Chapter 12

144 24 20
                                    

"Hanira Jeong, tolong belikan garam dan gula!"

Mendengar teriakkan sang ayah yang memekakkan telinga itu jelas saja membuat Hani terpaksa membuka mata. Setengah sadar ia bangkit dari tempat tidur lalu berjalan sempoyongan dengan tangan kanannya yang terus menggaruk-garuk kepala.

Sesampainya di ruang tengah, terlihatlah Seunbin sedang menonton acara televisi sambil mengemil. Sesekali terdengar tawa ringan dari pria paruh baya itu. Hani hanya geleng-geleng kepala lalu duduk di samping sang ayah.

Mata Hani belum sepenuhnya terbuka. Gadis itu masih melamun, berusaha untuk mengumpulkan kembali nyawanya yang sempat hilang saat tidur barusan.

"Beli apa, ayah?"

Seunbin melirik anak tunggalnya itu sesaat lalu kembali menonton acara televisi. "Garam dan gula," jawabnya.

Tiba-tiba saja Hani menyodorkan tangan kanannya tepat di depan wajah Seunbin, seakan sedang meminta-minta. Tentu saja kelakuan Hani itu membuat Seunbin kebingungan.

"Apa ini?"

"Uangnya mana?" tanya Hani balik.

Seunbin terkekeh kaku seraya menggaruk kepalanya, sedangkan Hani menatap ayahnya itu dengan raut wajah tanpa ekspresi. Seunbin memberikan beberapa lembar uang sebelum akhirnya Hani pergi.

Angin malam yang amat dingin bahkan masih terasa walau Hani sudah memakai jaket yang cukup tebal. Gadis itu sedikit berlari, setidaknya di toserba ada penghangat ruangan.

"Huh, sampai juga."

"Selamat datang!" sapa kasir dari toserba yang Hani kunjungi.

Hani tersenyum seraya mengangguk singkat tanpa melihat wajah si kasir. Ia berjalan beberapa langkah menuju tempat bumbu-bumbu dapur sebelum akhirnya Hani tersadar sesuatu.

Gerakan Hani terhenti sesaat, ia berbalik badan dan mendapati seorang pria dengan rambut biru terang tengah berdiri sebagai kasir.

"Kim Namjoon?!"

Setelah membeli garam dan gula, tanpa pikir panjang Hani langsung membawa Namjoon pergi keluar dari toserba. Raut wajah gadis itu merah padam, ia tengah berusaha menahan amarah.

"Hei kau mau membawaku kemana? Aku sedang bekerja!" ucap Namjoon sambil berusaha memberontak.

Walau bagaimanapun juga tenaga Namjoon lebih kuat, ia berhasil melepas cengkraman tangan Hani darinya. Hani berbalik badan, memandangi Namjoon dengan alis mengerut pertanda marah.

"Aku harus bekerja, Hanira Jeong," kata Namjoon tegas.

"Oh ya? Aku yakin kau belum minum obat kan?"

Namjoon terdiam, setelah Hani mengantarnya pulang dia langsung mengganti pakaian dan pergi bekerja. Namjoon bahkan lupa kalau dirinya dalam keadaan tidak sehat sekarang.

Hani menarik ujung bibirnya lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Perhatikan dirimu sendiri sebelum yang lain, Kim Namjoon."

Lagi-lagi Namjoon hanya bisa mematung di hadapan Hani. Gadis itu, yang baru dikenalnya namun selalu ada saat Namjoon kesulitan. Melihat Namjoon yang masih terdiam, membuat Hani tersenyum senang.

Gadis itu kembali menggenggam tangan Namjoon dan menariknya pergi.

"Jangan memberontak dan ikuti saja aku."

"Ke mana?"

"Ke rumahmu."

Refleks Namjoon langsung menghentikan langkahnya dan menghempaskan tangan Hani cukup kasar. Gadis itu kembali berbalik badan, mendapati Namjoon tengah menatapnya dengan raut wajah datar.

another day || knj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang