10 - Hujan, Pelangi dan Matahari

6 1 0
                                    

Jangan menjadikan kebahahagiaan orang lain menjadi tolak ukur kebahagiaanmu juga, bahagialah dengan caramu sendiri.

***
Setiap hujan berakhir, pelangi selalu muncul menghiasi langit, pertanda akhir bahagia yang menyenangkan.

Meski banyak yang menyukai hujan, tapi nyatanya mereka masih berteduh saat kedatangannya, dan selalu menunggu hujan reda agar dapat melihat pelangi.

Tetapi, hidup yang Arunika jalani sekarang selalu saja penuh hujan, bahkan ditimpa badai sesekali. Ia pun selalu mengharapkan pelangi, berharapnya hujannya reda dan ia bisa menatap langit yang indah.

Namun itu semua terasa mustahil, bagaikan ilusi yang ia ciptakan sendiri, yang akhirnya menyakitinya juga.

Arunika berharap dapat menjalani hidupnya dengan tenang, jika mereka ingin pergi, pergi saja, Arunika tak akan menahan lagi. Hanya saja, setelah pergi jangan pernah menampakkan wajah lagi di depannya, karena ia akan sangat membenci itu.

Sudah Arunika katakan, ia sangat membenci orang-orang yang selalu menunjukkan kebahagiaan dan hartanya di depannya, itu membuat ia merasa sangat buruk.

Sesekali, rasanya Arunika ingin menghilang dari dunia, agar semua bebannya hilang, agar semua kecewanya lepas, dan ia bebas.

Tapi, nyatanya tak semudah itu.

Jika ia benar-benar menghilang dari dunia, bukankah ia membenarkan semua yang orang-orang itu katakan tentangnya, ia akan kalah dan semua orang yang ia benci itu akan menang.

Tidak. Tidak akan Arunika biarkan.

Sudah cukup ia merasa tidak adil seperti ini, sudah cukup ia melarikan diri, jika badai dalam hidupnya akan berakhir dengan cara dihadapi, maka sekarang Arunika akan menghadapinya.

Akan ia tunjukkan, bahwa ia mampu berdiri dengan kuat, tanpa mereka yang telah pergi, tak akan Arunika biarkan mereka melihat kesedihannya.

Arunika menghapus air matanya yang hampir kering, untuk pertama kalinya setelah ditinggalkan, ia menangis lagi, tapi ia bertekad bahwa itu tangisan terakhirnya untuk orang itu.

Arunika sudah bertekad, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya, meyakinkan diri bahwa ia mampu.

Kemudian berlari kecil menuruni anak tangga, pergi dari rooftop.

***

"Bagaimana ini, Arunika kenapa kabur?"

"Apa benar dia yang meracuni Cika?"

"Astaga bisa kacau ini!"

"Tapi liat ekspresi Bu Rose tadi pas liat Arunika gak, kayak aneh gitu, kayak Ibu yang baru liat anaknya selama bertahun-tahun."

"Ah! Iya bener tuh, saya juga liat!"

Bisik-bisik dari guru di kantor itu tak ubahnya seperti orang-orang yang baru saja menyaksikan acara istri sah memergoki pelakor.

Bu Tika dan Pak Eko sendiri sibuk mundar-mandir, menunggu Abi dan Gio yang tak kunjung kembali, setelah diberitahu bahwa Arunika tiba-tiba pergi, keduanya dengan sangat cepat pergi mencari gadis itu.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang