Semenjak hari itu, aku merasa bahwa sendiri itu lebih baik.
***
Seorang gadis kecil menatap heran wanita yang sibuk mengemas pakaiannya itu, hingga menumpuk dalam sebuah koper besar yang bahkan hampir tidak memuat koper itu saking banyaknya."Mama," panggil gadis itu masih memeluk boneka beruang besarnya.
Wanita itu tak mempedulikan sang gadis, ia kembali mengecek lemari apakah masih ada barangnya yang tertinggal di sana.
"Mama, kenapa bajunya diambil semua, kita mau kemana?" Tanya gadis itu lagi.
Setelah merasa tak ada barangnya yang tertinggal, Rose menyeret kopernya mendekati gadis kecil itu.
"Arun, mama pergi dulu yah, Arun jaga diri, mama udah nelpon nenek, besok nenek sampai di sini dan nemenin Arun, ok," ucap Rose.
Arunika menggeleng, ia menarik lengan Rose dan memeluknya. "Arun juga mau ikut mah, Arun nggak mau tinggal sama nenek, Arun maunya sama mama," rengek gadis itu.
Rose menarik tangannya dari pelukan Arunika, lalu memegang bahu gadis itu. "Arun dengerin mama baik-baik, mama pergi gak akan lama, mama akan pulang dan jemput Arun, mama janji," ucapnya menyakinkan Arunika.
Rose memeluk putrinya itu sembari menahan tangis, lalu pergi dengan cepat sebelum Arunika kembali menahannya.
Arunika berjalan pelan menuju jendela, mengintip di balik tirai, Ibunya naik di mobil mewah berwarna hitam yang kemudian hilang ditelan kegelapan.
Arunika berbalik menatap rumahnya yang sunyi, ia memeluk boneka erat-erat. Gadis kecil itu sebenarnya penakut, akan tetapi karena sering ditinggal Rose yang pergi dan pulang larut, ia sudah mulai terbiasa.
Arunika pikir Rose akan pulang lagi seperti biasa, wanita itu akan pulang larut dan membawakan Arunika makanan enak yang hanya bisa ia lihat di televisi.
Tetapi, sudah berminggu-minggu sampai berbulan-bulan menunggu, Rose tak kunjung pulang.
Arunika bahkan rela begadang menunggu ibunya itu, ia pikir mungkin Rose pulang saat larut ketika ia tidur, dan pergi pagi-pagi sebelum ia bangun.
Tapi, nyatanya Rose sama sekali tak pulang, bahkan sudah bertahun-tahun Arunika menunggu janji Rose untuk menjemputnya, tapi wanita itu sama sekali tak pernah menampakkan dirinya.
Wisuda SD, bahkan wisuda SMPnya, Rose sama sekali tak pernah hadir, jangankan menjenguknya saat sakit, menelpon menanyakan kabarnya saja tak pernah.
Hingga suatu hari saat hujan turun begitu derasnya, Arunika berjalan sendirian di jalanan sepi tanpa payung.
Memikirkan yang terjadi pada hidupnya belakangan ini, ia mulai sadar, Rose tidak pergi sebentar tapi meninggalkannya dan tidak kembali lagi, Rose pergi dan ia berbohong akan pulang menjemputnya.
Meski awalnya hatinya menolak itu semua, tapi itulah kenyataannya, itulah yang terjadi sekarang.
Arunika mulai membuang semua harapan-harapannya, ia akan berhenti menunggu siapapun yang meninggalkannya lagi. Mulai sekarang ia tidak butuh siapapun dan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen FictionArunika, tak sehangat matahari pagi. Arunika justru dikenal sebagai gadis dingin yang tidak ingin punya teman. Misterius dengan kedinginannya yang menyimpan banyak luka masa lalu, menjadikannya gadis yang tak percaya akan kehangatan suatu hubungan...