Chapter 8

130 24 23
                                    


"Kita pulang bersama kan hari ini?"

Seokjin tersenyum lebar lalu merangkul bahu Hani agar mendekat padanya. "Tentu saja!"

Keduanya tertawa bersama sambil berjalan keluar gerbang. Tentu saja hal ini mengundang perhatian para murid yang melewati mereka. Beberapa ada yang terlihat iri, ada juga yang seakan menatap meremehkan.

Seokjin yang terlanjur kesal akhirnya melepas rangkulannya pada bahu Hani lalu memandangi setiap orang yang tengah menatap mereka.

"Siapapun yang berani mengganggu Hani, siap-siap kau akan dikeluarkan dari sekolah!"

Mendengar teriakkan Seokjin yang memekakkan telinga jelas saja membuat para murid terkejut sekaligus takut. Sedangkan Hani membulatkan mata tak percaya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Hani setengah berbisik.

Seokjin mengangkat bahunya acuh lalu menarik tangan Hani agar mereka segera keluar dari sekolah, menyisakan tatapan menyebalkan dari para murid yang berada di sana.

"Kau tenang saja, aku akan selalu melindungimu dari nenek-nenek sihir itu."

Hani tersenyum karena dia tahu, tanpa Seokjin berbicara seperti itu juga Hani yakin kalau sahabatnya akan selalu ada untuknya.

"Oh ya, kau pernah bilang padaku kan? Kalau kau ingin belajar memasak?"

Mereka sudah berada di dalam mobil Seokjin. Hani duduk di samping kursi pengemudi, gadis itu menoleh seraya tersenyum lalu mengangguk semangat.

"Kau akan mengajariku hari ini?"

Seokjin mengangguk kecil. "Ayo kita belanja bahan-bahannya sekarang!"

Hani berseru senang sedangkan Seokjin tersenyum tipis. Melihat gadis periang itu tetap ceria, membuat Seokjin lega. Ia sendiri tak tahu perasaannya pada Hani itu seperti apa, yang jelas Seokjin tidak ingin kehilangan sosok Hanira Jeong dalam hidupnya.

Keduanya sampai di sebuah minimarket. Seokjin berjalan lebih dulu sambil mendorong troli, diikuti Hani di belakangnya.

"Kau sering ke minimarket kan? Tapi kenapa kau tidak tahu sekedar letak bahan-bahan untuk memasak?"

Hani terkekeh kecil seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Soalnya aku ke minimarket hanya untuk membeli ice cream."

Seokjin menggeleng kecil sambil menghela napas pendek. Sedangkan tangan kanannya sesekali mengambil beberapa bahan yang sekiranya di perlukan nanti.

"Kau ini perempuan loh, setidaknya kau harus bisa memasak ramen dan telur."

"Bisa kok!"

Mendengar teriakkan Hani spontan membuat Seokjin terkekeh. Pria bermarga Kim itu sedikit menolehkan kepalanya ke belakang seraya tersenyum meremehkan.

"Benarkah? Kudengar dari ayahmu saat kau memasak telur, telurnya malah hitam."

Hani bungkam dengan pipinya yang memerah, ia malu. Kenapa pula ayahnya malah bercerita pada Seokjin? Menyebalkan sekali.

Melihat raut wajah Hani yang berubah, membuat Seokjin gemas sendiri. Pria itu mengacak rambut sahabatnya sambil tertawa.

"Jangan cemberut seperti itu! Kau terlihat semakin menggemaskan!"

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, lalu melanjutkan langkahnya mengikuti Seokjin. Hampir satu jam lebih mereka berbelanja, akhirnya keduanya kembali ke mobil.

Lima belas menit perjalanan, mereka tiba di rumah Hani dan di sambut hangat oleh sang ayah. Gadis itu pergi menuju kamarnya sekedar mandi dan berganti baju.

another day || knj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang