Part 16

17 4 0
                                    

part sebelumnya

"Sebenarnya para siluman itu tidak mau melakukan hal tidak berguna ini, tapi ada hal yang membuat mereka terpaksa melakukan kontrak tersebut. Hmm, kurasa kalian dapat memanfaatkan ini agar dapat menangkap si pak tua." Ucapan Saka tersebut berhasil membuat tiga orang lainnya menaruh minat padanya.

"Jelaskan." Titah Wiyata.

"Begini. Kebanyakan dari kami yang mengikat kontrak dengannya dikarena si pak tua memegang kelemahan para siluman, contohnya siluman ular disana itu. Dia terpaksa harus mematuhi semua perintah b*jingan itu karena lima belas butir telur miliknya disembunyikan dan dia diancam bila tidak patuh telur-telurnya akan dimusnahkan. Jadi, kalau ada dari kalian yang mau berjanji atau bahkan bisa menemukan kelima belas telur tersebut, kurasa dia akan mau membantu. Walaupun terlihat biasa saja, siluman ular itu cukup kuat untuk membunuh seorang manusia." Penjelasan Saka itu cukup dapat dimengerti oleh Wiyata, Pramudya dan Aksana.

Tak lama setelah mereka mendengarkan penjelasan dari Saka, Ambarwati datang bersama Kala, Brata dan Mandali.

================================================================================

"Lalu, apa rencana kalian?" tanya Ambarwati.

Wiyata terlihat berpikir, karena tidak mudah untuk siluman dapat percaya begitu saja dengan manusia apalagi jika telah dibohongi serta dimanfaatkan seperti ini. jadi, mereka harus benar-benar bisa mengambil hati juga mencari lokasi telur-telur tersebut sebelum mengajak sang siluman ular bekerja sama.

"Kang mas, itu adalah Badra. Dia salah satu makhluk yang ada di kerajaanku. Pantas saja dia tidak pernah bisa aku cari keberadaannya, ternyata inilah penyebabnya. Akan aku coba untuk menemui dan berbicara dengannya." setelah berbicara begitu, Ambarwati menghilang dan muncul didekat siluman ular yang bernama Badra.

tidak ada satupun yang dapat mendengar obrolan mereka berdua, namun yang jelas Badra terlihat terkejut ketika Ambarwati muncul dihadapannya. Lalu terlihat membungkukkan tubuhnya.

"Sepertinya obrolan mereka berjalan lancar." gumam Wiyata.

"Ada gunanya juga kau memiliki seorang istri dengan kedudukan tertinggi sepertinya, Wiyata." ucap Kala.

"Kenapa? Kau iri denganku?" ucap Wiyata.

"Hahaha... tidak sama sekali. Klan Barata tidak mungkin bisa bersatu dengan siluman ular, belum lagi istrimu itu masih memiliki hubungan dengan Kanjeng Ratu." jelas Kala, walau di lubuk hati paling dalam dia sejak dulu memang mendamba sosok Ambarwati.

Wiyata masih memandang sang Istri, sungguh dia begitu mencintai wanita itu. Namun, dia takut ketika suatu hari nanti Sang Pemilik Hidup memanggilnya pulang. Bukan berarti dia tidak menyayangi Najwa, ibu dari Pramudya. Hanya saja rasa di dalam hatinya tetaplah berbeda, cinta dan sayang bukanlah hal yang sama.

"Romo, sepertinya Biyung Ambarwati memanggil." ucap Pramudya sembari menepuk lembut pundak sang Ayah.

Ya, ternyata kekasih hatinya itu memanggilnya dan memintanya untuk bergabung disana. Brata juga diminta untuk kesana, sedangkan yang lainny diminta menunggu. Kala sendiri sepertinya mendapatkan sebuah petunjuk dari Braja.

"Braja sudah menemukan lokasi telur-telur tersebut, namun dia tidak mau membantu untuk mengawasinya. Disana hanya dijaga oleh dua sosok tuyul, tetapi mereka bukun tuyul sembarangan, jadi berhati-hatilah jika ingin kesana. Begitu pesan Braja. Siapa yang akan menemaniku kesana? tapi aku mohon jangan diantara kalian berdua." tunjuk Kala pada Pramudya dan Aksana.

Akhirnya Mandali yang pergi dengan Kala setelah menjelaskan keadaanya pada Wiyata dan Brata. "Kalian berhati-hatilah, Mandali berikanlah tanda jika memang butuh bantuan." ucap Brata dengan lembut. Mandali hanya menganggukkan kepala. Akhirnya Kala dan Mandali pergi, Wiyata dan Brata pun segera mendekati Ambarwati.

Pramudya dan Aksana serta Alois hanya bisa menunggu akan keputusan dari para orang tua. Sembari menunggu keduanya memilih untuk menghubungi istrinya masing-masing, menanyakan keadaan mereka beserta anak-anaknya.

"Aku berharap semua ini dapat selesai dan tidak ada hal buruk lagi." ucap Aksana.

"Aku pun berharap seperti itu, mas. Jujur selama aku berumah tangga dan meninggalkan masa mudaku, baru kali ini aku menghadapi urusan seperti ini." balas Pramudya.

"Benar. Aku merasa sangat bodoh, karena bisa-bisanya tertipu hingga bertahun-tahun. Sejujurnya bukannya aku tidak tau bila wanita itu menaruh hati padaku, tetapi aku juga tidak menyangka bila dia akan melakukan hal sejauh ini. Bahkan tega mengorbankan anak-anak." Aksana mengacak rambutnya dengan kesal.

Alois hanya bisa menepuk pundak Aksana "Maaf bila aku tidak bisa membantu apapun, padahal aku mengetahui hal tersebut, Aksa." ucapnya dengan rasa kecewa yang begitu ketara.

"Tidak perlu merasa kecewa, semua ini sudah di gariskan oleh Sang Pemilik Hidup. Bila hal ini tidak terjadi, tentunya manusia tidak akan belajar dan memiliki pengalaman dalam hidupnya. Percayalah bila Tuhan pasti memiliki hal indah dibalik semua masalah ini." Aksana dan Pramudya serta Alois menengok ke arah suara tersebut.

"Biyung! bagaimana?" tanya Aksana.

"Badra bersedia membantu sekaligus berterima kasih karena Kala dan Mandali mau menyelamatkan calon-calon anaknya. walaupun dia tahu bila sulit bagi anak-anaknya untuk bertahan hidup tanpa energi istrinya." ucap Ambarwati dengan nada sedih.

Kemudian mereka kembali membicarakan rencana selanjutnya, Ambarwati akan membuat sebuah kekacauan di luar guna menarik perhatian si dukun agar keluar dari persembunyiannya. Jika semua telah terlaksana, giliran Pramudya dan Aksana yang masuk ke dalam untuk mengambil anak-anak.

"Sepertinya orang tua para anak-anak ini sudah mulai bergerak. Ck, mereka pikir aku akan kalah ditempatku sendiri." gumam sang Dukun.

Braja yang menyaru menjadi binatang kecil, masih terus mengawasi dukun serta muridnya juga dua boneka jerami berisikan roh anak-anak. Sebenarnya dia sudah tidak sabar, namun sang kakak mengancam bila dia bertindak gegabah dan mengakibatkan anak-anak terancam, dia akan dihukum.

"Menyusahkan saja." ucapnya dalam diam.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang