bayu menepuk dahinya, hampir saja dia melupakan misinya itu.
" Jangan bilang kamu lupa, Bay?" Mendengar suara berat khas sang Ayah, Bayu hanya bisa nyengir.
" Iya, Big Boss. Tenang Bayu bakalan mengamati dari pojok dapur. Bayu males kalo harus basa basi, apalagi gak sedikit temen ayah yg suka bawa 'bodyguard', kan capek liatnya. Ooohhh apa Bayu minta si Brata aja ya buat bikin para 'bodyguard' nggak bisa masuk?" Usulnya.
" Ngaco. Nanti malah repot urusannya. Biarkan saja, yang penting tempat pribadi jangan sampai bisa di masuki mereka. Lagipula Gendis kamu suruh tunggu dikamar kan." Ucap Pramudya.Selesai menata perabotan dan sajian makanan untuk tamu, Bhaskara sekeluarga bersiap-siap menerima para tamu. Bayu mengingatkan Gendis untuk tidak keluar dari kamarnya sampai acara selesai. Gadis itu menyanggupinya.
👻👻👻
Please guys jangan pelit sama bintang dong.
Kalo ga di support gini tuh rasanya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)
FantasyTentang cowok bernama Bayu Bhaskara yang memiliki kemampuann melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang kita sebut hantu. Bertemu dengan hantu yang mengaku bernama Gendis. Dia meminta tolong pada Bayu agar dapat melanjutkan perjalanannya, namun Ge...