1. The Cousin

1.4K 165 2
                                    

It's just fanfiction, no hard feeling.

p.s enjoy the music

***

Jeongwoo, Park Jeongwoo, adalah seorang photographer profesional. Ia telah terjun ke dunia fotografi sejak masih duduk di bangku sekolah menengah. Awalnya, ia menekuni dunia fotografi sebatas hobi. Objek fotonya sediri hanya terbatas pada keluarganya, terutama mamanya. Jeongwoo sangat suka membidik mamanya dengan kamera hadiah dari papanya, dulu. Itu dulu sekali, sudah berapa tahun berlalu, Jeongwoo sendiri sudah lupa kapan terakhir kalinya dia membidik sang mama dengan kamera miliknya.

Jeongwoo memegang prinsip "The past is the past, it should stay in the past." begitu katanya dulu saat John, rekan seprofesinya di US bertanya terkait masa lalu si manis. Iya, si manis. Jeongwoo itu manis, kulitnya tan kecoklatan, dengan fitur Asia yang menawan. Oleh karenanya, orang-orang menjulukinya sweetboy. Jeongwoo sih tidak masalah toh dia memang manis.

Si manis ini, selama sepuluh tahun terakhir dalam hidupnya memilih untuk merantau ke negeri paman Sam. Iya, benar. Sepuluh tahun lalu, tepatnya di hari kelulusannya, Jeongwoo lebih memilih untuk menaiki burung besi yang membawanya pergi jauh dari tanah kelahirannya, daripada harus terkurung di ruang wisuda dengan teman-teman seperjuangannya di universitas. Dia lebih memilih mengangkat kaki dari negara asalnya untuk mengejar American's dream yang dia sebut sebagai "the new beginning".

And it is a new beginning for him. Banyak hal terjadi selama sepuluh tahun terakhir. Banyak yang telah dilaluinya. Pahit manis hidup sudah banyak dia telan untuk sampai pada stage ini. Banyak hal telah dia korbankan, perasaannya, waktunya, kebebasannya, dan semua yang ada pada dirinya. Itu semua, bagaimanapun juga adalah bagian dari masa lalu. Ingat, Jeongwoo hanya hidup untuk hari ini, apa yang terjadi minggu lalu, bahkan kemarin, baginya adalah masa yang telah berlalu yang tidak perlu di ungkit-ungkit, cukup nikmati saja yang ada hari ini.

Sayangnya, masa pelarian Jeongwoo telah berakhir. Yup, you read it right. Selama sepuluh tahun ini, meski Jeongwoo terus menampik kenyataannya dia sebenarnya sedang berada dalam pelarian. Oh, tidak, dia tidak melarikan diri dari hutang. Dia hanya melarikan diri, sejauh mungkin dari masa lalunya. Katakanlah Jeongwoo pengecut karena tidak bisa menghadapi masa lalunya. Terlalu banyak hal yang terjadi di tahun-tahun terakhirnya kuliah. Too much thing happenend to him, to his family, and to his lovelife. Dan semuanya hanya membawa luka bagi Jeongwoo. Karenanya, pemuda manis itu lebih memilih melarikan diri ke negeri paman Sam.

But you know what? Time passed, his heart still bleeding, his wounds not healing, his tears keep falling, his sadness not fading, so do his feeling.

Karenanya, pada suatu malam yang sunyi di jam dua pagi, memandang langit-langit apartemennya setelah party semalam suntuk dengan kawan-kawannya di salah satu pub di LA, Jeongwoo mulai memikirkan tentang tanah kelahirannya. Well, let's say alcohol make him braver. That night, drunk and wasted Park Jeongwoo membuat keputusan untuk kembali ke tanah kelahirannya. So, jam dua dini hari, setengah mambuk, Park Jeongwoo menelepon Park Hyunsuk nee Choi, dan menerima tawaran yang lebih tua untuk bekerja padanya di tanah kelahirannya. Jangan tanya bagaimana perasaan Park Jeongwo saat selesai dengan hangovernya dan mengingat semua 'kebodohan' yang telah dia lakukan di bawah kendali alkohol. Told you, Jeongwoo itu pengecut. Tanpa berbotol-botol alkohol, mana mungkin ia mau menelepon Hyunsuk, yang kontaknya dia abaikan keberadaannya selama sebulan penuh belakangan ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan Jeongwoo sudah meng-iya-kan tawaran Hyunsuk, there's no turning back. Jadilah, seminggu kemudian Jeongwoo mempersiapkan kepindahannya ke tanah air, with a heavy stone on his heart. Pesan moral yang Jeongwoo dapat hari itu, jauhi alkohol.

The SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang