Chapter 9

146 24 29
                                    

Tak enak hati sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Ayah Seokjin tiba-tiba saja menelepon dan menyuruh si anak tunggal untuk segera pulang, padahal mereka baru saja selesai memasak.

Dengan berat hati Seokjin meninggalkan rumah keduanya itu. Ia sendiri tak tahu-menahu mengapa sang ayah mendadak menyuruhnya pulang. Saat ditanya oleh Seokjin, ayahnya itu menjawab kalau ini berhubungan dengan masa depannya.

"Masa depan apanya?! Ck, mengganggu kesenanganku saja!"

Sambil mengemudi, Seokjin terus menyumpah serapahi sang ayah. Persetanan dengan yang namanya karma, intinya dia kesal sekali. Seharusnya malam ini Seokjin bisa bersenang-senang bersama Hani dan Seunbin--ayahnya Hani.

Seokjin tiba di rumahnya lebih cepat, saat sedang kesal dia bahkan mengemudikan mobil layaknya seseorang yang tengah berbalapan. Pria yang masih mengenakan seragam sekolah itu memasuki rumahnya dengan raut wajah masam.

"Ah anak kesayanganku, akhirnya kau pulang!"

Seruan itu berasal dari seorang pria berjas biru navy lengkap dengan dari berwarna serupa--tengah berjalan bahagia menghampiri Seokjin, lalu memeluk putranya itu singkat.

"Cepatlah bersiap, mereka akan segera datang."

Seokjin tersentak kaget tak percaya. Tepat saat itu, seorang wanita mengenakan dress merah marun turun dari lantai dua. Hentakan hills yang menggema membuat atensi Seokjin dan sang ayah mengarah ke sumber suara.

Seokjin tersenyum tipis pada wanita itu, sebelum akhirnya ia kembali menatap ayahnya dengan kedua alis mengerut.

"Kau benar-benar melakukannya, ayah?"

"Tentu saja. Kenapa? Kau tidak suka?"

Mendengar balasan ayahnya jelas saja membuat Seokjin tak habis pikir. Pria berumur 18 tahun itu tersenyum miring seraya membuang muka.

"Ingat ini, bahwa aku masih sekolah. Lagipula aku juga sudah mempersiapkan masa depanku dengan baik!"

Wanita yang mengenakan dress warna marun kini sudah berada di samping Seokjin. Ia mengelus pundak Seokjin lembut dengan senyuman manis yang tak kunjung luntur dari wajahnya.

Seokjin menutup mata sejenak sambil menghela napas pendek. Bagaimanapun juga pria paruh baya yang berdiri di hadapannya adalah ayah kandungnya sendiri--Kim Taejun.

"Menurutku Seokjinie perlu waktu, sayang," bujuk si wanita pada Taejun.

Seokjin tersenyum simpul, memang hanya ibunya-lah yang paling mengerti. Perkenalkan, wanita ber-dress marun ini adalah ibu dari Kim Seokjin--Shin Hyena.

Taejun menggeleng kecil. "Kali ini bujukanmu tidak akan mempengaruhiku, Hyena."

Balasan Taejun membuat Seokjin kesal. Pria berseragam itu mengerucutkan bibirnya ke depan--berusaha bertingkah imut dan berharap kalau Taejun akan membatalkan acaranya, seperti malam-malam kemarin.

"Tidak ada penolakan, cepatlah bersiap. Aku dan Ibumu akan menunggu di ruang tamu."

Sebelum pergi menyusul Taejun, Hyena menepuk pelan bahu lebar milik Seokjin di tambah senyuman tipis seperti biasa. Seokjin hanya bisa membalasnya dengan hembusan napas pasrah.

Kisaran lima belas menit, Seokjin sudah siap dengan setelan jeans biru blitz berpadu dengan kemeja pink. Kala ia tiba di ruang tamu, sontak saja penampilan Seokjin yang terlihat nyentrik itu membuat Taejun dan Hyena menganga.

"Kenapa harus warna pink?!" pekik Taejun.

Seokjin menundukkan kepalanya ke bawah, memperhatikan bajunya kemudian mendongkak sambil mengangkat bahu tak mengerti.

another day || knj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang