Siebenzehn

8 4 0
                                    

"lumayan" Diva penasaran bagaimana bisa Daniel yang cupu berubah 180° menjadi Daniel idaman. Daniel yang tengah fokus menyetir menoleh pada Diva dan kembali fokus.

"bilang keren aja gengsi lu" celetuk Daniel. Diva hanya membalas dengan tersenyum kecil.

"ok, lu keren" ucap Diva dengan nada datar.

"wohiya dong, baru tau aku keren?" nada Daniel menyebalkan.

"eh gajadi deh"

"hah?? kenapa? gabisa gitu dong" balas Daniel.

"gini nih makanya aku gamau muji temen sendiri. Jadi songong kan"

"heheheh"

"sejak kapan? ko bisa?" Diva dengan gengsinya yang besar bertanya dengan terbata bata.

"hah? apanya?"

Diva diam dan mengutuki dirinya dalam hati. Ia menyesal telah mempercayai hatinya sendiri bahwa hanya bertanya seperti itu tidak akan membuat Daniel curiga kalau Diva menyukainya.

"ohh.. ya belajar lah. Papa sewa personal training waktu di Jakarta"

Diva masih diam dan takut salah berbicara lagi. Sementara Daniel tetap fokus pada jalannya.

"kamu bener, Div. Harusnya cowok yang lindungin cewek" ucap Daniel sambil memaksakan bibirnya agar tersenyum.
Mendengar hal itu, darah Diva terasa terhenti. Matanya terpaku hampir melotot, tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Diva sentak teringat saat ia mengatakan hal itu lalu Daniel pergi. Ia takut, takut hal yang sama akan terjadi lagi. Diva sangat merasa bersalah dan berusaha membuka mulutnya untuk segera meminta maaf.

"Mm.. ma..maaf, nil. Aku.. aku ga maksud.." ucap Diva terbata bata dengan mata yang berkaca kaca.

"mmm? engga div, it's ok. kamu ga salah sama se.." Diva mengangkat tangan kanannya untuk tanda agar Daniel berhenti bicara.

Daniel heran dan langsung melihat kearah Diva. Daniel lebih heran lagi ketika melihat Diva menitikkan air matanya.

"Maaf, Nil. Maaf, Nil. Maafin aku Nil, aku.. aku bener bener ngga ada maksud untuk ngatain kamu. Aku nyesel udah bilang itu waktu itu. Aku..".

"please..  jangan kemana mana lagi" lanjut Diva

"hah?? hahahahahah coba liat sini" Daniel heran dan ingin memastikan apakah benar Diva menitikkan air mata.
Diva heran mengapa Daniel tertawa.
Dengan pipi yang bersimbah air mata Diva menoleh ke Daniel.

"kamu nangis? pfft" tanya Daniel sambil menahan tawanya. Daniel pun membuka atap mobilnya, lalu berdiri.

"Woooiii everybody... Si Diva nangis wooiii hahahahah" teriak Daniel untuk menukar suasana penyesalan Diva yang seharusnya tidak Diva lakukan.

Diva kemudian tersadar lalu segera menghapus air matanya.

"Apaan sih. Duduk! nyetir yang bener!" Diva menarik sweater Daniel.

"Kenapa nangis?? hhhhh" tanya Daniel pelan sambil menahan tawanya melihat seorang Diva menangis.

Diva terdiam malu dan memantapkan pandangannya tetap de depan dan tetunya terus mengutuki dirinya mengapa air matanya harus menetes dan mengapa mulutnya tak kuasa menahan ucapan tersebut.

"Haduh.. Div. Maaf ya.." Daniel
menjulurkan tangan kirinya meraih  tangan kanan Diva. Diva menolehkan matanya mengikuti tangan kanannya yang mulai tertutup tangan Daniel. Jantung Diva terus berdegup kencang dan tubuhnya kaku kembali.

"Sorry ya Div. Aku waktu itu masih kekanak kanakan" Daniel menghentikan mobilnya. Diva masih terpaku dan merasa nyaman dengan posisinya saat ini, tentunya.

"Mau balik gak woi?" tanya Daniel sambil menarik tangannya kembali dan  membuat Diva kaget.

                                  * * * * *


"Badminton Scorpion Cup reborn. Ayo daftarkan diri Anda di kompetisi bulutangkis terbesar se-pulau Jawa ini. Tanggal pendaftaran 24 Mei 20xx . Formulir pendaftaran bisa anda dapatkan pada alamat link dibawah ini" Daniel membaca mading yang dihadapannya itu.

"hmm scorpion.. udah lama tuh ngga ngadain lagi. Pengen ikutan tapi badan gue udah kaku gini ga pernah latihan lagi" keluh Diva. Daniel menundukkan wajahnya mendengar hal itu.

"emmm.. kaku gara gara ketabrak ya?" tanya Daniel dengan perasaan bersalah.

"nah iya benar juga. aku hampir lupa kalau aku baru pulih" ucap Diva saat belum menyadari arah ucapan Daniel. Melihat Daniel, Diva mengingat sesuatu dan memikirkan cara mengganti suasana terburuk ini.

"sialan" celetuk Diva yanga tampaknya sudah mendapatkan ide.

"hmm?" Daniel menoleh

"Aku gak selemah itu ya. Kaku yaa gara gara gak pernah latihan lah"

"gak mau tau kamu harus ikutan juga" kata Diva.

Daniel dan Diva berencana latihan sepulang sekolah untuk  mengikuti kejuaraan Badminton di salah satu gelanggang olahraga milik Daniel. Tidak lupa, Daniel mengusulkan pada Diva untuk mengajak Cassy ikut kompetisi tersebut. Cassy menolak untuk mengikuti kompetisi tersebut, namun ia ingin selalu ikut latihan bersama Daniel dan Diva.

"Aku bantu isi formulir pendaftaran kalian yaa" usul Cassy.

"Oke,"

"Nama lengkap?" tanya Cassy sambil memalingkan wajahnya ke arah Daniel.

"Daniel Gregorius" jawabnya semangat.

"Tempat tanggal lahir?"

"Jakarta, 24 Juli 1999. Hafalin yak, Cass hihihi" gurau Daniel.

"Tempat tanggal lahir kamu, Div?"

"Semarang, 25 Agustus 2000"

"Ok, sip. Selebihnya aku bisa isi sendiri"

"Eh btw. Tanggal lahir kalian unik deh. Kalian beda sehari sebulan setahun" kata Cassy lagi.

"Wow, bisa kebetulan gitu ya? sehari sebulan setahun? Unik banget ya. Padahal kita sahabatan udah lebih dari 4 tahun, Div tapi gua baru nyadar tanggal lahir kita unik."

"Yaelah. Lu excited banget sama beda tanggal lahirnya. Gua mah excited sama ketuaan lu pffftt" gurau Diva.

"Tua apanya?"

"Lah masih nanya. Kita seangkatan lho, tapi beda setaun. Lu yang ketuaan"

"Tua tapi cute kan"

"Idih mit amit"

😲

                                * * * * * * *

(Bersambung 👉👉👉🤟)

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang