Chapter 15

130 22 7
                                    

Suga berusaha untuk tak terlalu peduli, namun melihat Seokjin berjalan-jalan dengan gadis itu jelas saja membuat pikiran Suga tak tenang. Akhirnya pria bermarga Min itu memutuskan untuk memberitahu Namjoon hari ini.

Suga mengambil jaket yang menggantung di dekat televisi, namun baru saja Suga melangkah ke ruang tengah tiba-tiba seorang pria paruh baya berbalut jas hitam memasuki rumah. Suga membulatkan matanya terkejut, rasanya seperti mimpi!

"Ayah?!"

Pria paruh baya yang Suga panggil ‘ayah’ itu tersenyum tipis. Ia berjalan mendekati Suga lalu memeluk anak semata wayangnya itu singkat. Ayahnya itu memperhatikan penampilan Suga yang bisa di bilang cukup rapi.

"Kau mau ke rumah Namjoon?" tanya sang ayah membuat Suga sontak menutup mulutnya sendiri.

"Ya ampun, kenapa ayah bisa tahu?"

Ayah Suga hanya mengangkat bahu acuh. "Hanya menebak. Kau boleh pergi asalkan kau harus pulang sebelum makan malam, ayah akan memasak makanan kesukaanmu nanti."

"Baiklah, aku pergi dulu!"

Suga berlari keluar rumah dengan senyuman hangat yang merekah di wajahnya. Ia senang, sangat senang. Jarang sekali atau bahkan hampir tidak mungkin ayahnya itu pulang secepat hari ini.

"Kim Namjoon!" teriak Suga yang tak kunjung mendapat balasan.

Entah berapa kali Suga mengetuk pintu, membunyikan bel, dan berteriak memanggil Namjoon. Ingin rasanya ia mendobrak saja pintu cokelat itu. Namun setelah 30 menit berlalu, pintu pun akhirnya terbuka.

Suga mengerutkan keningnya heran. Pasalnya Namjoon mengenakan pakaian yang amat rapi, namun wajahnya terlihat cemas dan berkeringat banyak. Matanya juga sedikit memerah, seperti baru saja menangis.

"Kenapa wajahmu--"

"Tolong bantu ayahku, Suga. Kumohon..."

Kedua pria itu berlarian memasuki rumah. Di kamar ayahnya Namjoon, terlihat pria paruh baya itu tengah kejang-kejang hebat. Kondisinya benar-benar jauh dari kata baik. Suga membulatkan mata terkejut lalu menoleh pada Namjoon dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kenapa kau hanya diam saja?! Kenapa kau tidak membawa ayahmu ke rumah sakit?!"

Namjoon mendekati sang ayah dengan air mata yang berlinang. "A-aku tidak punya--"

"Uang? Dasar bodoh kau kan punya teman, ada aku!"

Suga langsung merogoh handphone yang berada di saku celananya, ia menelepon ambulan. Tak butuh waktu lama, ambulan-pun datang dan segera membawa ayah Namjoon ke rumah sakit.

Di perjalanan, Namjoon sama sekali tak bisa tenang. Matanya terus fokus pada sang ayah yang kini sudah tertidur, sedangkan kedua tangan Namjoon menyatu menandakan betapa khawatirnya ia sekarang ini. Suga menatap sahabatnya itu iba, ia kemudian menepuk bahu Namjoon sekali. Berharap Namjoon bisa sedikit lebih tenang.

"Lain kali jangan seperti ini. Kau punya teman, kau bisa meminta bantuan pada temanmu. Ingat Namjoon, kau itu manusia. Hidupmu juga memerlukan manusia yang lain."

Namjoon menoleh pada Suga, mengangguk dua kali kemudian setelahnya ia tersenyum tipis. "Terimakasih."

Mereka tiba di rumah sakit. Dalam perjalanan menuju IGD, Suga masih mengamati pakaian Namjoon yang terlihat rapi. Mungkin saja tadinya dia akan menghadiri sebuah acara?

"Sebenarnya kau mau ke mana? Kenapa bajumu rapi sekali?"

Namjoon membulatkan mata, teringat kalau hari ini seharusnya ia berangkat ke acara pertunangan Seokjin. Pasti Hani dan ayahnya sudah menunggu Namjoon. Pria bermarga Kim itu dengan cepat mengambil handphone yang ada di saku jaketnya. Tampaklah beberapa panggilan tak terjawab dari Hani.

another day || knj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang