PART 12

89 9 5
                                    

Maaf ya updateku lama banget. Semoga kalian belum lupa dengan cerita Bayu ini. Dari pada kelamaan, silahkan menikmati kelanjutannya dan jika ada kritik juga saran silahkan sertakan di kolom komentar ya.

👻👻👻

Mereka yang di luar masih sibuk menghalau para makhluk yang mencoba masuk ke dalam. Jika di bilang kewalahan, sebenarnya tidak juga. Apalagi dengan adanya Brata. Sekali mengibaskan ekornya semua mahkluk itu sudah terpelanting entah kemana. Hanya yang membuat Bayu heran, dari mana datangnya para jin ini.

"Ayah. Menurut ayah, mereka datang dari mana? Kenapa tidak ada habisnya? Kalau begini terus bisa-bisa kita kehabisan waktu. Bagaimana kalau bagi tugas saja?" usul Bayu.

"Bagaimana?" tanya Pramudya.

"Ayah dan Om Aksa, segera membawa Ananta bertemu dengan Karen. Biar aku, Brata dan Mandali saja yang mengurus mereka. Toh para Jin di sekitar rumah juga membantu." usul Bayu. Pramudya dan Aksa saling menatap lalu mengangguk tanda jika mereka setuju dengan usul Bayu.

"Kamu hati-hati. Kami akan segera kembali." ucap Pramudya.

"Bertahanlah. Alois akan membantumu." tambah Aksa.

"Tenang saja. Kami pasti bisa mengalahkan mereka. Aku hanya ingin Nanta kembali pada tubuhnya." ujar Bayu menenangkan kedua orang tua itu agar bisa fokus pada Ananta dan Karen.

Bayu melihat Kala dan Brata seperti menanti sesuatu. Sepertinya mereka merasakan hawa kuat yang akan datang entah dari mana.

"Hei anak muda. Bersiaplah, akan ada tamu hebat yang ikut bergabung. Aku belum tau dimana dia akan berpihak. Tapi bisa ku pastikan, kalau pun nanti kita harus melawannya. Pasti akan ada yang terluka." mendengar ucapan Kala, Bayu menjadi sedikit kuatir. Pasalnya sehebat-hebatnya Brata dan Mandali, tapi kalau harus bertarung dengan sesuatu yang sama kuatnya.

"Bayu, tenangkan pikiranmu. Aku tidak akan membiarkan ada yang terluka. Tenang saja." Brata menyentuh punggung Bayu dengan ujung ekornya, dengan maksud untuk menenangkan anak yang sudah di jaganya sejak dalam kandungan.

Jujur saja, firasat Brata tidak enak. Dia merasa jika dia nanti akan meninggalkan Bayu. Entah sementara atau selamanya. Tapi semoga firasat ini hanya sekedar buah dari rasa kuatir berlebih.

"Dia datang." ucap Kala membuyarkan segala lamunan.

Benar saja, tiba-tiba semua jin yang menyerang mulai menghilang. Hawa di sekitar mereka mulai terasa menekan. Sesak mulai Bayu rasakan. Seolah oksigen di sekitarnya menghilang secara perlahan.

Di ruang tengah.

"Pramudya. Biar aku saja yang mengembalikan mereka berdua ke tempat semula. Kalian kembalilah. Bantu Bayu. Firasatku tidak baik." ucap nenek Asih.

"Paman. Aku akan membantu nenek. Tenang saja. Gendis pasti kembali." tambah Santika.

"Baiklah. Karen, Paman berjanji akan membantumu. Maafkan Paman yang tidak pernah tau semua perbuatan Laras padamu." ucap Aksa memeluk keponakannya.

"Karen yang seharusnya meminta maaf pada Paman. Karen tidak bisa menghentikan keinginan Mama dan malah menurutinya. Apapun konsekuensinya nanti Karen ikhlas, Paman." ujar Karen sembari tersenyum tulus.

"Aku sayang pada Paman, Bibi dan Ananta. Kalian adalah orang baik." lanjutnya. Setelahnya Aksa dan Pramudya meninggalkan mereka berempat.

Karen berjalan ke arah Santika yang menemani Gendis, dia melihat seorang gadis seumurannya. Pemilik tubuh yang sebenarnya. Ananta. Karen duduk di hadapan Ananta. Mengarahkan tangan kanannya tepat pada dahi Ananta. Entah apa yang di lakukan olehnya, nenek Asih dan Santika seperti di dorong menjauh dari keduanya.

Dari luar, Laras dan Sang Dukun melihat cahaya dari dalam. Mereka langsung mengerti apa yang terjadi sana. Keduanya lalu berusaha untuk berlari ke arah cahaya itu muncul. Belum juga sempat menapakkan kaki di teras, Pramudya dan Aksana muncul dengan aura yang mengintimidasi.

"Jangan pernah kalian berani mendekati anak-anakku." ucap Aksana.

Laras dan Sang Dukun perlahan mundur. Mereka berdua tidak akan pernah mampu melawan kedua pria dewasa itu jika harus bertarung secara fisik. Sang Dukun mulai meramal sesuatu, tiba-tiba saja muncul sesosok wanita cantik dengan ageman jawa kuno.

"Biyung Ambarwati." desis Pramudya.

Si empunya nama menoleh dan langsung menyunggingkan senyum manis namun menyeramkan. Sang Dukun kembali terkejut "siapa sebenarnya mereka ini?" batinnya.

"Pramudya Bhaskara. Apa kabarmu cah bagus? Sudah lama kita tidak bertemu. Kau ternyata sudah menjadi segagah ini, bahkan lebih gagah dari Kang Mas Bhaskara." ucapnya dengan tutur bahasa yang anggun dan berwibawa.

"Seperti yang Biyung lihat. Aku baik. Senang bisa bertemu dengan Biyung dan sedikit kecewa melihat Biyung ada disini karena di panggil oleh manusia serendah mereka." mendengar ucapan Pramudya, sosok yang di panggilnya Biyung tersebut menunjukkan raut wajah tersinggung.

"Biyung juga tidak menyangka jika manusia rendahan ini memanggil biyungmu ini untuk memusnahkan anak sendiri." balasnya seraya berbalik menatap Laras dan Dukun yang memanggilnya. Dia tidak akan pernah membunuh anak angkatnya, anak dari manusia yang dia cintai.

"Perjanjian kita batal wahai manusia. Aku tidak akan membantumu." ucapnya tegas dan mengibaskan selendangnya ke arah dua orang di hadapannya.

👻👻👻

Semoga lanjutannya tidak akan lama ya.

Bayu Bhaskara : Gendis (HIATUS sampai waktu yang tidak ditentukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang