Neun

5 4 0
                                    

"Diva, hari ini kamu mulai home schooling ya, nanti gurunya dateng kira kira jam 8" kata Ibu Cassy sambi menyendokkan makanan ke masing masing piring di meja makan.

"Baik, Tante. Terimakasih banyak" jawab Diva sopan.

"Diva kalau tinggal dirumah kami untuk sementara waktu ngga apa apa kan?" tanya Ayah Cassy.

"Engga apa apa kok, Om. Malah, saya udah banyak merepotkan keluarga Om.. saya jadi merasa kurang enak sama.."

"Emmm... engga - engga kok" Ayah Cassy terburu buru ingin segera memotong ucapan diva dengan meminum air putih yang terhidang di meja makan.

"Kamu engga perlu ngerasa ngga enak begitu.. ini sudah jadi kewajiban kami kalau kami berbuat kesalahan. Apalagi kesalahan ini menyangkut nyawa kamu lho. Justru saya mau berterimakasih karena kamu mau memaafkan istri saya.."

"Bukan masalah kok Om" ujar Diva.

Diva terus mengobrol bersama keluarga Cassy dengan penuh kegembiraan. 'Keluarga ini baik banget' pikirnya. Seusai sarapan bersama, Cassy berangkat sekolah bersama Ayahnya. Sementara Diva kembali kekamarnya sambil menunggu gurunya datang.

"Ting nong ting nong" bel rumah Cassy berbunyi. Ibu Cassy segera membuka pintu rumahnya.

"Ah silakan masuk, Mar" Ibu Cassy mempersilahkan.

"Mar, tunggu disini ya biar aku panggilkan Diva" ucap Ibu Cassy akrab dengan mempersilakan duduk di sofa ruang tamu. Ibu Cassy pun menghampiri Diva dan memberitahunya bahwa gurunya sudah tiba. Kemudian Diva mengambil beberapa buku kosong dan alat tulis lalu segera menghampiri guru barunya.

"Selamat siang, bu" salam Diva sopan.

"Selamat siang. Wah kamu antusias sekali untuk belajar ya"

"Ti-tidak juga kok bu.." Diva hanya bosan dan berharap barangkali home schooling tidak melarutkannya dalam kebosanan yang pekat.

Diva belajar dengan perlahan bersama Bu Marie. Ya, nama guru itu Marie. Nampaknya waktu 3 minggu tidak cukup untuk menghilangkan rasa pusing semata akibat kecelakaan waktu itu sehingga sesekali Diva memberi pijatan kecil pada kepalanya.

"Apa sebaiknya belajarnya sampai sini dulu?" rasa cemas bu Marie mengiringi.

"Lanjut aja bu, gapapa" Diva berharap dapat bersahabat dengan lukanya.


Nampaknya bu Marie tidak heran dengan keadaan Diva Ibu Cassy mungkin sudah menerangkan keadaan Diva yang baru saja mengalami kecelakaan agar guru tersebut dapat was was untuk kejadian tak terduga.


Teh hangat dan macam kue di atas nampan tiba menghampiri meja belajar Diva. Ibu Cassy turut cemas melihat tingkah Diva yang terlihat masih kesakitan.

"Maaf mengganggu, bu. Diva harus minum obat" Ibu Cassy menuangkan teh dan menyiapkan obat Diva. Bu Marie mempersilakan. Mau tidak mau Diva menurut.

'Tante Tiffany seharusnya ngga sampai segininya..' pikir Diva.

"Tante, aku bisa ambil send.." tante Tiffany mendesus dilanjutkan dengan menaruh jari telunjuknya pada bibirnya, gerakan mata membesar lalu menutupnya lembut dan ulasan senyum tulus yang tersungging memotong ucapan Diva.

"Baiklah, terimakasih tante.." Diva mengalah.

"Gimana kalau Diva istirahat saja dulu. Ibu takut kamu kenapa kenapa kalau dipaksakan. Yang penting kamu udah kenal dulu konsepnya, nanti kalau kamu mulai pulih kita akan mudah ngebut pelajarannya" usul guru berambut ikal pendek, wajah chinese dengan tinggi yang hampir sama dengan tante Tiffany.

"Oh iya Tante hampir lupa ngasih tau kamu. Ini Bu Marie itu temen SMA tante waktu dulu. Sekarang beliau mengajar juga di sekolahnya Cassy"

"Udah, Fan. Biarin Diva istirahat aja dulu. Lanjut besok lagi aja.." Ibu Cassy dan bu Marie tampak akrab dengan saling memanggil nama. Diva hanya mengangguk anggukkan kepalanya dengan hati hati. Merespon tante Tiffany sekaligus menjaga luka dikepalanya tetap aman.

Ibu Cassy menyuruh Diva ke kamarnya untuk beristirahat, sementara ia dan bu Marie bernostalgia masa SMA. Di kamar, Diva hanya membaringkan tubuhnya dan matanya tetap terbuka. Bosan. Rasa bosan Diva lebih besar dibandingkan dengan rasa sakit pada kepalanya.

"Daniel.." dalam keadaan melamum Diva tak sengaja menyebutkan kata itu.

"Apa? tadi itu.. bukan aku yang ngomong kan? hahah pasti bukan. Lucu sekali. Aku ngga mungkin nyebut nama dia"

"Memangnya kenapa kalau menyebutkan nama dia?"

"Kangen? hahah ngga.. ngga mungkin lahh ada ada aja"

"Kangen sama sahabat sendiri itu ngga aneh kan?"

"Hah? hmm.. yaa.. engga aneh. Jadi, itu artinya aku.. yaa..aku kangen..Daniel"

RedisveloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang