Part 5.1

75 6 0
                                    

" Mama nggak mau usaha kita selama ini sia-sia." Ucapan tegas itu keluar dari bibir wanita anggun yang duduk berhadapan dengan gadis manis.
" Akan aku usahakan, ma." Bakarnya dengan nada sendu. Dia selalu merasa bersalah, dia tidak mau melakukan hal ini. Namun permintaan sang Mama tidak dapat di tolaknya.
" Hari minggu ada acara di rumah keluarga Bhaskara, mama mau kamu temani wanita itu kesana. Jadi, bersiaplah dan jangan membuat kekacauan." Setelah mengucapkan itu, wanita tersebut meninggalkannya sendiri.
" Maafkan aku... Maafkan aku." Isaknya.

👻👻👻

" Ayah, minggu ini kita kebagian terima arisan dari kantormu kan ya?" Tanya Ayunda pada sang suami.
" Oh iya, kamu mau masak sendiri atau pesan?" Tanya Pramudya.
" Masak sendiri saja. Lagipula Gendis bisa bantu aku. Nggak nyangka dia pintar masak ternyata, serasa punya anak perempuan." Jawab Ayunda.
" Gadis itu, aku benar-benar penasaran. Aku yakin pernah melihatnya. Besok saat acara, aku berharap bisa mendapatkan jawaban." Ucap Pramudya sembari menaruh cangkir teh.

Bayu sedang sibuk menyiapkan semua keperluannya untuk besok. Besok dia harus pergi ke Universitas tempatnya akan menimba ilmu selama 4 tahun ke depan. Bayu memilih jurusan desain seperti kegemarannya selama ini, untung saja Pramudya tidak menentang keputusan Bayu. Walaupun pada akhirnya Bayu tetap harus melanjutkan perusahaan milik Pramudya, tapi setidaknya saat ini dia bisa menikmati hobinya dulu.

" Bayu, saat kamu ke kampus besok. Bolehkah aku ikut? Aku janji tidak akan mengganggu." Pinta Gendis.
" Boleh saja. Tapi jangan pernah jauh dari gue. Gue nggak mau loe kesasar atau loe di tangkap sama orang-orang sinting." Jawab Bayu tegas.
" Siap. Lagipula ada om Brata juga. Jadi aman." Ucap Gendis.

👻👻👻

" Ananta, kemari. Bantu dan temani Bunda memetik bunga di taman belakang." Ananta mendekati sang Bunda dan membantunya mendorong kursi roda itu menuju taman belakang.
" Bunda kenapa tidak istirahat saja? Kan bisa meminta tolong pada bu Rana." Ucap Ananta lembut.
" Bunda bosan di kamar. Ayahmu sedang berkutat dengan laptopnya. Oh bagaimana kampusnya?" Tanya Bunda.
" Besok Nanta baru akan ke sana. Nanta berharap disana menyenangkan. Hanya saja Ayah sepertinya tidak suka nanta mengambil jurusan itu." Ucapnya sedih.
" Sabar sayang. Ayahmu hanya ingin kamu meneruskan apa yang sudah di perjuangkan olehnya sampai bisa seperti sekarang. Ngomong-ngomong hari minggu kamu temani Bunda ke acara Arisan di rumah keluarga Bhaskara ya. Mereka punya anak yang seumuran denganmu." Pinta sang Bunda.
" Iya. Nanta temani Bunda." Balasnya.

Dia berharap semua permainan sang Mama usai sampai di sini. Jujur saja dia lelah dengan semua kelakuan sang Mama yang tidak bisa menerima keadaan.

👻👻👻

Keesokan hari.

Selesai sarapan Bayu berpamitan pada ayah dan ibunya, begitupun dengan Gendis. Pramudya berpesan pada Gendis untuk tidak pergi terlalu jauh dari Bayu maupun Brata. Gendis menyanggupinya.

Di perjalanan Gendis duduk manis di belakang Bayu. Tadi sebelum pergi, Mandali mengatakan padanya untuk memanggilnya jika dia dalam masalah. Hari ini Mandali pergi untuk mencari info tentang dirinya, Gendis belum dapat mengingat lokasi terakhir dirinya di temukan waktu itu. Bahkan Kala sempat berpikiran, jika sebenarnya tempat itu hanya manipulasi juga. Tapi tidak ada salahnya mencari informasi, sekecil apapun informasi yang di dapat itu bisa menjadi petunjuk. Kala meminta maaf karena tidak dapat membantu banyak, karena tubuhnya di kurung otomatis dia tidak dapat pergi kemanapun, karena wujud yang saat ini hanyalah sementara dan dia tidak bisa pergi terlalu jauh dari tubuh aslinya.

" Masih jauh?" Tanya Gendis.
" Nggak. Paling 10 menit lagi udah sampai. Inget, loe nggak boleh jauh dari gue ataupun Brata." Ucap Bayu mengingatkan.
" Iya. Tenang saja." Balas Gendis.

Selama perjalanan menuju kampus, Bayu banyak melihat mereka berseliweran diantara manusia. Ada yang terlihat berlari menerjang bus berkali-kali, ada juga yang hanya diam di tengah jalan. Semua itu adalah gambaran bagaimana mereka menghabisi nyawanya sendiri dan akan terus seperti itu sampai hari akhir datang. Gendis bukanlah salah satu dari mereka, dengan keadaan Gendis yang saat ini jelas sudah jika memang ada manusia yang sengaja berbuat jahat padanya.

Memasuki kawasan Universitas, Bayu mencari fakultas dimana jurusannya berada. Tak perlu waktu lama untuk menemukan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Bayu mengendarai motornya memasukinya area parkir.

" Jangan ngajak gue ngobrol kecuali emang penting. Gue nggak mau dikira orang gila. Inget jangan jauh-jauh." Bayu mengingatkan Gendis untuk kesekian kali dan Gendis hanya memutar bola matanya.

Mereka berjalan menuju ruang kemahasiswaan, Bayu menyerahkan semua berkasnya pada petugas di sana. Menandatangi, mengisi beberapa formulir, dan membayar biaya administrasi.

" Masa Orientasi akan dilakukan bulan depan. Jadi kamu bisa datang lagi saat itu. Selamat menempuh pendidikannya ya." Ucap Petugas tersebut ramah.
" Terima kasih, bu." Balas Bayu sopan.

Selesai dengan semua urusannya di ruangan itu Bayu keluar. Berniat untuk berkeliling sebentar melihat-lihat fakultasnya, sekalian mengamati mereka yang mungkin akan tau jika Bayu berbeda dari mahasiswa disini. Saat akan keluar tidak sengaja bayu menabrak seseorang, sampai barang bawaan orang tersebut berserakan di lantai.

" Sorry gue nggak sengaja." Bayu refleks membantu untuk mengambil semua yang terjatuh.
" nggak apa, saya juga salah karena buru-buru. Terima kasih." Ternyata yang ditabrak Bayu adalah seorang gadis dan saat melihatnya Bayu langsung blank. Gadis tersebut langsung pergi meninggalkan Bayu yang masih syok.
" Mata gue gak salah lihatkan?" Bayu menoleh mencari keberadaan Gendis juga Brata.
" Sial. Kemana mereka berdua?" Bayu panik karena tidak melihat keberadaan dua sosok yang tadi mengikutinya. Lalu dia kembali menuju ke ruang kemahasiswaan berharap Gendis ada di sana. Namun dia tidak mendapati mereka berdua. Dia memutuskan untuk keluar dari gedung menuju parkiran motor.

" Bayu." Bayu berbalik dan menghela napas lega.
" Dari mana kalian berdua?" Tanyanya.
" Berkeliling. Kamu lama. Aku bosan, jadi minta  Brata menemaniku. Lalu kami memutuskan untuk menunggunya disini." Jelas Gendis.
" Ayo pulang." Ajak Bayu lalu mengambil helm dan memutar motornya.

Pertemuan Bayu dengan gadis tadi belum akan bayu katakan. Dia harus memastikannya dulu. Setidaknya bayu tau jika mereka akan satu fakultas.

" Oh Iya. Bayu, tadi aku mendapatkan sedikit ingatanku lagi. Kali ini aku melihat seorang wanita yang mirip denganku hanya saja lebih tua dariku." Cerita Gendis.
" Lalu? Ada yang lain?" Tanya Bayu, dia sudah menduga hal ini akan terjadi.
" Tidak. Mengingatnya membuatku pusing." Jawab Gendis.
" Tidak apa. Setidaknya ada sedikit petunjuk tentang ingatanmu, kemungkinan itu kakak atau ibumu." Sahut Brata.

Perjalanan menuju rumah kali ini terasa cepat, karena tumben sekali jalanan tidak padat seperti biasanya. Sampai di rumah, setelah memarkirkan motornya di garasi. Seperti biasa dia pasti menghampiri sang Ibu yang sedang berkutat di dapur, entah kenapa ibunya itu senang sekali berada di dapur.

" Bu. Oh kau disini juga rupanya." Sapa Bayu pada ibu dan Mandali. Mandali hanya tersenyum.
" Bagaimana kampusnya?" Tanya Ayunda.
" Bulan depan baru masa orientasinya. Jadi, selama dua minggu ini Bayu bebas. Ada yang bisa Bayu bantu?" Tanyanya setelah meletakkan tas dan jaketnya di kursi.
" Ibu lupa membeli gula dan kecap. Bisa tolong belikan? Ibu mau bikin puding dan ayam saus kecap." Pinta Ayunda, mengambil uang dari guci kecil di dapur dan memberikannya pada Bayu.
" Gendis. Loe dirumah aja, temenin ibu." Gendis mengangkat jempolnya tanda setuju.
Bayu memberikan isyarat pada Mandali dan Brata untuk ikut dengannya.

Mandali dan Brata mengikuti Bayu. Mereka memilih untuk menunjukan wujud selayaknya manusia biasa.

" Ada apa?" Tanya Mandali.
" Gue ketemu sama Gendis." Jawab Bayu.
" Kita semua juga ketemu kali sama Gendis." Sahut Mandali sewot, dia berpikir jika Bayu mengada-ngada.
" Maksud gue, gue ketemu Gendis dalam wujud manusia. Brata tadi Gendis cerita kalo dia inget sesuatukan? Itu mungkin karena dia ada di satu tempat yang sama dengan tubuhnya." Jelas Bayu.
" Tapi jangan bilang dulu ke Gendis. Gue harus mastiin dulu, tapi setidaknya kali ini kita satu langkah lebih dekat dengan tujuan." Lanjut Bayu.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang