Part 4

74 7 0
                                    

Pagi ini Pramudya sudah berada di depan pohon beringin di halaman belakang rumahnya. Benar saja dia memang merasakan adanya tamu yang berkunjung.

" Mandali, bisakah kau ajak tamu kita untuk keluar." Ujar Pramudya.
" Aku akan menunggu di teras belakang." Lanjutnya.

Mandali hanya menghela napas dan memanggil Gendis. " Temui Pramudya. Ceritakan sejujurnya kenapa kamu ada di sini." Gendis mengangguk dan pergi. Pramudya melihat Gendis, dia sedikit mengrenyitkan dahi. " Kenapa wajahnya familiar." Pramudya meminta Gendis untuk duduk di hadapannya.

" Aku Pramudya. Ayah Bayu. Kemarin malam walau samar aku merasakan hawa keberadaanmu. Siapa kau dan kenapa berada di rumah ini?" Tanya Pramudya. Walaupun terdengar halus, namun terasa sangat menekan bagi Gendis.
" Saya Gendis. Saya ingin meminta tolong pada Bayu untuk membantu saya melanjutkan perjalanan saya, hanya saja saya tidak mengingat apapun tentang kehidupan sebelum saya mati." Ucap Gendis lirih.
" Kamu roh manusia bunuh diri?" Tanya Pramudya lagi.
" Bu...bukan... saya yakin jika saya dibunuh." Lalu Gendis memperlihatkan wujudnya pada Pramudya.
" Sudah berapa lama?" Tanya Pramudya yang setelah melihat wujud Gendis merasa ada yang aneh. " Seharusnya tidak seperti ini." Batinnya.

Belum juga Gendis menjawab, Bayu dan Brata di sertai oleh Kala muncul.

" Hampir lima belas tahun. Dia punya waktu 2 bulan untuk kembali ke tubuh aslinya, Pram. Tubuh anak itu ada yang menggunakan." Jelas Kala.

Gendis yang mendengar perkataan Kala terlihat syok. Dia tidak percaya dengan apa yang di dengar.

" A...aku masih hidup?" Tanyanya
" Ya kamu masih hidup. Entah bagaimana dan siapa yang melakukan perbuatan jahat ini padamu, yang jelas waktumu hanya 2 bulan. Jika dalam 2 bulan kita tidak menemukan tubuhmu dan mengembalikan rohmu, siap siap saja kamu jadi makananku." Ucap Kala dengan seringai menyebalkan dan menepuk perutnya.
Semua yang mendengar ucapan Kala merasa jengah dan ingin menghajar makhluk sok ganteng itu. Sedangkan Gendis hanya meneguk ludahnya.

" Kamu yakin dia masih hidup? Wujudnya tadi menjelaskan bagaimana dia mati." Bantah Pramudya.
" Aku yakin, Pram. Sepertinya ada sosok yang bisa memanipulasi pikiran roh, hingga anak ini yakin jika dia memang sudah mati. Kita tidak bisa menunggu sampai Wiyata datang, kita berlomba dengan waktu. Kau Gendis, tugasmu adalah mengingat dimana terakhir kali kau muncul dan melihat tubuhmu." Perintah Kala. Gendis mengangguk patuh. Dia tidak menyangka jika sebenarnya dia masih hidup.

" Oh diakah tamu baru kita? Cantik. Tapi rasanya Ibu tidak asing dengan wajahmu." Sontak semua menoleh pada sang Ibu yang terlihat membawa baki berisi teh dan camilan.
" Ibu bisa lihat Gendis?" Tanya Bayu.
" Bisa. Tapi hanya dia. Ibu tidak bisa melihat yang lain."Ucap Ayunda santai, namun setelahnya "Eh loh kok bisa begini?" Ayunda menatap Pramudya dengan wajah bertanya-tanya.
" Mungkin karena Gendis memang bukan roh orang mati. Tidak usah dipikirkan, sayang." Jelas Pramudya menatap lembut sang Istri.
" Kurasa kalian bertiga bisa memperlihatkan diri, agar istriku bisa melihat kalian toh dia sudah lama penasaran." Ucap Pramudya pada Brata, Kala juga Mandali. Ayunda takjub melihat wujud tiga sosok yang selama ini hanya dia kenali lewat energinya saja.
" Mandali? Ya Tuhaaannn cantik sekali." Ayunda langsung menaruh baki di meja dan mendekati Mandali. Pramudya dan Bayu hanya bisa tersenyum melihat respon Ayunda.
" Boleh ku sentuh?" Tanya Ayunda, Mandali tersenyum dan mengangguk.
" Kau bisa langsung mengenaliku ya." Puji Mandali, jujur dia juga senang akhirnya bisa berbicara langsung dengan Ayunda.
" Karena kau yang selalu menemaniku saat aku di dapur atau ketika aku harus keluar saat malam. Jadi aku terbiasa dengan energimu." Jelas Ayunda.
" Seharusnya kalian jika di dalam rumah, seperti ini saja. Jadi aku tidak harus berbicara sendiri seperti orang bodoh." Protes Ayunda dan mereka menanggapinya dengan tertawa.

Mereka bertujuh melanjutkan obrolan seputar Gendis dan merencanakan pencarian tubuh aslinya.

" Bu, tadi ibu bilang wajah Gendis tidak asing? Mungkinkah ibu sebenarnya pernah bertemu Gendis?" Tanya gadis itu penuh harap.
" Memang. Wajahmu terlihat familiar untukku, hanya saja aku tidak begitu ingat dimana kita bertemu. Tapi jelas belum lama ini." Ayunda menatap Pramudya yang terlihat memikirkan sesuatu.
" Akan ku cari tau, aku juga merasa pernah bertemu denganmu. Mungkin di acara pesta salah satu relasiku. Biar ku suruh orang kepercayaan ku mencari informasi tentang keluarga para relasi yang masih bekerja sama maupun yang tidak. Berdoalah dan coba mengingat lokasi terakhirmu." Pinta Pramudya.

Ayunda meminta mereka semua untuk masuk kedalam rumah dan sarapan. Karena kata Kala saat mereka mewujud seperti ini, mereka sama saja seperti manusia dan bisa memakan makanan manusia. Jika dalam wujud sebenarnya, hanya menghirup aromanya saja sudah cukup.

" Hiks aku bahagia akhirnya bisa benar-benar makan masakanmu, Ayunda. Tiap hari aja lah aku seperti ini." Seloroh Mandali, dia makan dengan lahap nasi goreng buatan ibu dari Bayu.

Tingkah Mandali itu tentu membuat semua yang ada di ruangan tertawa. Gendis yang melihat itu juga ikut tersenyum dan tiba-tiba sekelebat ingatan muncul di kepalanya.

" Aku pernah begini juga." Ucapannya membuat aktifitas di meja makan terhenti. Gendis menatap Bayu.
" Satu ingatan muncul, baiklah sepertinya kau dari keluarga yang bahagia." Ujar Mandali mengusap kepala Gendis.
" Pelan-pelan saja, Ndis. Kami yakin, kamu akan kembali pada kehidupan normalmu. Aku sudah tidak sabar untuk menghajar makhluk yang memakai tubuhmu dan yang membantunya." Lanjut Mandali.
" Sudah ayo habiskan makanan kalian." Kata Ayunda.

Gendis senang mengetahui kenyataan jika dia belumlah mati, dia lebih senang lagi saat tau bahwa orang-orang yang ada di dekatnya ini mau membantunya. Gendis hanya tidak habis pikir, siapa yang tega melakukan hal ini padanya? Dia punya salah apa pada orang itu? Kenapa harus dia? Kenapa bukan orang lain?

" Jangan terlalu dipikirkan, nanti loe malah jadi punya rasa dendam. Kalo rasa dendam loe muncul, gue sama yang lain nggak akan mau bantu." Tegur Bayu saat melihat Gendis melamun di teras.
" Maaf. Aku hanya nggak habis pikir, kenapa ada yang tega melakukan ini padaku." Ucapnya.
" Di bawa santai aja, ini juga termasuk ujian dari Tuhan yang harus loe selesaiin. Kalo ujian ini selesai, pasti bakalan ada hal baik buat loe dan orang-orang di sekitar loe. Pernah dengar kalimat "bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya." Buktiin ke orang jahat itu kalo loe selama jadi hantu, loe baik-baik aja." Ucapan Bayu membuat Gendis merasa lebih baik.
" Iya. Makasih ya. Kalian udah mau bantu aku." Ucap Gendis tulus.

Bayu mengajak Gendis berjalan-jalan di sekitar rumah. Tentu saja sepaket dengan Brata. Brata membantu Gendis untuk dapat dilihat oleh manusia lain, jadi Bayu tidak terlihat berbicara sendiri seperti orang gila.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang