13 - Dipedulikan

2 1 0
                                    

Tidak ada pertemanan murni antara lelaki dan perempuan. Terlebih, jika kamu selalu menghabiskan waktu dengannya.

***
"Kamu ini gimana sih, masa anak yang udah racunin anak kita kamu buat lolos gitu aja?!" Seorang pria paruh baya bersetelan jas terlihat marah-marah di ruang kerjanya, dengan seorang wanita yang hanya berdiri menunduk.

"Tapi Pah, anak itu gak salah, gak ada bukti kalau dia yang udah racunin Cika," ucap Rose menyakinkan.

"Terus kamu pikir Cika ngeracunin dirinya sendiri gitu?!" Latif semakin kesal karena istrinya itu berani menentangnya.

"Pah, Cika kan memang sakit, bisa aja kan itu karena sakitnya lagi kambuh, dan bukan karena keracunan." Rose tetap berusaha meyakinkan Latif yang keras kepala dengan pendiriannya.

"Terus kamu pikir dokter rumah sakit salah analisis?! Atau kamu memang gak peduli sama Cika?!"

"Pah! Bahkan kamu tahu sendiri kan kalau aku sayang sama Cika melebihi anak kandungku sendiri!"

"Terus?! Atau kamu masih mikiran anak kamu yang di Kota Batu itu, kalau kamu masih mikiran dia, balik aja sana sama dia, hidup miskin!!"

Latif keluar dari ruang kerjanya dengan emosi yang meletup-letup, menyisakan Rose yang memandang kepergiannya dengan miris.

"Aku udah gagal ngelindungin anak aku sendiri, apa sekarang aku harus diam lagi jika ada yang menindasnya, harus bagaimana mama melindungi kamu Arunika," gumam Rose dengan frustasi.

***

"Pokoknya saya gak mau tahu, anak itu harus diberi hukuman, atau saya akan mencabut donasi saya untuk sekolah ini!!" Ucap Latif tegas di depan semua guru SMA Bakti Husada.

Pak Syarif selaku kepala sekolah segera bangkit dari duduknya dengan wajah khawatir. "Pak, tenang dulu, semuanya bisa dibicarakan baik-baik," ucapnya menenangkan Latif yang kini berdiri dengan nafas memburu.

"Pokonya keputusan saya sudah bulat, jika anak itu tidak diberi hukuman setimpal, maka saya yang akan memberi sekolah ini hukuman!!"

Bu Tika berdiri dari duduknya. "Maaf sebelumnya Pak, tapi bukankah tidak pantas jika kita menghukum murid yang tidak bersalah," ucapnya.

"Apanya yang tidak bersalah?! Sudah jelas dia yang meracuni anak saya, siapa lagi selain dia?!"

"Tapi Pak...."

Ucapan Bu Tika terhenti saat Pak Eko menahannya, dan menuntunnya kembali duduk.

"Udah, kita gak punya hak bicara di sini," bisik Pak Eko.

"Bapak mau liat murid gak bersalah dihukum?!"

Pak Eko hanya mengisyaratkan untuk Bu Tika diam saja, dan Guru Sosiologi itu hanya bisa menghela nafas kesal.

"Itu saja yang ingin saya sampaikan, semoga kalian memberi keputusan yang tepat!" Ucap Latif seraya pergi meninggalkan kantor kepala sekolah.

"Kita gak punya pilihan lain, Arunika harus dihukum," ucap Pak Syarif setelah diam beberapa saat.

"Pak?!" Tegur Bu Tika tak terima.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang