Sieben

7 4 1
                                    

Dengan kecepatan super, mobil yang Daniel kendarai melaju kencang karena Daniel  antusias dan penasaran dengan isi laci tersebut. Kemudian ia berhenti di halaman rumah yang  sudah tua namun cat dan ornamennya tidak menunjukkan bahwa rumah itu sudah tua.

Daniel memandangi rumah lama nya dengan penuh harapan. Daniel membuka dompetnya dan mengeluarkan kunci yang diberikan oleh Mama Daniel sebelum pergi.

"Ternyata rumah ku masih terawat, semoga lemari yang di  kamar Mama masih disana" ucap Daniel dengan senyuman kecil.
'Semoga Papah tidak ada di rumah. Tapi, kenapa aku tidak berfikir dulu bagaimana kalau  kemungkinan lain yang terjadi? gimana kalau Papah ada dirumah? apa yang harus kukatakan? Ahhh aku bilang saja mau mengabari tentang Mama yang baru saja meninggal.' pikir Daniel.

Lalu daniel menekan bel rumah tersebut, dan keluar asisten rumah tangga dari rumah tersebut.

"Ya, cari siapa ya den?" sapa seorang ibu ibu berpakaian lusuh itu.

"Tidak, saya tidak mencari siapapun bu, saya adalah pemilik rumah ini beberapa tahun lalu, saya teringat dengan benda yang dulu ada di kamar Mama saya, jadi, saya ingin mengambilnya jika ibu mengijinkan" ucap Daniel dengan sopan.

"oh, tentu saja boleh" jawab ibu itu

"Saya kenal baik dengan pemilik rumah ini kok bu. Samuel Gregorius, lahir Jakarta, 12 Maret 1974, istrinya namanya Feronica Trixie Gregorius lahir di Bogor, 13 April 1975" Daniel berusaha meyakinkan wanita paruh baya yang sedang berdiri tepat dihadapannya. Sementara wanita itu mendengarkan Daniel seperti anak kecil yang dibacakan dongeng sebelum tidur, lalu percaya dan tanpa ragu mempercayai Daniel dan dongengnya.

"Apakah saya perlu ijin kepada pemilik rumah terlebih dahulu, Bu?" tanya Daniel.

"Tidak den, silakan saja. Sepertinya aden tahu banyak tentang Tuan Samuel dan keluarganya, lagipula pemilik rumah sedang liburan di luar negeri, minggu depan kembali dari sana." jawab ibu itu.
Daniel tidak berniat menjawabnya untuk saat ini. Karena tidak menutup kemungkinan akan menarik perhatian wanita dengan kemoceng ditangannya ini penasaran siapa Daniel sebetulnya. Tidak, tepatnya Daniel tidak mau mengakui bahwa tuan rumah ini adalah ayahnya yang kini telah ia panggil dengan panggilan 'om brengsek'.

"Mari den, dimana kamar ibu aden yang dulu? biar saya temani."

Sebenarnya daniel tidak mau ditemani, namun jika menolaknya, ia takut di curigai oleh asisten rumah tangga ini dan jika Ibu ini curiga, ia bisa saja melapor pada Papa Daniel apa yang Daniel lakukan. Namun Daniel bersyukur karena dimudahkan untuk mengambil barang yang dimaksud oleh Mama Daniel.

"Oh, di atas sana bu, di dekat tangga." jawab Daniel

Daniel dan asisten rumah tangga itu menuju kamar yang dimaksudkan daniel, dan asisten rumah tangga itu berdiri di depan pintu sedangkan daniel mencari cari lemari tua berwarna coklat bergaya yunani kuno, namun tidak juga menemukannya.

"cari opo toh den?"

"emm.. itu loh bu. Dulu, disini ada lemari coklat tua ala ala yunani gitu bu. Ibu pernah liat engga?"

"ohh kalau isi kamar sebelum rumah ini ditempatin, dipindahkan ke gudang den."

"boleh ibu tunjukan dimana gudangnya?"

"tentu den, mari."

'Isi kamar sebelum rumah ini dipindahkan ke gudang? kenapa? karena ngga mau teringat mama? dasar om om brengsek' ucap Daniel dalam hatinya.

Lalu merekapun menuruni anak tangga dan menuju suatu ruangan di pojok, dan daniel mencari cari lagi.

"nah, Ini dia lemarinya"

"Ketemu den? syukurlah"

"Iya bu"

"(suara air mendidih dalam teko)"

"Ahh den, ibu ke dapur dulu ya.. air sudah mateng"

"Iya bu, silakan" asisten rumah tangga tersebut segera meninggalkan ruangan tersebut. Daniel menggunakan masker penutup saparuh wajahnya  untuk berjaga jaga.

Lalu daniel membuka lemari tua itu dengan kunci yang mama Daniel berikan saat itu. Daniel melihat laci di bagian bawah lemari tersebut dan membukanya. Ia mulai meraba raba lebih kedalam isi laci yang terlihat kosong olehnya. Tangan Daniel pun meraih sebuah dompet kecil sederhana.

"Setahu saya satgas flu burung tidak usah memeriksa lemari orang" Daniel kaget dan segera menutup laci dan lemari tersebut lalu berdiri menghadap orang yang berteriak tadi.

"A-a..anu sa..saya.." Daniel memandang wajah seorang lelaki tua berusia kurang lebih 42 tahun dengan perawakan yang tinggi dan tubuh kekar seperti olahragawan.

'Papah? benarkah orang ini adalah om om berengsek itu? dia terlihat lebih sehat' pikir Daniel dalam hatinya. Menyadari hal ini, Daniel pun menyembunyikan kedua tangannya kebelakang punggungnya dan segera memasukkan dompet kecil tadi kedalam celananya karena pikirnya jika ia memasukkan dompet tersebut kedalam saku celananya akan ketahuan oleh Papahnya.

"Kamu maling ya?!!" tanya orangtua itu lagi pada Daniel

'ebusett wajah tampan gini dikatain maling. Apa aku ngaku aja ya? daripada digebukin sama om brengsek yang badannya keker. Aku kan gabisa berantem, waktu itu aja aku diselamatin si Diva' tanpa disadari Daniel melamun.

"Berani beraninya kamu maling dirumah saya. Mau dihajar kamu?" orangtua ini pun mendekati Daniel sambil menggulung lengan bajunya. Melihat hal ini, Daniel pun ketakutan dan tidak ada pilihan lain selain mengaku.

'Daripada mati..' glek. Daniel menelan ludahya sendiri.

"A-a..aku Daniel, Om.." ucap Daniel dengan suara bergetar dan dengan tangannya yang menutupi kepala dan wajahnya.

"A..apa? Daniel? kamu.."

‘Apa maksud anak ini panggil gue Om?’

"Iya Pah, ini aku Daniel" ucap Daniel seraya membuka masker penutup wajahnya.
"KAMU!!.."

'Kok dia marah sih? harusnya aku yang marah. Dia yang ninggalin aku dan mama' pikir Daniel.

"PAPAH! kenapa papa ninggalin ak .."

"KAMU KENAPA CULUN?" Papah Daniel memotong ucapan Daniel.
"Hah?!" Daniel heran.

"Anak lelaki Papah kenapa culun? padahal tampang kamu udah oke.. ughh imutnyaa putra papah.." ucap Papah Daniel sambil mencubiti pipi Daniel.

"Uh! lepasin Pah. Papah kenapa tinggalin aku sama mama hah?! karna takut kehilangan, gitu? HA HA HA lucu sekali. Saat itu Papa tau mama sakit dan papa malah pergi gitu aja, bukannya berusaha menyembuhkan mama. Tapi itu dulu, waktu mama masih sakit. Sekarang, kalau mama udah engga ada.. papa mau apa? nikah sama cewek lain biar cepet lupa sama Mama, iya?" ujar Daniel kesal.

"A..a..apa? Daniel..? kamu tadi bilang apa..?" tanya Papah Daniel dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Iya, mama udah meninggal" ucap Daniel dengan nada rendah. Kemudian Papah Daniel mulai menangis tersedu sedu sambil mengeluarkan tisu dari saku celananya dan mengelap air mata dan lendir dari hidungnya.

'Seharusnya gue sedih. Tapi gue jadi gak mood buat nangis karna ngeliat om om keker yang brengsek nangis pake ingus kayak gitu. Menjijikan' pikir Daniel dengan wajah datar.

"HUAAAAA PELOOOO KENAPA KAMU TINGGALIN AKUU?? PELOO...hiks hiks hiks" teriak Papah Daniel.

'Dia serius nangis? air matanya deras amat. Tapi..=______=' pikir Daniel. Nama mama Daniel adalah Feronica dan Papah Daniel biasa memanggil istrinya dengan sebutan mama pelo sebagai panggilan sayangnya.
-_________-'

                                * * * * * * *

(Bersambung 👉👉👉🤟)

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang