Zwei

29 18 8
                                    

Hari - hari telah berlalu, Diva dan Daniel pun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka semakin akrab dan semakin pantas untuk dikatakan sepasang sahabat.
Pagi hari yang cerah, diwarnai alunan siulan merdu dari mulut Diva berkolaborasi dengan siulan burung burung yang bertengger di pohon yang berada tepat didepan jendela kamar Diva. Sambil menyiapkan segala sesuatunya untuk ke sekolah dan ekstrakulikulernya sore nanti, ia terus melantunkan siulan nada nada dari lagu kesukaannya, Almost is Never Enough - Ariana Grande.

"Diva berangkat dulu ya, Nek" ucap Diva sambil salam pada Neneknya lalu melanjutkan siulannya sepanjang iperjalanan menuju sekolahnya.

"And we can deny it as much as you want, but in time our feeling will show" Daniel melanjutkannya dengan lirik dari belakang Diva. Diva yang mengenali ini adalah suara Daniel langsung tersenyum senang dengan posisi tubuh tidak berubah sehingga Daniel tidak melihat senyuman Diva.

"Ish ganggu aja" ucap Diva. Daniel pun mencetak wajah datar setelah mendapat respon Diva. Sementara Diva tetap melanjutkan siulannya dan berjalan lebih lambat agar Daniel lebih mudah mengejar Diva.

"Bawa raket ngga?" tanya Diva tanpa memandang Daniel.

"Nih, sebesar ini ngga keliatan?" ucap Daniel sambil menunjukkan tas raket yang digendongnya.

"Baju sama celana latihan? shuttlecock? sepatu?" tanya Diva lagi tanpa menghiraukan kata Daniel tadi.

"Bawa, bawel" ucap Daniel dengan membalaskan ekspresi Diva yang dingin.

"Bagus" Diva nampak tidak memperdulikan kata 'bawel' dari Daniel.

Sesampainya di sekolah, proses belajar mengajar tetap berlangsung dengan kondusif sampai bel istirahat berbunyi. Daniel telah memiliki beberapa teman dekat laki laki sehingga mereka makan bersama, sedangkan Diva bersama Michelle dan beberapa teman lainnya.
Bel masuk pun berbunyi lalu semua murid masuk kelas. Beberapa menit berlalu, namun guru yang seharusnya hari ini hadir, tidak kunjung datang. Ketua kelas yang sejak 8 menit lalu ke ruang guru tidak kunjung kembali. Sementara Michelle sibuk dengan ponselnya, anak perempuan berkelompok untuk bergosip, sementara anak cowok terdengar sibuk membicarakan tentang game baru.
Diva terlarut dalam kebosanan dengan kepala yang disandarkan ke atas tangannya yang terlipat diatas meja. Wajah ceria yang penuh semangat 3 jam yang lalu tampaknya telah terhapus dengan kuis dadakan dari mata pelajaran yang tidak pernah ia sukai, yaitu Fisika. Tak lama kemudian ia memiringkan kepalanya untuk mengarahkan matanya pada ketua kelas yang baru saja datang.

"Kus, hari ini Pak Andi ngga masuk kelas?" tanya Steven antusias.

"Iyaa ngga ada, tapi kita dikasih tugas, nih" ucap Ketua kelas sambil mengumumkan ke teman temannya.

"Ah, ntar lagi lahh tugas mah, besok aja dikumpulnya. Hayu tradisi aja. Kita refreshing abis kuis dadakan" celetuk Laura.

"Haha iya nih. Liat si Diva kasian banget yang asalnya ceria tiba tiba kayak orang stres gitu hahahah" celetuk Michelle juga. Posisi Diva tidak berubah namun bola matanya bergerak kearah orang yang berbicara.

Mendengar celetukan Michelle, Diva menginjakkan kakinya ke kaki Michelle dengan tidak keras. Michelle hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu.
Satu kelas pun setuju pada ucapan Laura. Semua murid berkumpul melingkar seperti biasanya, terkecuali Diva. Melihat keadaan Diva yang seperti itu, Nico pun menghampiri Diva.

"Div, kamu ngga main? aku juga bosen nih. Mending kita keluar yok, biasaa hehehe" ajak Nico.

"Oke deh. Kamu pinjem aja raketnya ke Daniel, dia bawa kok" Diva menyetujui. Lalu Nico menghampiri Daniel untuk meminjam raket. Daniel memasang wajah bingungnya mengapa pada jam pelajaran Nico meminjam raket, namun Daniel melihat Diva yang juga telah menyiapkan raketnya diatas meja sedang mengikat rambut lurusnya yang tidak terlalu panjang itu.

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang