Sepi.
Jenuh.
Daniel merasa harus melawannya. Sam bekerja dan Daniel tinggal sendiri di rumah. 10 menit pertama ia isi dengan berjalan-jalan mengenali rumah barunya. 10 menit kedua, ia memainkan gadgetnya. 10 menit ketiga, ia menonton TV.
“Tit” TV dimatikan.
Lalu ia menengadahkan wajahnya di atas sandaran sofa eksklusifnya dengan mata tertutup.
“Diva” Daniel menyebutkan nama tersebut, lalu membuka matanya kemudian meloncat dari sofanya dan segera mengambil kunci mobilnya. Dengan semangat ia mengendarai mobilnya menuju rumah Diva.
Daniel memandangi rumah Diva dengan sedikit ketakutan.
‘apa Diva akan balik marah? Seharusnya aku ngga marah waktu itu. Diva benar, akulah yang seharusnya melindunginya’ keluh Daniel.
“Kenapa rumahnya sepi?”
Daniel menepuk dahinya. “Ini kan masih jam sekolah”
Daniel segera menancapkan gasnya dan bergegas menuju sekolah.
“Gue ga peduli ini masih jam sekolah atau bukan. Gue harus ketemu Diva untuk minta maaf” ucapnya lagi.
Daniel sampai di depan gerbang sekolah dan menghentikan mobilnya. Dan untuk kedua kalinya pada hari ini, ia menepuk dahinya, lagi.
“Sekolah ini melarang siswanya membawa mobil. Bagus. Sekarang apa?” kemudian Daniel melihat masker, kacamata dan topi Sam yang tertinggal di jok belakang.
“Barang kolot ini cukup untuk penyamaran gue ke Pak Asep” kemudian Daniel mengenakan ketiga barang tersebut dan langsung mengklakson agar Pak Asep, satpam sekolah membukakan gerbangnya.
“Punten, bade ka saha nya?” tanya Pak Asep.
‘Dia ngomong apa? Gue ga bisa bahasa sunda nih. Ah biasanya satpam yang bukain pintu nanyain gue siapa dan mau apa. Oke gue jawab aja dah daripada dia curiga’ pikir Daniel.
“Saya orangtua siswa dari Daniel kelas 1, mau ketemu sama Bu Gina. Bu Ginanya ada Pak?” tanya Daniel dengan menyamarkan suaranya.
“Oh Bu Gina? Muhun pak, Bu Gina nuju di rohang guru. Mangga kalebet.” jawab Pak Asep dengan santun.
‘Kali ini dia ngomong apa? Apa maksudnya mangga? Oh! Mungkin maksudnya gue parkir deket pohon mangga. Ya, i see’ pikir Daniel sambil memarkirkan mobilnya ke dekat pohon mangga di dekat lapangan futsal. Dari spion, Daniel melihat Pak Asep yang kebingungan dan menghampirinya.
‘Sepertinya penyamaran gue sampai di sini’
“Naha ari Bapa parkirna jauh-jauh teuing. Abdi sarankeun tong di dieu parkirna, lantaran ngke bakal aya barudak nu bade maen bal. Bisi beunang bal. Teu nanaon Pak?” tanya Pak Asep sambil sedikit cengengesan.
‘Dia ngomong apa? Tadi dia nanya kan? Gue harus jawab apa?’ Daniel kebingungan.
“Iya. Pak. Terimakasih. Saya ke dalam dulu ya” jawab Daniel.
“Oh Bapa buru-buru nya? Nya wios atuh ari kitu mah” kemudian Daniel meninggalkan tempat parkir tersebut dan segera ke kantin. Ia membuka masker, topi dan kacamatanya.
‘Pas banget waktunya istirahat’ ketika ia memandangi sekitarnya, ia baru sadar bahwa banyak teman-teman dan kakak kelasnya yang memperhatikannya. Daniel terpaku kebingungan mengapa ia menjadi pusat perhatian. Namun ia segera mengabaikannya dan langsung menuju ruang kelasnya untuk mencari Diva.
Tanpa segan ia memasuki ruang kelasnya dan mendapati teman-temannya yang sedang melakukan tradisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redisvelo
RomanceSekolah Diva kedatangan murid baru dari sekolah elite, Daniel namanya. Daniel memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang melalui mata. Diva tak percaya dengan kemampuan cowok yang menjadi sahabatnya ini karena Daniel tidak mengetahui bahwa Diva me...