Vierzehn

10 4 1
                                    

Rintik hujan membasahi jendela kamar yang tepat berada di hadapan Cassy. Sepi. Tak ada lagi yang menemaninya. Yang tertinggal hanyalah pesan yang saling berbalasan di dalam handphonenya. Trio kwek-kwek. Nama tersebut lalu ia sentuh. Keyword-h-a-i-(delete)-(delete)-(delete). Lalu ia membaringkan tubuhnya dengan ponsel yang masih dalam genggamannya.

“Ting” pesan masuk. Dengan segera ia menegakkan tubuhnya dan memeriknya handphonenya.

Daniel. Haruskah aku membalasnya? Demikian pikir Cassy.

“Ting” lagi.

‘Knp cm d read aj, Cass? TT’ pesan Daniel.

‘Kokk tauu siii?’ Balasnya.

‘iyalah, kan s Diva tepar, dia ketiduran d mbl td wkwkwk’

Diva udah nyampe di rumah belum yaa? Aku baru kenal Daniel. Pikir Cassy sambil menelepon Diva.

“(instrumen lagu Almost is Never Enough)” nada dering ponsel samar-samar.

“huh? Diva?” Cassy langsung menuju nada dering tersebut. Ia keluar dari kamarnya dan suara tersebut semakin jelas. Kemudian ia membuka kamar Diva dan mendapatkan handphone Diva dalam keadaan ter-charger. Cassy mengambilnya dan membawanya ke kamarnya kembali.

Rasa penasaran Cassy terus menghantuinya. Semakin menit bertambah, semakinlah menggelora rasa penasarannya terhadap benda milik Diva tersebut. Dan pada akhirnya ia terkalahkan oleh sisi keponya. Cassy mulai menggenggam handphone itu.

“mari kita mulai dengan....”

“Dengan? Apa? Aku penasaran pada... apa?”

“Uh-huh! I get it. What do you think about me, Diva?” Cassy mengetikkan namanya pada kolom cari pesan. C-a-s-s-y. Messages 78.

“1 room chat 78 message?? Banyak amat. Room chat nya Daniel pula. Sudah kuduga” kejadian yang tak asing baginya. Ia merasa tak perlu membaca lebih lanjut apa yang mereka bicarakan tentang dirinya karena Cassy sudah tahu topik apa yang dibawakan ketika seseorang menyukainya.

“sekarang? Aku ingin membuktikan dugaanku yang kedua”

"M-i-c-h-e-l-l-e"
Cassy membaca chat Diva dengan Michelle dari awal.

"Setelah sering pulang bareng, latihan bareng, tau bisa baca pikiran, sikapnya yang ngeselin, kamu masih suka sama redisvelo?" Cassy mengucapkan chat yang terdengar asing baginya.

“kriiett” pintu terbuka. Cassy segera mengeluarkan semua program yang berjalan di handphone Diva.

“eh? Belum tidur?” Tiffany berjalan mendekati Cassy mencari tahu penyebab Cassy masih terjaga.

“itu.. hapenya Diva kan?” Tiffany mengambilnya dari tangan Cassy.

“Iya, Bu. Ketinggalan di kamarnya tadi”

“oh gitu.. yaudah ini Ibu simpan aja. Kamu engga boleh kepoin handphone orang, ini privasi”

“Udah, cepet tidur gih. Besok kamu harus sekolah” perintah Tiffany. Cassy membaringkan tubuhnya dan menenggelamkan dirinya dengan selimut tebal bergambar princess. Tiffany mulai melangkahkan kakinya menuju keluar.

“kapan-kapan, aku boleh nggak main ke rumah Diva?” tiffany menghentikan langkahnya dan menghela nafas, lalu berbalik. Cassy dan Ibunya saling bertatapan. Cassy menunggu jawaban, dan Tiffany menahan jawaban itu di mulutnya.

“sambil kembaliin handphone Diva” lanjut Cassy dengan suara merendah.

“boleh” jawabnya singkat. Secara otomatis Cassy menyunggingkan senyumnya.

“tapi,..” Tiffany belum selesai berbicara rupanya.

