Cassy terlihat beberapa kali menyunggingkan senyumnya didepan ponsel yang digenggamnya. Sambil mengendarai mobil sport hitam, Tiffany melihat tingkah putrinya yang tidak biasa.
"Kayaknya handphone kamu bisa mama bawain ke temen mama yang lagi sedih nih. Biar dia senyum juga"
"Apaan sih Mah"
"Hmm... ada apa hayoo?"
"Ah mama kepo nihh"
Gerbang komplek yang menjulang tinggi dibukakan, tampak rumah rumah mewah berjajar memamerkan keindahannya, seperti pameran hunian. Mobil sport hitam Tiffany melangkah masuk menuju sebuah rumah bergaya woody nan elegan yang tak kalah mewahnya dengan hunian lainnya di komplek tersebut.
Tiffany memasukkan dan mensejajarkan mobilnya dengan mobilnya yang lain. Cassy segera masuk ke rumahnya dan langsung menuju kamar Diva.
"DIVAAA"
"Waah kamu udah makin sehat.. aku seneng deh. Jadi ntar kita bisa main bareng keluar. Bosen tau di dirumah mulu"
"Hmm.. keliatannya lagi seneng banget nih"
"Iyaa, aku seneng banget!"
"Biar kutebak. Pasti hari ini lebih banyak cowok yang nyatain perasaannya ke kamu, trus kamu bilang jadi temen aja? ahh kepanjangan. Hari ini kamu nambah lebih banyak teman lagi?"
"Tetott... Kurang tepat! hihihi"
"Oke langsung bilang aja"
"Ka William! ternyata Kak William juga suka sama akuu.. kyaaa"
Diva terhenyak mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Cassy. 'Daniel..' seketika ia teringat pada sahabatnya itu.
"Oh Ya? Waaahh cie cie.. gimana dia bilangnya?"
"Tadi sih, Kak William ke kelas aku untuk ngajak makan bareng di kantin, dan waktu beres makan dia bilang kalau dia tuh sebenernya suka sama aku"
"Terus terus?" Diva tak mungkin membiarkan Cassy mengetahui apa yang dipikirkan Diva mengenai Cassy.
"Teeruus, waktu aku masih diperjalanan pulang, Kak William chat aku dan ngulangin ucapannya waktu dikantin tadi terus dia nembak akuu.. kyaa"
"Serius? berarti ada syukuran? traktiran gitu?"
"Apanya yang syukuran. Aku bilang kita jadi temen aja, gitu kyaa" Diva membalasnya dengan wajah datar.
"Apanya yang spesial?"
"Spesialnyaa, aku dan kak william saling suka hihihih"
"Terserah"
Topik obrolan remaja perempuan yang wajar. Bahkan tak mengenal sifat, topik mengenai 'lawan jenis yang dikagumi' selalu ada, meskipun sedikit. Hal inilah salah satu penghantar akrabnya Diva dan Cassy.
Yap, sudah seakrab itu.
* * * * *
Pagi hari, Daniel sudah sibuk memikirkan sebuah rencana yang tampaknya sangat penting baginya. Ia pun tersenyum setelah ide muncul. Tak membuang waktu, Daniel segera mengumpulkan sebongkah persediaan kemahnya, hanya saja untuk saat ini keadaan Daniel tidak memungkinkan untuk berkemah.Sebuah ruangan terpencil di lantai satu rumah Samuel, menjadi sasaran Daniel. Dengan terpincang-pincang Daniel mengendap-endap menuju ruangan yang berada di sudut terpencil tersebut. Dengan berbekalkan makanan berat, beberapa camilan dan perlengkapan lainnya, Daniel memutuskan untuk menyembunyikan dirinya dari mister Glenn dan Sam. Mau tidak mau, juga pak Lian.
"Ting tong ting tong" bel rumah sam berbunyi. Dengan segera, Bi ening membukakan pintu dan mempersilakan 'si penekan bel' tadi untuk masuk dan duduk.
"Mister silakan duduk, saya mau panggilkan tuan Sam dengan den Daniel"
"Ya" jawabnya cool.
Bi Ening mencari Sam dan mendapatinya sedang melakukan peregangan di taman belakang rumahnya.
"Tuan, mister Glenn menunggu di ruang tamu"
"Langsung panggil si Daniel aja, Bi. Saya temui Glenn dulu"
"Siap, Tuan".
Biasanya, Bi ening akan menemukan Daniel dikamarnya dan menyuruhnya untuk langsung menemui Glenn lalu Bi ening melanjutkan pekerjaannya di dapur. Namun, tidak untuk hari ini. Bi ening lantas menuju ruang tamu dengan tergesa-gesa.
"Tuan! Tuan! Den Daniel, Tuan! Den Daniel berubah jadi bantal. Gimana ini, Tuan?!" rempong bi ening.
"Apa maksudnya bi?"
"Sam, lu kalo lagi marah jangan sampe ngutuk anak dong. Mana jadi bantal lagii" Glenn ikut rempong dengan wajah khas jawa yang dimodifikasi dengan soflens biru dan cat rambut pirang.
"Gua engga marah sama Daniel, Glenn" Sam meninggalkan ruang tamu dan langsung menuju kamar Daniel. Glenn dan Bi ening mengikutinya dari belakang.
"Lihat, tuan! ndak ada Daniel disini"
"Daniel.., lo dimana?" Sam pun sadar.
Sementara Glenn masih memperhatikan bantal guling yang diselimuti.
"Ayo kita cari bareng-bareng. Daniel pasti masih ada dirumah ini karena sepatunya semua kumplit, gaada yang dipake" usul Sam dengan yakin. Mereka mencarinya dari lantai dua. Hasilnya nihil, tak ada siapapun disana.
Daniel merasa ada yang kurang dari perbekalannya. Tenggorokannya terasa kering setelah memakan camilannya. Ia lupa bahwa setelah makan harus minum. Ia lupa bahwa sesungguhnya makanan akan lebih lancar setelah meminum air.
Tentunya Daniel tidak mau tenggorokannya kering. Karena hal itu akan membuatnya batuk-batuk dan menimbulkan suara yang memudahkan Sam atau siapapun menemukannya.
Dengan segenap kekuatannya ia bangkit berdiri dengan menahan erangannya. Dengan penuh hati-hati ia melangkah ke dapur untuk mengambil air minum, agar ia tidak batuk dan diketahui keberadaanya oleh Sam.
"Halo Daniel tampan" sapaan berlogat cina.
Sial.
"Maaf Pak. Jangan berisik sssttt. Belajarnya lain kali ya pak" bisik Daniel sambil tetap mengawasi keadaan sekitarnya dan melanjutkan langkahnya.
"HAA kebetulan sekali. Saya kemari untuk bilang itu, saya mau pulang ke cina.."
ekspresi nada senang pak lian menyebalkan bagi Daniel untuk saat seperti ini.
"Ssstt yaudah bapa boleh langsung pulang" bisiknya lagi.
"Haa berarti kamu dengan saya ada kontak batin. Saya kesana akan bertemu keponakan saya si ling-ling" mata pak lian berbinar binar mengatakannya.
"Ga peduli. Mau ketemu si ling ling kek, mau ketemu si kong kong kek, bodo amat dah" gerutu Daniel sambil meninggalkan pak lian yang mulai bernostalgia sendiri.
"Haa saya tidak sabar ingin bertemu ling ling dan memberitahunya tentang Daniel, dia pasti sangat senang. Diet Ling-ling sukses tidak ya? terakhir targetnya 120 kg.. saya ingin cepat cepat ketemu.. dan..."
"Lian? lu ngomong sama siapa?" Sam heran melihatnya berbicara sendiri.
"Saya tadi ngobrol sama Daniel.. saya belum bisa mengajar untuk beberapa pertemuan.. dan Daniel juga katanya belum mau belajar hari ini.. kami memiliki kesamaan, apa ini tanda.."
"Daniel? dimana dia?" sepertinya Sam tidak butuh jawaban yang panjang.
"Daniel tadi kesana" katanya sambil menunjuk kearah dapur. Merekapun segera menuju dapur.
Mendengar hal itu, Daniel lantas memaksakan tubuhnya untuk mencari jalan lain yang dapat menghubungkannya ke 'kemah'nya kembali.
"DANIEL!"
"Sial" gumam Daniel.
"Lu darimana aja? jangan bilang lu mau kabur?"
"Pah, badan aku pegel pegel semua.. coba papa bayangkan aku nge-gym dan latihan karate setiap hari 6 jam dalam sehari tak henti henti. Badanku serasa di peras pah. Papa ngga liat aku makin kurus gini nih nih" keluh Daniel sambil membuka bajunya.
"Waahh luar biasa" ucap Sam. Sementara Daniel terheran mendengar kalimat Sam.
"Terimakasih banyak, Lian. Lu emang PT yang tidak diragukan. Hasilnya keren banget, Lian. Danke" lanjutnya dengan tangan kanan menjabat tangan kanan Lian dan tangan kirinya menepuk pundak Lian.
“Loh kok malah makasih sama Pak Lian sih Pah?” protes Daniel.
“wahahah sudah jelas lah Sam. Lu olang ngga bakal nyesel dengan hasil kerja keras gua. Gua memang personal training internasional, Sam” ucap Lian berbangga hati.
“Program lu apa udah terealisasikan semuanya Lian?” tanya Sam tanpa menghiraukan Daniel yang mengeluh kesakitan akibat pembentukan otot pada tubuhnya.
“Haiyya gua punya program belum beres lagi lah. Itu program, 2 hari pertemuan lagi selesai”
“apa? Jadi latihannya belum beres Pak?” tanya Daniel panik setelah mengetahui bahwa program yang menyakitkan itu belum selesai.
“Oh Cuma tinggal 2 hari lagi ya?” ulang Sam.
“CUMA??? Pahh plis hentikan penyiksaan ini pah” ucap Daniel dengan memohon.
“Tapi Sam, gua kesini mau bilang sesuatu. Gua mau balik kampung, gua kangen banget sama Ling-ling”
“Yess... udah, Bapak pulang aja gapapa” Daniel kegirangan.
“Lah gak bisa gitu dong Lian, gua udah bayar lu full” protes Sam.
“Tapi Sam, 2 hari ini gua yakin lu punya anak bisa bereskan sendili o. Sisa 2 hari ini, programnya supaya Daniel tetap push up, sit up, dan latihan dasar lainnya”
“Ohh oke dah”
“YEAAHH”* * * * * * *
(Bersambung 👉👉👉🤟)
KAMU SEDANG MEMBACA
Redisvelo
RomanceSekolah Diva kedatangan murid baru dari sekolah elite, Daniel namanya. Daniel memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang melalui mata. Diva tak percaya dengan kemampuan cowok yang menjadi sahabatnya ini karena Daniel tidak mengetahui bahwa Diva me...