"Apa kau suka makanan manis?"Jaera mengangguk pelan, melihatnya membuat Seokjin tersenyum kemudian berlarian kecil entah kemana. Tak lama kemudian pria bermarga Kim itu kembali sambil menenteng dua bungkus kue.
"Untukmu," kata Seokjin seraya menyodorkan makanan yang baru saja dibelinya.
Jaera terdiam beberapa saat, memandangi kue pada genggaman Seokjin meski akhirnya Jaera tetap menerima pemberian pria itu.
"Terimakasih."
Seokjin menanggapinya dengan anggukan kecil. Kedua orang itu berjalan santai menyusuri jalanan yang bersebelahan dengan sungai Han. Tidak ada percakapan di antara mereka, Seokjin dan Jaera memilih untuk menikmati angin malam yang dingin menusuk tulang.
"Emm, boleh aku bertanya?"
Jaera menoleh sesaat kemudian mengangguk pertanda mengijinkan. Seokjin tersenyum tipis, ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.
"Apa kau masih sekolah?"
Hening beberapa saat, hingga akhirnya terdengar tawa kecil dari Jaera yang jelas saja membuat Seokjin mengerutkan kening heran. Perasaan dia tidak sedang melucu.
"Aku tidak sekolah, tapi kuliah."
Sontak jawaban Jaera membuat Seokjin kaget. Jadi gadis berambut lurus yang bersebelahan dengannya sekarang lebih tua daripada dirinya?
"Jadi--"
"Iya, aku lebih tua darimu."
Seokjin mengalihkan pandangannya ke sembarang arah untuk mengontrol rasa keterkejutannya. Kedua orang itu kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
"Apa kau menerima perjodohan ini?"
Pertanyaan yang sudah Jaera duga. Kini mereka tengah duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah sungai Han. Jaera terdiam dengan senyuman tipis di wajahnya.
Jujur, Jaera sangat cantik sekali. Memandangi wajahnya tidak pernah membuat Seokjin bosan. Bukan hanya cantik dari luar tapi hatinya juga lembut.
"Aku menyayangi kedua orang tuaku dan aku akan menuruti apapun keinginan mereka."
"Meskipun keinginan mereka menyakiti perasaanmu?"
Gadis bermarga Lee itu masih tersenyum, seakan pertanyaan Seokjin barusan bukan apa-apa baginya. Jaera mengangkat kepalanya, memandangi langit malam yang terhiasi oleh bintang dan bulan.
"Mereka adalah orang tuaku. Aku yakin apapun yang mereka lakukan, itu demi kebaikanku."
"Dari caramu bicara, sepertinya kau masih menyukai seseorang," celetuk Seokjin.
Jaera menoleh dengan raut wajah datar lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada sambil menatap Seokjin sengit.
"Hei, kau tahu kan bagaimana bersikap pada seseorang yang lebih tua darimu?"
Seokjin tersentak sesaat, hingga kemudian ia menundukkan sedikit kepalanya. "Ah maaf, lain kali aku tidak akan--"
"Haha santai saja, aku hanya bercanda," seru Jaera seraya menepuk bahu Seokjin pelan.
Seokjin sedikit kaget dengan perlakuan gadis itu padanya barusan. Tiba-tiba saja ia merasakan jantungnya berdegup cepat. Untuk menutupi kegugupannya, Seokjin terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya.
"Hmm, kau benar. Aku memang masih menyukai seseorang, dia adalah cinta pertamaku."
"Lalu, bagaimana hubungan kalian sekarang?"
"Sudah berakhir."
Mengantisipasi agar pembicaraan itu tidak melebar, Seokjin mengajak calon tunangannya ke pasar malam yang berada tak jauh dari sungai Han. Meski awalnya Jaera menolak, namun akhirnya ia menyetujui ajakan Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
another day || knj ✓
Fanfiction[COMPLETED] Kim Namjoon dan Jeong Hanira. Kedua insan yang sama-sama merasakan bahwa cinta pertama, tak selalu berarti sebagai cinta sejati. Gambar yang ada di cerita ini di ambil dari pinterest dan sumber lainnya.