Fünfzehn

6 4 1
                                    

Pesta berlangsung dengan meriah. Gaun yang menyelimuti Diva terlihat anggun dan membuat Diva seperti wanita sungguhan, yang jika ada orang lain melihatnya tidak akan membuat orang tersebut berpikir bahwa Diva adalah gadis tomboi.
Daniel tak kalah, dengan jas mewah Daniel menambah pesonanya. Diva dan Daniel berdansa di pesta itu, dan tentunya ini merupakan mimpi Diva yang masih tertidur pulas pada pukul 11.00, tepat 32 hari setelah pertemuan Daniel dan Cassy, alias setelah satu hari satu bulan Daniel berulang tahun.

“dor dor dor”

Diva segera bangun dari tidurnya dan langsung membukakan pintu. Dengan perlahan-lahan ia mulai membukakan matanya yang berat dan penglihatannya masih kabur dan buram. Setelah ia tidak melihat apapun ketika membukakan pintunya, ia masuk kembali dan menutup pintunya.

“Apaan sih pagi-pagi udah ngejailin aja. Dasar bocah-bocah ingusan gaada kerjaan” diva mengomel-omel sendiri sambil melangkahkan kakinya kembali ke kamarnya. Ketika ia melihat tempat tidur telah dihadapannya, ia ingin melanjutkan tidurnya.

“Dor dor dor” suara itu lagi.

“huaaa tak bisakah kalian melihat seseorang bahagia sebentar?!” teriaknya dengan kesal

“Meski hanya di mimpi” lanjutnya sambil membukakan pintu lagi. Dan tetap tidak ada siapapun. Diva memutuskan untuk menunggu dengan bersandar pada pintu yang terbuka. Lama-lama ia hampir menutupkan matanya, meski dalam keadaan berdiri.

“KEBOOO!!”

“AAAAKK” Diva terbangun dan hampir terjatuh. Daniel yang menyelamatkannya. Mereka dalam posisi seperti dansa. Jika Daniel melepaskannya, maka Diva jatuh. Begitu posisinya.

“I love you too” ucap Diva yang masih dalam keadaan kurang sadar, dari tidur dan mimpinya.

“Hah?!” Daniel tentu tercengang dan tanpa sengaja melepaskan tubuh Diva sehingga Diva tersungkur ke lantai.

“WOY kalo ngga niat nolongin orang mending ngga usah. Aduh, gimana nih kayaknya aku harus pake kursi roda huhuhu padahal aku pengen beresin rumah dan jalan-jalan. Yaahh aku jadi gabisa gerak bebas” Diva yang telah menyadari sesuatu dengan spontan dan cerdiknya ia langsung mengalihkan topik. Daniel yang sempat memasang ekspresi heran + kaget, termakan oleh pengalihan Diva.

“Apaan sih lebay banget. Heh kamu ga sadar apa? Ini udah jam 11 siang dan kamu sebagai cewekk masih molor? Terus nih koper-koper kemaren juga belum diberesin, rumah berantakan...”

‘syukurlah’ pikir Diva

“iyaa mak rempong aduh bawel banget iih”

“Buruan beresin rumah, udah gitu mandi, trus kita caw” perintah Daniel sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa dihadapan TV yang baru saja ia nyalakan. Dalam hati Diva ia sangat senang akan pergi bersama Daniel, namun ia tetap menutupi perasaannya. Caw adalah sebutan bagi mereka berdua yang artinya pergi ke suatu tempat.

“Caw kemana? Duh mending gua hibernasi di rumah ah”

“Tadinya sih mau kasih lo surprise, tapi kalo gua bilang cuma mau jalan-jalan, lu pasti gak mau ikut”

“Surprise apaan? Emangnya gue ulang...? hah!?” Diva teringat sesuatu.

“Yaaahh gak seru dong. Lo harusnya surprise gituu biar seru” keluh Diva.

“Kan udah gue bilang lo pasti gak mau ikut kalo misal lu lagi pengen tidur. Tidur lo kan lebih penting dari apapun” jawab Daniel sewot.

Diva pasrah sekaligus senang karena Daniel mengingat ulangtahunnya.

“Yang bersih yaa, jangan sampe ada debu yang tersisa”  ucapnya lagi sambil menaikkan kakinya.

“Iya iyaa mak bawel” Diva hanya bisa menuruti Daniel.

‘Apa maksud dari dia bilang i love you too tadi? Apa bener yang dipikiran Michelle? Tapi tadi kan Diva baru bangun tidur, mungkin aja sih dia lagi ngigok, buktinya dia kayak yang ga inget apa apa tuh’ Daniel mengira-ngira sambil melirik Diva sesekali, lalu mengembalikan pandangannya ke arah TV.

‘Aku yang kegeeran atau dia emang ngeliatin aku ya? Pikir Diva sambil membolak-balikan arah lap pelnya yang menghapus setiap debu di lantai. Kemudian ia ke kamar mandi untuk membilas lap pel nya yang sudah penuh dengan debu, lalu kembali.

“Si Fino udah jadi nembak si Via nya?” Diva tiba-tiba melontarkan pertanyaan mengenai sinetron yang sedang ditonton Daniel yang masih melamun.

“Hah? Iya udah” jawabnya tanpa mengetahui kebenarannya.

‘Dia nanya apa tadi? Kayaknya Diva tau gua ngelamun’ kata hati Daniel berkata.

“Oohh” jawab Diva sambil melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai. ‘jadi bener ya, Daniel lagi melamun? gaada yang namanya Via di sinetron itu’.

Tak lebih dari satu jam, kini rumah Diva lebih enak dipandang dibandingkan dengan sebelum Daniel datang. Diva segera mandi dan berpakaian.

“Yok caw!” ajak Diva sambil meraih kunci rumah yang tergantung di tembok dekat pintu sambil menggunakan jaket jeans nya.

Sepanjang jalannya, Daniel lebih tak banyak bicara dari biasanya. Namun ini bukanlah kasus yang sulit bagi Diva. Ia selalu cekatan untuk mengatasinya.

“Kurangin dulu kecepatannya” ucap Diva tiba-tiba. Daniel menuruti kata Diva meski tak mengerti apa yang terjadi.

“Lihat! Jembatan itu kokoh kan? Orang banyak sering lewat sini kok, tapi jembatan itu bener-bener kuat” telunjuk Diva mengarah pada jembatan tersebut. Mata Daniel mengikuti arah telunjuk Diva, lalu mengembalikan pandangannya ke depan dan tetap menyetir.

“Kamu masih takut ya?” goda Diva. Tidak. Ia sedang menyimpangkan suasana jelek itu.

“Aku udah tau kok, siapa namanya” Diva terhenyak mendengar sepatah kata dari mulut Daniel itu.

“Siapa?” tanyanya dengan ragu.

“Nicholas KYAAA!” untunglah Daniel hanya bergurau. Diva menghela nafasnya pelan-pelan sambil menutup telinganya yang telah diteriaki oleh ejekan Daniel.

“Yehh dasar kuda renggong. Ngeyel aja bisanya” tangkis Diva. Daniel tertawa dengan puas setelah melihat ekspresi Diva yang lega setelah raut wajah ketegangan. Mereka pun melaju kembali dengan kecepatan normal.

“Eh mau kemana nih?” Diva baru menyadari sesuatu.

‘komplek anggrek?’ tanyanya dalam hati setelah membaca sebuah tulisan besar di atas gapura di depan gerbang besar yang menjulang tinggi.

“Jangan banyak tanya. Ntar juga tau sendiri”

“Awas loh ya kalau berani nyulik aku”

“Idihh amit-amit dah. Kebo betina sangar siapa yang mau nyulik?? Hahah! Gausah ketinggian dahh mimpinya” ucap Daniel sambil memarkirkan mobilnya, lalu keluar. Sementara Diva masih dalam posisinya sambil tercengang memandangi sekitarnya. Daniel melakukan peregangan sambil memanggil Diva untuk segera keluar dari mobil, lalu mulai berjalan memasuki rumahnya.

“Lu kayak anak yang dibuang, tau gak?” ucap Daniel sambil mempersilakan Diva yang seperti pengunjung museum di rumah Daniel.

“Yehh kan ini kemauan aku sendiri. Kalau aku gak kenal sama kamu, kayaknya aku udah tinggal di rumah yang kayak gini di Semarang” jawabnya spontan. ‘Ups! Apa yang kau katakan, Diva?’ diva menelan ludahnya.

“Hah? Maksud?” ketus Daniel. ‘jadi Diva tetep di Bandung gara-gara aku?’ tanyanya dalam hati.

“Gak ngerti? Maksudnya, orang semarang mana ada yang mau jadi bahan bully-an? Only you, Daniel.. sumber kebahagiaanku HUA HA HA HA. Karena aku selalu bahagia setelah membully orang HUA HAHAHA” lagi, Diva cerdik.

“Siapa yang nge-bully?” suara berat yang muncul tiba-tiba membuat Diva ketakutan setelah tertawa puas.

“Ini nih pah, orang yang bully aku terus tiap hari” lapor Daniel pada Sam. Diva melihat tubuh kekar dihadapannya menanyakan dirinya dengan ketakutan.
‘aku dimana? Ini siapa? Apa aku tidak bisa melanjutkan kisah remajaku lagi? Aku belum melakukan hal besar di dunia ini huhuu’ pikirnya.

“Kamu yang bully anak saya?” kini Sam menemukan Diva.

‘Jadi ini alasan Daniel bawa aku ke sini? untuk laporin aku sama Papanya? Bukan, untuk menghentikan sisa umurku? Tolong jangan begini dong nil, kamu bilang aja kek kalo gasuka diperlakuin gitu sama aku. Aku bakal bersikap lebih baik kok.. maafin aku Daniel’ jadi, Diva kalah oleh Papa Daniel.

“Kenapa kagak ada bekas lukanya?” lanjut Sam.

‘huh?’ Diva mulai mengangkat wajahnya.

“Bukan bully ini namanya! Gebuk dong, tonjok, tinju, bonyokin mukanya. Itu baru namanya bully” Sam berjalan menuju sofa ruang tamu. Diva melirik Daniel. Maksudnya apa? Mata Diva berbicara. Daniel kemudian menjawabnya dengan mengangkat bahunya. Tidak tahu. Begitu artinya.

Daniel membawa Diva duduk di sofa dekat Sam. Rasa takut Diva mulai memudar oleh tingkah aneh Sam. Diva duduk di tepat di seberang dimana Sam duduk.

“Jangan takut. Meskipun tubuh keker gini, tapi gua ngga bakal ngegigit kok” kata Sam. Diva memaksakan wajhnya untuk tersenyum. Sopan di depan orangtua. Itu yang menjaga sikap Diva saat ini. ‘aku merinding’ pikir Diva.

“(bel rumah berbunyi)” Sam melirik Daniel lalu menggerakkan kepalanya sekali mengisyaratkan untuk Daniel membuka pintu. Diva melihat pergerakan Daniel dari berdiri hingga berjalan, seolah-olah sorot matanya dapat menarik Daniel untuk kembali ke tempat duduknya.

“Huuhh baru aja duduk. Ayo” sam berdiri lalu berjalan ke meja makan, menarik salah satu kursi yang mengelilingi meja makan dan mendudukinya. Diva duduk dengan jarak 3 kursi, namun satu meja dengan Sam.

“Waahh Papa DO dari mana nih? Kayaknya menunya beda banget” Daniel datang membawa bungkusan besar dengan diiringi wangi sesuatu yang tiba-tiba membuat perut Diva berbunyi.

“Apa itu?” Sam mengerinyitkan dahinya dengan ekspresi keanehan. Diva yang merasa merupakan sumber bunyi tersebut diam dengan mata sedikit membelalak dan wajah memerah. Mata Sam memandangi sekitarnya dan berhenti ketika menangkap mata Diva.

“Sepertinya kita harus segera menyantap sesuatu yang ada di tanganmu itu” ucap Sam pada Daniel seraya membalikkan piring yang dihadapannya.

“Emm.. ma-maaf om, saya ngga maksud” ini pertama kalinya lagi bagi Diva berbicara setelah terbungkam karena ketakutannya.
Sam tertawa ramah “Engga apa-apa kok”
“Kita sambil ngobrol aja” lanjutnya. Diva lega mendengar ucapan tersebut.

“Makanya jangan tidur mulu. Sampe makan aja lupa” Daniel bukan di pihak Diva saat ini.

Mereka pun mengobrol hangat di saat makan bersama.

Diperkenalkan dengan keluarga Daniel, makan bersama dengan keluarga Daniel. Ulang tahun yang ke 17 ini terasa lebih istimewa dibandingkan dengan ulang tahun bersama teman lalu diceplok telur dan disiram terigu. Meskipun tanpa ucapan selamat ulang tahun ataupun kue tart.


                                * * * * * * *

(Bersambung 👉👉👉🤟)

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang