Bahkan, saat seisi dunia meninggalkanmu. Seorang sahabat sejati akan tetap berada di sampingmu.
***
Lima tahun yang lalu ...."Ih lucu banget!!"
Seorang gadis terlihat kegirangan setelah menjumpai seekor kucing kecil di bawah bangku taman.
Vanya mengambil kucing kecil itu lalu memangkunya, ia melirik cowok yang duduk di seberangnya dengan sebuah buku tebal di tangan.
"Gino, liat deh, lucu kan!" Vanya memamerkan kucing berbulu hitam putih itu.
Gino melirik, ia menganguk sekilas lalu kembali fokus pada bacaannya.
"Gino! Kok responnya gitu doang sih?!" Kesal Vanya merasa tak diacuhkan.
"Van! Kita kesini kan mau belajar, bukan main-main!"
"Tapi belajarnya gak harus serius banget gitu kan."
Masih kesal dengan Gino, Vanya terkejut saat sebuah cup ice cream tiba-tiba muncul di depannya.
"Panas-panas gini enaknya makan ice cream dong," ucap Gio dengan senyuman.
Gio meletakkan satu cup lagi di samping Gino tanpa mengatakan apapun, lalu duduk di samping Vanya.
Vanya menatap ice creamnya berbinar. "Makasih Gio," ucapnya girang.
Tapi Gino tiba-tiba pergi tanpa sepatah katapun, juga tak menyentuh sama sekali ice cream pemberian Gio.
"Gino!!" Panggil Vanya melihat punggung cowok itu yang semakin menjauh.
"Gak usah dipanggil, dia emang butuh waktu belajar, kan bentar lagi dia mau ke luar negeri sekolah," ucap Gio.
Vanya menatap Gio tak percaya. "Gino? Gino mau ke luar negeri?!"
"Iya, emang kamu gak tau?"
Vanya menggeleng sedih. "Kenapa Gino mau ninggalin aku, padahal dia tau kalau aku suka sama dia."
Gio tersenyum tulus. "Kan ada Gio," ucapnya.
Vanya menatapnya sembari memanyunkan bibir. "Tapi Vanya gak suka Gio," ucapnya.
"Kenapa?" Tanya Gio.
"Aku sukanya sama cowok yang selalu juara satu!"
Mulai hari itu, setelah masuk sekolah menengah pertama, Gio selalu menjadi juara satu, baik dibidang olahraga maupun pelajaran.
Vanya yang kembali satu sekolah dengan Gio merasa jika Gio selalu juara karena ucapannya dahulu.
Perlahan-lahan ia mulai menyukai Gio dan melupakan Gino, bahkan sudah terang-terangan menyatakan cintanya pada Gio.
"Gio, gue suka sama lo!"
Gio menatap Vanya bingung. "Bukannya lo sukanya sama Gino?" Tanyanya.
Vanya tersenyum. "Tapi kan Gino udah gak di sini, lagian dia gak peduli juga sama gue, dan kenapa juga ngejar Gino, kan ada elo yang suka sama gue!" Ucapnya percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
JugendliteraturArunika, tak sehangat matahari pagi. Arunika justru dikenal sebagai gadis dingin yang tidak ingin punya teman. Misterius dengan kedinginannya yang menyimpan banyak luka masa lalu, menjadikannya gadis yang tak percaya akan kehangatan suatu hubungan...