Chapter 5

161 28 20
                                    

"Kau tidak sekolah?"

"Iya, maaf, Hani. Hari ini ayah menyuruhku untuk datang ke kantor."

Hani tersenyum kecut, dia akan sendirian lagi hari ini. "Ah iya tidak apa-apa."

"Semangat belajarnya ya, dah!"

Di simpannya kembali benda pipih itu ke dalam tas, kemudian Hani menghela napas berat. Seseorang memasuki kelas, pria putih tinggi bermata bulat dengan alis tebal—Yang Jihyun, ketua kelas 10-3.

"Pak Han tidak akan masuk, kerjakan uji kompetensi di buku paket halaman 41 dan harus sudah selesai sebelum jam istirahat pertama."

Lagi-lagi Hani menghela napas, jujur dia malas sekali. Semangatnya menghilang begitu saja karena mendengar kabar kalau Seokjin tidak sekolah. Orang yang selalu melindunginya kini tidak ada.

Tuk!

Kepala Hani sedikit terdorong ke depan saat gulungan kertas mengenai bagian belakang kepalanya. Ia tahu, hal seperti ini pasti akan terjadi kalau tidak ada Seokjin disisinya.

"Kak Jin tidak sekolah, kita bisa bersenang-senang dengan dia sepuasnya!"

Tak peduli dengan perkataan gadis-gadis di belakangnya, Hani sedikit membalikkan badannya untuk mengambil buku di dalam tas. Namun tepat saat itu, dahinya terkena lemparan sebuah bolpoin berwarna merah.

Hani meringis mengusap lembut dahinya yang sedikit ngilu. Sedangkan si pelaku malah tertawa terbahak-bahak bersama antek-anteknya.

"Tidak ada suara! Kerjakan tugasnya sekarang, terlambat satu detik saja aku tidak akan memberi toleransi!" tegas Jihyun membuat para siswi yang sebelumnya tertawa kini bungkam.

Meskipun tidak semua murid di kelas mem-bully Hani, namun tetap saja dia sendirian. Tidak ada yang berusaha membela ataupun sekedar berteman dengannya.

Hani mulai mengerjakan tugas dari Pak Han dengan mata yang sedikit berair. Belum genap sebulan dia bersekolah di sini namun hari-harinya terasa sangat berat dan menyakitkan.

Hal itu terjadi jika Kim Seokjin tidak ada di sampingnya.

Katakanlah, Hani terlalu bergantung pada pria tampan itu. Kebiasaannya yang selalu dilindungi membuatnya terlihat seperti gadis lemah.

"Aku rindu Jinie...."

Bel istirahat pertama berbunyi. Sungguh, jika Hani tidak lapar dia tidak sudi ke kantin. Bertemu murid lain membuatnya takut, takut kalau nanti dia di bully dan dipermalukan.

"Heh, Hanira Jeong!"

Hani berbalik badan, mendapati dua orang gadis tengah berjalan mendekatinya.

"Bersihkan sepatuku!" suruhnya angkuh.

Hani menatap sepatu si gadis yang berada didepannya dengan alis mengerut. "Kenapa kau menyuruhku?"

"Wah kau baru saja bertanya padaku? Gadis cupu penggila Kim Seokjin?"

Hani terdiam dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Gadis yang satunya lagi tiba-tiba saja menghampiri Hani lalu mendorong bahunya dengan jari telunjuk dan itu membuat Hani sedikit terdorong ke belakang.

"Kau sudah berani ya?"

"Karena aku bukan penggila Kim Seokjin! Aku adalah sahabat kecilnya!"

Satu tamparan keras menghantam pipi Hani. Gadis bermarga Jeong itu memegangi pipi kirinya yang memanas, tak sadar air matanya kini jatuh. Baru pertama kali dia di tampar seperti ini, apalagi oleh seseorang yang tak ada hubungan apapun dengan dirinya.

another day || knj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang