"Nih, bayaran lu. Makasih yak udah bantuin gue" ucap Daniel pada 2 orang yang telah membantunya mendekorasi.
"Moga aja Cassy suka" gumam Daniel sambil membereskan dompetnya. Daniel terhenti ketika melihat secarik kertas tua di dompetnya. Dengan penuh penasaran, Daniel mulai menarik kertas kekuning-kuningan dan sedikit berserbuk karena dimakan usia.
Daniel membuka perlahan kertas yang terlipat itu dengan berhati-hati agar tidak sobek. Dan dengan perlahan pula Daniel berusaha membacanya.
"Mama.."
"Cassy tunggu" teriak Diva dari dalam gelanggang olahraga tersebut membuat Daniel terhenyak. Cassy yang sudah sangat kesal berjalan cepat dan sudah mulai tidak memaklumi tingkah Diva yang selalu beralasan untuk mengulur waktu.
"Cassy" seru Daniel. Cassy masih ingin berteman dengan Daniel.
"Ikut aku yuk" ajak Daniel.
"Lha gua gak diajak. Mau kemana heh?" protes Diva.
'Nil, plis jangan macem macem' ucap Diva dalam hatinya.
Daniel menarik tangan Cassy dan mulai berjalan.
"Eh kuda lu nyadar gak ini udah malem. Ayo cepat pulang, ntar tante Tiffany marah" bujuk Diva untuk menghindari terjadinya hal yang Diva sebut dengan 'macem-macem'.
"Apaan sih Div, berisik tau gak. Kamu kalau mau pulang, pulang aja naik taksi duluan. Cassy aman sama gua" Daniel memasang tampang serius. Kemudian menarik tangan Cassy untuk membawanya ke suatu tempat.
"Kamu kok gitu sih sama Diva? Kaki Diva kan sakit" Cassy mulai berani angkat suara.
Diva memang bermaksud untuk Daniel tidak menyatakan persaaannya, namun setelah melihat wajah Daniel, Diva akhirnya membiarkan hal yang ia duga terjadi.
"Aduh duh" Diva memegang perutnya.
"Eh? kenapa Div?" tanya Cassy heran.
"Aku mules hehe. Kayaknya karena tadi kebanyakan makan sambel. Kalo gitu, aku ke toilet dulu ya. Jadi ntar kalo urusan Daniel udah selesai, aku juga selesai, kita pulang deh" ujar Diva sambil melangkahkan kakinya menuju toilet.
"Yah Diva" keluh Cassy.
Daniel membawa Cassy ke suatu taman kecil yang tidak jauh dari lokasi pertandingan tadi. Diva, tentu saja ia tidak sungguh sungguh mules. Diva berjalan tanpa arah dan tak berhenti menitikkan air mata. Setelah berjalan kurang lebih 500 meter, dengan kaki yang diperban dan berjalan terpincang pincang, Diva terhenti di depan Danau.
"Bagus gak tempatnya?" tanya Daniel dengan senyuman tulusnya.
Taman minimalis yang ditata cantik oleh pendekorasi andal nan mahal. Satu meja bundar yang dilapisi taplak putih yang dihiasi manik-manik berkilauan membuat meja tersebut terlihat elegan. Dilengkapi sepasang kursi yang saling berhadapan, alat makan, sepotong bolu red velvet di masing masing piring dan milkshake coklat.
Lampu taman di setiap sudut taman dan lilin diatas meja cukup untuk menerangi taman pada pukul 20.15. Taburan bunga yang membentuk love diatas rumput melengkapi dugaan Cassy bahwa hal ini untuk romantisasi.
Deg.Cassy terhenyak melihat sesuatu yang sedari tadi ia duga, yang ia tidak sukai sebentar lagi akan terjadi.
Daniel mulai menghentikan langkahnya tepat di depan taburan bunga mawar tersebut dan otomatis membuat Cassy menghentikan pula langkahnya.
Cassy menelan ludahnya dan berandai andai kakinya cukup bersahabat untuk segera bergerak cepat. Namun, ia kaku dan tidak mampu berlari.
Daniel berjalan ke depan Cassy dan mengeluarkan setangkai mawar merah dari belakang punggungnya lalu menghadapkan bunga tersebut di hadapan Cassy.
"Cassy, aku sebenernya udah lama suka sama kamu. Jauh sebelum kamu kenal aku. Aku pernah liat kamu di suatu tempat dan aku langsung suka hanya dengan berpapasan sekali doang sama kamu. Aku bersyukur banget karena aku bisa ketemu lagi sama kamu, bahkan bisa sedekat ini. Aku percaya gak ada yang kebetulan di dunia ini. Mungkin Tuhan menakdirkan kita. So, Cassy please be mine"
Cassy mendorong pelan tangan Daniel yang memegang bunga untuk menjauhkan bunga tersebut darinya.
"Aku bakal jawab semuanya" ucap Cassy pelan sambil mengangkat wajahnya. Dengan ekspresi yang tidak tau harus apa, Daniel menatap mata Cassy yang tampak berkata kata. Cassy sempat terdiam kemudian melanjutkan ucapannya.
"Pertama, makasih udah suka sama aku, meskipun cuma liat muka doang. Tapi, aku gak suka cowokk yang cuma suka sama fisik. Tentang kedekatan kita, aku pikir ini kedekatan pertemanan? Ketiga, aku juga berterimakasih karena Tuhan ngasih aku seorang teman yang bisa aku anggap sebagai saudara. Dan itu adalah Diva dan kamu, Nil"
Cassy melangkahkan kakinya membelakangi Daniel yang kaku tak bisa berkata kata lagi.
"Aku lebih suka kita jadi saudara. Aku pulang dulu ya. Bye" ucap Cassy setelah menghentikan langkahnya, kenudian berjalan meninggalkan Daniel.
Setelah beberapa menit Daniel mematung tak bergerak, Daniel menerima panggilan telepon dari Sam. Sam khawatir karena sudah larut malam Daniel tidak kunjung pulang. Daniel menjawab dengan nada lesu untuk tidak mengkhawatirkannya karena Daniel akan segera pulang.
"Diva, why you didn't tell me? why am i know about this from Cassy, not from you? i think that you hate me. Kenapa sikap kamu gitu? kenapa kamu gak mau aku tau?" gerutu Daniel.
Kemudian Daniel memutuskan untuk pulang. Daniel membawa barang barang yang tertinggal di ruang tunggu, termasuk milik Diva. Kemudian ia mengendarai mobilnya namun dengan kecepatan rendah. Baru beberapa ratus meter mobilnya melangkah, ia melihat sebuah danau dan berpikir untuk mampir terlebih dahulu.
Daniel mendekati tepi danau dan duduk di pembatas danau tersebut dengan mengadap ke arah danau tersebut.
"Cassy.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redisvelo
RomanceSekolah Diva kedatangan murid baru dari sekolah elite, Daniel namanya. Daniel memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang melalui mata. Diva tak percaya dengan kemampuan cowok yang menjadi sahabatnya ini karena Daniel tidak mengetahui bahwa Diva me...