“kamu perginya bareng Daniel, oke?” lanjut Tiffany dengan tidak mengharapkan jawaban dan melangkahkan kakinya pergi keluar. Cassy berpikir sejenak ‘kenapa harus dengan Daniel?’. Melamun. ‘ah iya, sahabatku cuma Diva dan Daniel’ lalu menghiraukannya dan tidur.

"Tunggu, apa tadi? redis..reslo?revis.. tadi itu apa ya? sering bareng sama Diva? siapa lagi kalo bukan.. OMG masa sih.. ah aku kan cuma nebak, belum tentu bener"  lalu menghiraukannya dan tidur.

                                     * * * * *


Di pagi hari yang cerah, Daniel sudah memikirkan Cassy dan ingin jalan bersamanya berdua saja. Kemudian ia mencari tahu apa alasan yang tepat untuk mengajak Cassy. Tidak lama kemudian, Daniel menemukan ide, yaitu Daniel berniat untuk meminta tolong pada Cassy untuk melihat ukiran nama yang dahulu pernah Diva tuliskan.

"Cassy" panggil Daniel ragu.

"Iyaa?" jawab Cassy.

"Aku boleh minta tolong ngga?" Daniel masih ragu.

"Minta tolong apa?" Cassy bingung.

"Jadi gini, dulu waktu SMP aku dan Diva pernah saling curhat gitu tentang orang yang disukai. Aku sih kasih tau langsung terus terang siapa yang orang yang aku suka, tapi Diva curang dia gak mau kasih tau siapa orang yang dia suka, Diva bilang kalau aku mau tau siapa orang yang Diva suka aku harus melihatnya langsung ke jembatan dekat sekolah" Daniel bercerita.

"Oh, Diva menulisnya di jembatan itu ya, Terus? kenapa gak langsung lihat aja?" tanya Cassy bingung.

"Aku bilang Diva curang karena aku takut lewat jembatan" ucap Daniel. Lalu Cassy tertawa geli melihat pengakuan seorang Daniel yang takut berjalan melewati sebuah jembatan. Daniel hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Rasa ingin menggaruk tiba tiba muncul juga saat kebingungan.

"Haha baiklah, jadi kamu mau minta tolong apa?" tanya Cassy.

"Aku minta tolong lihat ukiran nama orang yang Diva suka itu. Kamu gak takut kan sama jembatan?" Ucap Daniel ragu.

"Woahahaha tentu enggak lahh" Jawab Cassy dengan nada tinggi meremehkan Daniel.

"Biasa aja kali mentang mentang ga takut jembatan" jawab Daniel.

"Oke deh kalau gitu, apa mau sekarang ke jembatannya?" tanya Cassy menawarkan.

"Eh? sekarang? serius? ayo" Daniel antusias mendengar kalimat yang diucapkan Cassy.

Lalu mereka pun masuk ke mobil yang dibawa oleh Daniel dan segera menuju sekolah nya dahulu. Namun, ketika diperjalanan, Cassy mendapat panggilan telepon.

"Hallo pah?" Tampaknya Cassy ditelepon oleh Ayahnya.

"Lagi sama Daniel Pah"

"Oh gitu. Baiklah Pah, Cassy langsung kesana" Ucap Cassy dilanjutkan dengan menutup teleponnya. Tanpa berkata panjang, Daniel segera menghentikan mobilnya di pinggir. Dengan hening beraroma kecewa, Cassy hanya melengkungkan bibirnya kebawah sambil melihat wajah Daniel yang yang menetapkan pandangannya ke depan.

"Kamu mau kemana? biar aku antar" Ucap Daniel yang kecewa namun tetap berusaha tegar.

"Maaf ya Daniel, mungkin bukan hari ini. Kita kan masih bakal ketemu lagi di lain hari" Cassy berusaha meyakinkan Daniel dengan senyumannya. 'masih akan bertemu di lain hari? tentu saja Cassy, tentu saja!' pikir Daniel dengan perasaan senang.

"Engga apa apa lahh Cassy. Kalem aja, ayo aku antar kamu mau kemana?" Daniel pun tersenyum.

"Aku mau ke Rumah Sakit Sehat Terus. Kata Papah, Tanteku baru saja melahirkan dan suaminya masih dalam perjalanan pulang dari London, jadi aku disuruh Papah untuk menemani Tante" jawab Diva.

"Oh oke baiklah" Lalu Daniel memutarkan mobilnya dan segera menuju RS Sehat Terus.

Sesampainya di Rumah Sakit tersebut, Cassy berterimakasih dan meminta maaf pada Daniel karena Cassy belum bisa membantu Daniel. Daniel pun pulang ke rumahnya dan Cassy menemui Ayah Cassy, Ibu Cassy, Tante Cassy dan tentunya Keponakan baru Cassy. Cassy pun menemani Tantenya sementara Ayah Cassy pulang ke rumah untuk melanjutkan pekerjaannya.
Menunggu Omnya pulang, Cassy memikirkan tentang apa yang dikatakan Daniel.

'Unik sekali, Diva yang tomboy gitu bisa suka sama cowok? aduh kepo banget deh. Kalau saja Papah engga meneleponku, aku pasti bakal tau cowokk yang disukai Diva tuh yang gimana' Cassy cemberut, namun ia segera melanjutkan lamunannya 'Siapa ya cowok yang kira kira Diva sukai.. Tapi, kalau seandainya aku sudah membacanya, bagaimana kalau aku tidak mengenalinya? cowok yang aku dan Diva kenal sih.. cuma Daniel doang. HAH? ngga, ngga mungkin.

Kelihatannya Diva sering ngebully Daniel. Tapi, kalau memang benar Daniel orangnya, Daniel bakal langsung tau dong? yahh gak seru. Atau aku pura pura bilang kalau tulisanya udah pudar ya? oh iya kan Daniel bisa baca pikiran, dia pasti langsung tau.. huft.. eh tunggu.. kalau dipikir pikir, ada untungnya Papah nelepon. Jadi aku bisa ke jembatan itu sendirian dan pura pura ngga tau kalau aku sudah mengetahui orang yang Diva suka. Heheheh ini sih mudah, jembatan di dekat SMP Daniel dan Diva kan cuma ada satu. Aku akan kesana!' Pikir Cassy dalam hati.

Keesokan harinya di pagi hari yang cerah, Cassy bangun pagi sekali untuk lari pagi. Setelah 30 menit melakukan lari pagi keliling kompleknya, Cassy teringat dengan rencananya kemarin.

"Ah iya sepertinya ini saat yang tepat untuk ke jembatan itu. Aku sekalian jogging ke luar lintasan aja deh" ucap Cassy sambil memutar arah larinya.

"Aku sudah sampai di SMA Daniel dan Diva, jembatan yang dimaksud Daniel dimana ya?" Cassy pun berjalan melewati sekolah tersebut.

"hmm.. ini jembatannya, tapi dimana ukirannya? gak mungkin di kedua ujungnya karena Daniel bisa langsung melihatnya. Baiklah aku akan berjalan ketengah jembatan ini. Jembatan ini terlihat tua, aku jadi nervous. Ah tapi ini gak akan apa apa kok, tenang Cassy tenang. Aku kan langsing, bobot tubuhku gak lebih dari 48kg" Cassy menenangkan dirinya sendiri. Lalu Cassy berjalan dengan penuh hati hati dan perlahan. Cassy memperhatikan setiap papan yang ia pijak. Setelah beberapa langkah, Cassy melihat ada ukiran huruf E di salah satu papan, lalu  Cassy menghentikan langkahnya dan menundukkan dirinya.

"Ini ukirannya bukan, ya? tapi banyak lumpurnya ewhh tapi, baiklah ini tak apa" Ujar Cassy sambil jongkok dan mulai membersihkan lumpur yang menutupi papan tersebut. Setelah lumpur tersebut tersingkirkan dari papan itu, Cassy membuka mulutnya dengan mata melotot. Cassy kaget dilanjutkan dengan tersenyum senang melihatnya.

"OMG! sudah kuduga!

                                   * * * * *

(Bersambung 👉👉👉🤟)

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang