Sechszehn

7 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah Daniel dipenuhi oleh semangat yang menggebu-gebu. Siapa yang tidak senang bila wanita pujaan tiba-tiba minta dijemput ke rumahnya untuk membawanya ke suatu tempat?

Ia sudah berkali-kali merapikan rambutnya di depan cermin. Jika cermin itu punya tangan, tidak menutup kemungkinan cermin itu menarik rambut Daniel yang ‘hampir’ rapi.

Tiffany seperti biasanya selalu bersemangat ketika bel rumahnya berbunyi, kecuali saat ia tidak menduga bahwa yang menekan bel adalah Daniel.

“Haaii” seru Tiffany sambil mempersilakan Daniel masuk.

“Kamu makin ganteng aja hari ini” kata nya lagi.

“Ah tante bisa aja” jawab Daniel dengan perasaan bangga di dalam hatinya.
Mobil sport hitam diparkirkan di samping rumah Diva. Daniel tampak membisikkan sebuah rencana pada Cassy tepat di depan pintu rumah Diva.

“jam segini si Diva paling masih mimpi. Kita kasih dia surprise dengan rencana tadi, oke?”

“tapi kan Nil, kita masuknya gimana? Kalo Diva masih tidur, berarti pintunya masih kekunci”

Daniel mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya. Lalu membukakan pintu yang ada dihadapannya.

“wah kok kamu bisa punya sih?”

“aku udah punya ini sejak SMP soalnya kan waktu nenek nya Diva masih tinggal di sini, aku udah dianggap kayak cucunya. Neneknya Diva udah percaya sama aku” jelas Daniel. Cassy membulatkan mulutnya tanda mengerti.

“yuk kita mulai rencana kita” ajak Daniel sambil membuka pintu rumah Diva.

“rencana apaan hah?” tanya seseorang yang tengah bersandar pada sofa yang menghadap ke arah TV yang menyala dan membelakangi pintu.

“Divaaa” teriak Cassy sambil sedikit berlari mendekati Diva. Diva berdiri untuk menyambut Cassy yang akan memeluknya.

“ehh et et et gak boleh” langkah Cassy terhenti karena Daniel menahannya.

“apaan sih heh kuda” ketus Diva yang dibelakangi Daniel. Daniel membalikkan tubuhnya menghadap Diva.

“tumben udah bangun jam segini?”

“hmm” jawab Diva malas.

“udah beresin rumah?”

“ngga liat rumah ini udah mengkilap?”

“udah mandi?”

“udah yaelah”

“kalian kayak couple yaa, lucu deh” ucapan Cassy membuat Daniel dan Diva merubah ekspresi wajahnya.

“Couple? HAHAHAH aduduh seorang Diva couple-an sama kutil kuda? Sorry ya Cass, he’s not my type” elak Diva.

“idih siapa juga yang mau sama ketek domba” balas Daniel.

Mereka pun bermain bersama sampai malam hari. Daniel dan Diva mengantarkan Cassy pulang. Tiffany, dengan hati yang gembira mengajak Diva dan Daniel untuk makan malam bersama di rumahnya sebelum mereka pulang. Seusai makan, Daniel dan Diva segera berpamitan karena hari semakin malam.

Cassy merasa sangat senang dengan kehadiran Diva di hidupnya, terlebih saat Diva menginap di rumahnya. Cassy menganggap Diva sebagai saudara, itu karena Cassy yang merupakan anak tunggal yang tidak memiliki teman dirumahnya.
Daniel, berusaha tidur dengan hati yang berbunga-bunga dan pikiran yang penuh dengan kejadian seharian penuh bersama Cassy dan sahabatnya, Diva.
       

                                     * * * * *

Libur semester tiba, Daniel serius memainkan ponselnya, tampaknya dia sedang mencari cari tau tentang Cassy. Ditengah keasyikannya, ia terlihat sedikit kaget disertai senyum. Lalu ia pergi ke ruang tengah menghampiri telepon rumahnya. Daniel terlihat sangat senang dan terburu buru. Lalu ia mulai mengetikkan nomor tujuannya. Daniel menunggu nada sambung itu berganti dengan suara seseorang tujuannya.

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang