Part 2

90 8 0
                                    

Hai... hai...
Bagi siapapun yang baca ceritaku, terima kasih banyak ya.
Maaf kalo cerita ini tidak terlalu greget. This is my first story by the way. So, please give me support, don't forget to click the star and enjoy.

👻👻👻

Berhubung ini adalah weekend dan Bayu tidak memiliki kegiatan apapun. Dia memilih untuk menghampiri Gendis. Dia masih belum memutuskan akan membantu atau tidak. Karena akan sedikit sulit membantu Gendis menyeberang apalagi dia lupa dengan kehidupannya.

Bayu berjalan menuju halaman belakang dimana pohon beringin tempat Mandali tinggal berada. Bayu tidak merasakan hawa keberadaan Mandali disana. Mungkin masih mengurus Gendruwo yang pernah menggoda sang Ibu saat ayahnya dinas dulu. Asli itu kejadian paling konyol yang pernah Bayu dan keluarga alami.

" Keluarlah. Kita bicara sebentar." Panggil Bayu.
Gendis muncul di hadapan Bayu, penampilannya sudah tidak seperti kemarin. Tidak ada noda darah dan sayatan di tubuhnya.
" Maafkan aku jika mengganggu dan terima kasih sudah di ijinkan tinggal." Ucap Gendis sopan.
" Tidak masalah, sudah terlalu biasa. Tapi hebat juga loe nggak kabur saat berhadapan dengan Mbak Mandali, dia lumayan di takuti di daerah ini. Tidak hanya bangsa Jin tapi juga manusia." Puji Bayu teringat kejadian kemarin.
" Hehe sebenarnya aku takut. Jika masih hidup mungkin aku sudah ngompol di tempat. Tapi aku merasa yakin jika kamu bisa membantuku. Oh kenalkan aku Gendis, panggil aja begitu. Aku tidak ingat sama sekali." Jelasnya.
" Gue Bayu Bhaskara. Maaf ya loe gak bisa masuk ke dalam. Gue belom cerita ke bokap, dia lagi dinas soalnya. Gue juga gak janji bisa bantuin loe." Ucap Bayu.
" Ga masalah. Mbak Mandali ngijinin tinggal di tempatnya aja udah seneng. Bayu, kamu dan keluargamu memang 'bisa'?" Tanyanya sambil membuat tanda kutip dengan jarinya.
" Turunan Kakek. Bokap bisa tapi nyokap nggak. Nyokap cuma bisa ngerasain kalo misal kalian ada terlalu dekat sama dia." Jelas Bayu.
" Loe benar-benar nggak inget apapun ya? Aneh aja soalnya. Biasanya yang dihilangkan ingatannya itu adalah roh-roh yang melakukan bunuh diri. Tapi Brata dan Mandali bilang, loe bukan roh orang bunuh diri. Karena mereka ngga lihat apapun yang bikin loe harus nyangkut di dunia." Ucap Bayu sambil menatap mata Gendis, yang di tatap malah malu malu dan salah tingkah.
" Tentang hidupku ga ada yang aku ingat. Kalo tentang berapa lama aku terombang ambing, sudah hampir sepuluh tahun. Aku juga ingat, saat muncul aku berada tepat di samping tubuhku yang terdapat pisau di perut dan beberapa bekas tusukan di dada, pinggang dan wajahku. Nggak berapa lama polisi membawa tubuhku pergi, mungkin untuk di kubur atau di otopsi. Selebihnya aku nggak ingat." Jelas Gendis. Saat menjelaskan keadaannya, wujud Gendis pelan pelan berubah seperti pertama kali dia muncul.
" Tidak merasakan dendam atau marah?" Tanya Bayu lagi, tidak menghiraukan wujud Gendis. Gendis menggelengkan kepala, lalu wujudnya kembali bersih.
" Aku hanya ingin di bantu untuk melanjutkan perjalananku. Namun teman-temanku bilang, setidaknya aku harus mengingat namaku agar bisa pergi dari dunia." Jawabnya.
" Rumit juga. Aku belum pernah menemukan kasus yang sepertimu. Jika bertemu yg hilang ingatan karena kelakuannya sendiri sudah sering." Ucap Bayu sembari menyugar rambutnya kebelakang.

" Bayu..." mendengar namanya di panggil dia menoleh dan mendapati anak kecil berlari ke arahnya.
" Bon. Dari mana? Kamu tidak mencuri lagi kan?" Tanya Bayu.
" Ndak dong. Bonbon habis dari rumah om Dewo. Di suruh tante Dali bilang ke Bayu buat tetap di rumah. Hari ini katanya Bayu nggak boleh pergi." Setelah mengucapkan itu, anak kecil itu menghilang.
" Ah sepertinya Mandali dapat sesuatu ni. Ya sudah tidur ajalah, padahal niatnya mau ke warung depan." Gumam Bayu.
" Itu tadi siapa?" Tanya Gendis.
" Oh itu bonbon, tuyul yang dulunya di gunakan manusia untuk memperkaya diri. Tapi beberapa bulan lalu dia kena sial, dia masuk ke rumah pas kakek sedang berkunjung. Dia di tangkap kakek, tadinya oleh kakek mau dibuang ke tempat jauh tapi Mandali nggak tega, dia minta kakek buat melepaskan bonbon dan berjanji bakal ngawasin di kecil itu supaya ga nyuri lagi." Jelasnya.
" Lalu yang punyanya?" Tanya Gendis.
" Aku dengar dia di masukan ke rumah sakit jiwa karena sejak bonbon di tangkap oleh kakek, pelan pelan hartanya menghilang." Gendis ber'oh' ria mendengarkan penjelasan Bayu.

Bayu mengajak Gendis berkeliling halaman rumah dan mengenalkannya pada beberapa sosok di sana.

" Dia pocong gosong. Dia bilang dia mati karena tersambar petir. Tapi kata Mandali, dia mati karena tertembak polisi saat mau di tangkap. Menurut Mandali si Pogo itu semasa hidup rentenir jahat. Tapi selama dia nggak berbuat jahat pada keluargaku, dia boleh di sini." Jelas Bayu.
" Aku baru ini lihat kafan pocong sekotor itu dan wajah sehitam itu." Ujar gendis.
" Berbuatlah baik semasa hidup, ndis. Maka akan baik pula tampilannya saat ajal menjemput." Ucap Bayu.

" Nenek asiiihhh..." bayu melambaikan tangannya ke arah pohon nangka yang ada di sebrang rumahnya. Lalu muncul sesosok Tua, dia melayang turun dari pohon tersebut.
" Nek, ini Gendis. Gendis ini nenek Asih." Bayu mengenalkan mereka berdua.

Nenek Asih memandang wajah Gendis dengan tatapan sendu.

" Malang sekali hidupmu, cah ayu. Sabar ya, sebentar lagi kamu pasti akan damai." Ucap nek Asih sembari menepuk pundak Gendis.
" terima kasih, nek." Balas Gendis.
" Nak Bayu, jangan keluar rumah dulu. Nanti selepas isya saja baru pergi. Ayah dan Ibu juga dikabari agar tidak kemana dulu. Khusus ayahmu jika ingin pulang, suruh tunggu setelah isya." Nasihat nenek Asih.
" Iya, nek. Tadi Mandali sudah bilang juga. Nenek sedang apa? Sudah lama tidak mampir ke rumah bayu." Tanya Bayu.
" Nenek dapat mandat dari kakekmu untuk mengawasi seseorang. Jadi, sementara tidak mampir. Ini kebetulan saja pulang. Hati-hati ya. Nenek pergi dulu." Setelahnya nenek Asih melayang pergi.

Sebuah pemikiran muncul di benak gendis. Siapa Bayu sebenarnya? Seperti apa kakeknya, sampai makhluk seperti dirinya bisa diperintah begitu?

" Jangan mikir yang susah susah. Ntar jadi susah nginget diri sendiri." Ucap Bayu sambil melangkah menuju tempat lain.
" Gendis. Kemarin Mandali sudah mengingatkanmu untuk tidak pergi dari rumah ini kan? " tanya bayu, Gendis mengangguk.
" Bagus. Jangan kemana mana, kamu bisa kemana saja di lingkungan rumah ini. Tapi jangan melewati pagar. Karena belakangan banyak manusia sombong yang menangkap roh gentayangan untuk dijadikan budak, entah untuk apa." Jelas bayu.
" Tapi akukan tidak bisa masuk rumahmu." Ucapnya.
" Tunggu saja. Oh aku lupa, ada satu sosok yang ga boleh kamu dekati." Bayu melangkah di ikuti Gendis.
" Pocong di kebun samping?" Tanya Gendis.
" Bukan. Tapi dia. Kamu gak boleh deketin dia sekalipun dia manggil." Ucap Bayu menunjuk sosok besar yang menyerupai gorila, namun memiliki mata berwarna merah dan taring yang panjang. Gendis bergidik ngeri melihat sosok tersebut.
" Di...dia itu apa?"
" Kala. Kami menyebutnya Kala. Kamu ngga boleh mendekatinya. Pagar itu adalah pembatas dan pelindung. Kakek dan Brata yang membuatnya. Dia tidak mau pergi saat dilakukan pembersihan, jadi kakek dan Brata membuat pembatas itu. Setidaknya Kala tidak mengganggu penghuni rumah." Bayu menjelaskan pada Gendis.
" Jahatkah?" Tanya Gendis.
" Dia pernah dipakai untuk menghabisi satu keluarga di rumah dekat sini. Hanya saja setelah digunakan, dia di buang begitu saja tanpa dikembalikan ke tempat mereka mengambilnya. Ingat jangan dekati dia." Gendis mengangguk, dia berjanji tidak akan kemari.
" lho tapi pohon beringin Mandali kan dekat sini????" Ucap Gendis panik.
" tenang saja, pohon itu punya kelebihan sendiri."

Bayu mengajak Gendis kembali ke pohon beringin milik Mandali. Lalu menyentuh batang pohon tersebut.

" kamu aman di pohon ini. Nggak ada yang berani menyentuh pohon ini selama Mandali yang menghuni." Ucap suara lembut dari dalam pohon.
" kenalkan aku santika. Aku adalah roh pohon ini sekaligus teman Mandali." Ucap suara itu lagi.
" tunjukkan saja dirimu, supaya Gendis bisa melihatmu." Ujar bayu yang tak berapa lama setelahnya tiba tiba muncul perempuan cantik, menggunakan ageman jawa.
"Ha...hallo... senang berkenalan dengan anda." Ucap Gendis.
" Tidak usah formal begitu. Aku memang tidak sering muncul. Tapi yakinlah aku memang ada. Senang mempunyai teman baru." Santika tersenyum ramah pada Gendis.
" Baiklah. Loe bisa ngobrol sama dia. Gue mau tidur." Setelah itu Bayu pergi masuk kedalam rumah.

Santika dan Gendis lalu bercengkrama. Gendis banyak mendapat nasihat dari Santika yang notabene-nya sudah berusia ratusan tahun. Santika bercerita jika pohon beringin ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum kawasan tempat tinggal Bayu ada. Tapi karena terlalu besar dan tinggi, suatu hari pohon beringin ini tersambar petir. Namun tidak lama tunas baru muncul dan jadilah pohon ini kembali tumbuh.

" mbak Santika dan mbak Mandali sudah lama ada di tempat ini?" Tanya Gendis.
" Iya, kami sudah lama ada di sini. Aku adalah roh pohon ini dan Mandali adalah penguasa di hutan ini, dulu sebelum ada perumahan ini." Jawab Santika.
" Tenang saja. Selama kamu nggak melanggar apa yang Mandali dan Bayu katakan, kamu aman." Ucap santika ramah.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang