Agar tak kembali tersakiti, menutup diri jauh lebih baik
***
"Hai, kamu Arunika kan, kenalin aku Cika, sekelas sama kamu, tapi baru masuk hari ini, soalnya baru balik dari luar negeri," ucap gadis dengan berambut panjang lurus itu, ia mengulurkan tangganya sembari tersenyum, senyumnya cukup manis dan ramah.Arunika dengan kikuk menjabat tangannya. "Oh iya, aku Arunika," jawabnya simpel.
Mendengar jawaban Arunika, Cika mengerutkan kening, semua murid yang ia sapa hari ini sangat senang bertemu dengannya, kenapa gadis di depannya ini seolah tidak peduli.
Ah, mungkin ceritanya kurang lengkap.
"Oh iya, kemarin aku liburan ke Korea loh, ternyata di sana itu keren banget, papaku punya bisnis di sana, dan libur sekolah nanti aku ke sana lagi loh, papa aku janjiin bakalan bawa aku ketemu sama Cha Eunwo, keren banget kan!!" Ucap Cika dengan antusias.
Sebaliknya, Arunika justru merasa risih, karena Cika berbicara seperti sengaja mengeraskan suaranya, akibatnya beberapa murid yang lewat di koridor menatap mereka, bahkan ada beberapa yang singgah dengan tatapan kagum pada cerita Cika.
Karena semakin banyak murid yang mendekati mereka, Arunika segera pergi dari sana tanpa memedulikan Cika yang dengan antusias menceritakan kisahnya.
"Gak suka bicara sama orang, gak suka keramaian, apa dia introvert?" Seorang cowok yang daritadi berdiri di pintu kelasnya terus saja menatap Arunika yang perlahan menghilang di belokan menuju kelasnya.
"Apaan yang introvert?" Tanya Danu yang tiba-tiba muncul di samping Gio.
"Telinga lo!!" Semprot Gio, bahkan cowok itu sudah berbisik pada ucapnnya tadi, tapi Danu masih mendengarnya.
"Emang telinga bisa introvert Bay?" Tanya Danu pada Bayu yang menghitung pulpen curiannya.
"Ndre, kok punya gue kurang sih, lo malingin yah!!" Tak menjawab pertanyaan Danu, Bayu justru menatap kesal Andre yang memasukkan pulpennya satu persatu ke dus kecil tempat pulpen, seolah-olah itu pulpen baru.
"Bukannya kerjaan kita emang malingin pulpen?" Ucap Andre santai.
"Yah tapi nggak pulpen gue juga yang lo malingin kampret!!" Kesal Bayu.
"Ya udah, nanti hasilnya kita bagi dua," ucap Andre menatap Bayu, keduanya bertatapan dengan mata berbinar. "Mie ayam!!" Ucap keduanya kompak.
Danu yang memerhatikan kedua sahabatnya itu hanya bisa melongo. "Perasaan, kemarin gue yang ngoleksiin pulpen orang, kenapa hari ini mereka malah udah jualan?"
Gio bahkan sudah meninggalkan kelas sedari tadi, tak sudih punya teman seperti mereka. Bisa mencoreng nama baiknya.
***
"Hai Anis, Arunika manis!!" Sapa Abi dengan gembira begitu melihat Arunika memasuki kelas.
Arunika hanya bisa memutar bola mata jengah, ia harus sabar, setidaknya sampai kenaikan kelas, semoga saja ia tak sekelas lagi dengan manusia jadi-jadian itu.
Arunika menyimpan tasnya setelah mengeluarkan beberapa buku, bersiap menunggu mata pelajaran pertama yang sebentar lagi.
"Anis, mau ngapain?" Tanya Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen FictionArunika, tak sehangat matahari pagi. Arunika justru dikenal sebagai gadis dingin yang tidak ingin punya teman. Misterius dengan kedinginannya yang menyimpan banyak luka masa lalu, menjadikannya gadis yang tak percaya akan kehangatan suatu hubungan...