「 Nʟᴜ ❖ 10 」

4.8K 520 164
                                    

***

Alarm dari sebuah ponsel berdering, membuat pendengaran seseorang terusik. Sejenak dia menarik kembali selimutnya lalu membenamkan kepalanya di bawah bantal seolah malas baginya beranjak dari posisinya. Namun, saat sadar bahwa dia akan menemui seseorang, sosok itu pun kembali menurunkan selimutnya. Masih duduk di atas ranjangnya, dia menarik kedua tangannya ke atas, mengumpulkan seluruh nyawanya yang sepertinya masih belum sepenuhnya terkumpul.

Seperti biasa, setelah membersihkan diri dan bersiap, dia menuju pantri ataupun ruang makan sekedar mengambil sebuah sandwich dan sebotol susu untuk seseorang.

"Apa bibi Jeon sakit? Aku tidak melihatnya," monolognya pelan saat tidak mendapati eomma Jungkook di pantri ataupun ruang makan. Pasalnya, dia sudah terbiasa hadirnya bibi Jeon meskipun di pantrinya saat pagi.

Dengan wajah bahagianya, dia pun meninggalkan rumah utamanya. Terdengar siulan dan juga nyanyian kecil mengiringi langkahnya menuju sebuah paviliun kecil di belakang rumahnya. Tempat yang selalu dia datangi, bahkan tak pernah melewatkannya sehari saja. Taehyung pun heran karena mendapati beberapa maid tampak keluar dari paviliun yang biasa Jungkook tinggali. Dia pun mempercepat langkahnya. Menghampiri salah seorang maid.

"Ada apa ini? Kenapa kalian keluar dari sana? Apa bibi Jeon sakit? Atau Jungkook sakit?" tanyanya panik.

"Sepertinya tuan muda belum tahu. Merekaㅡ"

"Cepat katakan!"

"Maaf, tuan muda. Bibi Jeon dan juga puteranya sudah meninggalkan rumah ini, jadi tuan besar meminta kami membersihkan semuanya, karena akan ada seseorang yang akan menggantikan bibi Jeon," terang salah seorang maid.

Berharap dia tak salah dengar, berharap semua yang dikatakan maid ya adalah bohong, bahkan sandwich dan susu yang berada di tangannya pun terjatuh, pria berkulit tan itu membuka kasar pintu paviliun yang baru saja mereka tutup.

Brakkk

Pandangan dan pikirannya tampak kosong saat ruangan itu tak meninggalkan jejak Jungkook sedikitpun. Foto yang biasa tergantung di dinding, tak tampak lagi. Bahkan sebuah figura kecil diatas nakas kini pun lenyap. Langkahnya memelan, tangannya bergetar saat dia mendekati sebuah pintu. Pintu dimana saat terbuka akan menampakkan sosok pria manis yang tersenyum padanya. Manik hazelnya kini mulai mengembun, bibirnya bergetar saat tangannya membuka pelan pintu kamar itu dan tak mandapati seseorang disana. Pria manis yang telah mengisi relung hatinya.

Tak berjejak sedikitpun bahkan aroma yang menguar saat pria manis itu muncul seolah menguap, tak menyisakan senyawanya. Tumitnya bergerak kaku menuju sebuah ranjang yang sudah tampak rapi, tanda maid telah menggantinya. Dan lagi, dia tak mendapati jejak sosok Jungkook.

"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan, Kookie? Kau pasti marah padaku. Akh! Ini sakit sekali, bahkan selamat tinggal pun aku tidak mendengarnya darimu. Huks..." Taehyung menumpukan kedua siku pada pahanya, kedua telapak tangannya dia gunakan untuk menumpu wajahnya, menutup kedua matanya yang kini penuh dengan bulir bening yang tak bisa dia tahan lagi.

Taehyung merogoh saku celananya lalu mengambil ponsel, mencari nama seseorang di sana. Entah sudah berapa kali dia menghubungi nomor Jungkook, namun hasilnya nihil. Tak ada jawaban dari ponsel itu.

"Eomma! Eomma pasti tahu," monolognya. Lalu meninggalkan paviliun Jungkook menuju rumah utamanya.

Setelah sampai rumah utama, Taehyung menemui sang eomma yang saat itu sedang berada di ruang makan. Dengan wajahnya yang kacau, dan kedua mata yang masih berembun dia duduk di samping eomma Kim.

NOTHING LIKE USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang