7 - Saya Tidak Butuh Bantuan

1 1 0
                                    

Terkadang, menjadi orang yang dipedulikan membuatku takut, takut jika diriku akan kembali lemah dan bergantung pada mereka yang ujung-ujungnya akan meninggalkan.

***
Jam pelajaran Ekonomi berlangsung khidmat di kelas 10 IPS 2, setiap murid sibuk mencatat rumus yang dijelaskan Pak Eko di papan tulis.

Abi sesekali melirik pada gadis yang duduk di sampingnya itu, wajahnya terlihat kesal, Abi sudah biasa melihat wajah kesal Arunika, tapi kali ini terlihat sedikit berbeda.

Abi yakin, gadis di sampingnya itu tipe orang yang suka memendam segala perasaanya. Terbukti dengan kekesalan yang Arunika pendam saat ini, bahkan Abi melihat Arunika beberapa kali mengepalkan tangan dengan kuat, lalu menghela nafas dengan berat.

Tak fokus pada pelajaran, pandangan Abi menangkap Cika yang terlihat gelisah, ia membongkar tasnya seperti mencari sesuatu.

Cika duduk berjarak satu bangku di depan Abi, itu sebabnya cowok itu mudah melihatnya ketika menghadap ke depan.

Abi melirik jam di tangannya, sebentar lagi jam istirahat, tapi penjelasan yang diberikan Pak Eko sepertinya belum menemui titik akhir.

"Pak." Cika dengan ragu-ragu mengangkat tangan, setelah menghentikan Pak Eko menjelaskan materi ajarannya.

Baru saja Abi akan menghela nafas kesal, kemudian ia urungkan dan mengerutkan kening melihat Cika.

Pak Eko menatap Cika sedikit kesal, ia tipe orang yang tak suka jika penjelasannya dihentikan sebelum selesai. "Ada apa?" Tanyanya kemudian.

Cika bangkit dari duduknya, ia menunduk lalu berbicara dengan ragu-ragu. "Anu...Pak, hp saya ilang," ucapnya.

Seketika kelas yang hening menjadi ramai dengan bisik-bisik para murid, semuanya tak ada yang menyangka ponsel Cika bisa hilang, terlebih mereka semua sudah mendengar cerita Cika, pastilah mereka semua syok dengan hilangnya ponsel si anak orang kaya itu.

"Diam-diam! Ini kelas apa pasar, Cika coba kamu jelasin gimana ceritanya hp kamu bisa hilang?" Pak Eko menengahi.

"Tadi saya simpen di tas Pak, soalnya saya tadi ke perpustakaan, pas saya cek barusan, udah gak ada," jelas Cika.

Pak Eko menghela nafas. "Kamu juga, kenapa bawa hp ke sekolah, udah tahu sekolah itu tempat belajar, bukan tempat main hp!"

"Tapi...saya nggak maksud bawa untuk dipake main Pak, saya cuman pake nelpon supir saya suruh jemput kalau udah pulang sekolah," bela Cika.

"Emang hp kamu merek apa, kamu kan anak orang kaya, bisa beli lagi," celetuk salah seorang gadis yang duduk di depan Cika itu.

"Iphone 12 Pro Max, tapi ini bukan soal merek, hp itu hadiah ulang tahun dari mama aku, itu berharga banget," ucap Cika sendu.

Sontak semua murid kelas kembali berdecak kagum dengan sosok Cika.

Abi yang juga ikut menyaksikan semua itu hanya bisa menganguk-angukkan kepala, tak berselera ikut campur.

Sebaliknya ia justru melirik Arunika yang memasukkan buku catatannya satu persatu, gadis itu yakin, drama yang sedang berlangsung ini akan lama, dan itu cukup lama untuk menghabiskan sisa waktu pelajaran Ekonomi.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang