Vier

22 15 7
                                    

Waktu terus berjalan mengiringi kedewasaan dan beberapa perubahan. Masa SMP Diva, Daniel, Michelle, dan teman teman lainnya pun telah berakhir dan berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi, yakni masa putih abu-abu SMA. Rata-rata teman sekelas Diva melanjutkan di gedung sekolah yang sama, yaitu SMA Pelita Harapan termasuk Daniel.

"Kita harus lebih serius belajar di SMA ini, Nil" bisik Diva pada Daniel di tengah barisan upacara bendera.

"Sssttt jangan ngobrol, ntar ketauan guru dihukum" jawab Daniel dengan pandangan tetap kedepan.

"Yaelah cuma ketauan doang, paling cuma dihukum. Aku sih udah langganan heheheh" ucap Diva lagi.

"Dasar gila. Dihukum kok bangga" balas Daniel lagi dengan posisi tubuh dan kepala yang tidak berubah.

"Heh kuda unicorn, kuda jelek, kuda bau, kuda.. apalagi yaa. Beraninya ngatain aku gila hah?" balas Diva dengan volume suara bertambah.

"Aaaww" Diva mengerang kesakitan dengan telinga yang ditarik.

"Keluar barisan, dan ikuti Ibu" ucap salah seorang guru yang mengetahui Diva yang mengganggu Daniel. Diva pun menurut lalu mengikuti guru tersebut. Diva dipisahkan dan berdiri sendiri di belakang barisan murid lainnya.

"Pengumuman - pengumuman" ucap sang protokol upacara di akhir upacara bendera. Lalu guru yang mendapati Diva mengobrol tadi membawa Diva ke podium yang letaknya tepat di hadapan seluruh peserta upacara.

"Anak-anak, sudah tahu peraturan upacara bendera? Ini adalah satu contoh buruk" ucap Sang Guru dengan menggunakan pengeras suara dihadapan seluruh peserta upacara.

"Tapi pinter kan, Bu?" jawab Diva dengan volume suara yang hanya terdengar oleh ibu guru tersebut.

"Dia mengobrol saat upacara. Dan yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi. Kalian mau dihukum seperti Diva?" Guru tersebut menghiraukan apa yang dikatakan Diva. Ia terus berbicara dihadapan seluruh peserta upacara dengan menyebutkan nama Diva langsung karena ini adalah pelanggaran Diva yang kesekian kalinya dan sudah tidak asing bagi guru guru dan bagi murid lainnya bahwa Diva adalah seorang pelanggar peraturan.
Upacara pun selesai, sementara Diva harus menjalani hukumannya di gudang sekolah. Selesai hukuman, Diva masuk kekelas barunya.

"Tok tok tok" ketuk pintu kelas Diva.

"Permisi pak, maaf saya terlambat" ucap Diva pada guru didalam kelasnya.

"Oh kamu yang mengobrol waktu upacara tadi, ya? hari pertama sekolah kenapa kamu nodai hah? ckckckck kamu ini anak perempuan tapi hobinya keluar masuk ruang BP" omel Pak Guru tersebut.

"Wah Diva famous ya" celetuk Nico. Sontak teman sekelasnya tertawa dengan sedikit menahan karena takut dimarahi gurunya.

"Kamu malah nyengir ya? udah cepat masuk kelas" ujar Pak Guru dengan nada kesal.

"Terimakasih, Pak"

Melanggar peraturan, berbuat ulah, membuat guru marah, mungkin Diva senang membersihkan gudang sekolah.
Bel pulang pun berbunyi, pulang bersama sudah menjadi suatu kebiasaan bagi kedua sahabat ini, yaitu Daniel dan Diva.

"Iya, Yo.. Ibu engga masalah kok. Diva juga sudah SMA, dia juga harus belajar mandiri kan yo" Nenek Diva tampak mengobrol melalui telepon rumah.

"Iya, betul. Tidak apa, Nak Aryo" lanjut Nenek Diva.

"Nek? Itu siapa?" Tanya Diva penasaran.

"Nah, kebetulan. Nih kamu ngomong sama Ayahmu" ucap Nenek.

"Oh Ayah toh. Halo Ayah? gimana kabar Ayah sama Ibu sama Ade?" tanya Diva spontan.

"Baik kok, Yah. Sehat - sehat aja" jawab Diva.
"Oh gitu.."

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang