It's just fanfiction, no hard feelings.
P.s. enjoy the music.
P.s.s. bijaklah dalam membaca.
***
Ini adalah hari Senin. For freaking sake, bangun pagi pada hari Senin adalah hal yang paling Junghwan benci. Rasanya tidak ada yang benar kalau sudah hari Senin. Hot Chocolate yang diminum pagi ini bahkan terasa pahit dilidah. Apalagi kalau mengingat kejadian weekend kemarin, rasa-rasanya Junghwan ingin mengobrak-abrik bumi saja. Sialnya, 'oknum' yang membuat weekendnya menjadi menyebalkan malah terlihat terlalu baik-baik saja. Junghwan kan makin kesal!
Adalah Park Jeongwoo, yang pada pagi hari Senin ini malah terlihat terlalu berbunga-bunga. Maaf saja ya, tapi mood Junghwan sedang sangat amat tidak baik. Jadi, siapapun yang terlihat bahagia di hari Senin wajib dimusuhi, terutama jika orang itu adah Park Jeongwoo. Terlebih jika oknum Park Jeongwoo itu terus-terusan menyebar positive vibe. Bikin sakit mata saja! Matanya menyipit memandang tak suka pada Jeongwoo yang baru saja turun dari SUV we-know-who-but-let's-pretend-we-don't-know-who, bibirnya maju lima centi. Ish kalau mengingat si pemilik SUV Junghwan jadi makin kesal! Kalau saja Hyun suk tidak segera memanggilnya untuk naik ke ruangan lantai ruangan mereka, mungkin Junghwan akan terus berdiri di lobby kantor memelototi Jeongwoo yang pagi ini terlihat amat sangat bahagia.
So, what happened here?
Mari kita mundur sedikit ke hari sebelumnya. We already know apa yang terjadi Sabtu malam lalu. Dan paginya, Jeongwoo bangun dengan err- rasanya terlalu sulit dijelaskan, campur aduk, menyenangkan tentunya, hatinya berbunga-bunga pastinya, melegakan juga, tapi tentu ada kewaspadaan dan rasa takut yang menghantui. Lalu, malunya bukan main saat memikirkan Mashiho membuka pintu apartemen mereka dan menemukan dirinya dalam keadaan seperti itu dengan orang itu.
Jeongwoo berakhir dengan makan sarapan buatan orang itu dengan wajah dan sekujur tubuh yang memerah padam, both in a good-way and if you know you know-way.
Yah, pokoknya seperti itu. Seharian Jeongwoo hanya berguling guling di karpet ruang tengan menggigit-gigit bantalan sofa. Mencoba membayangkan apa yang terjadi semalam karena jujur saja Jeongwoo hanya ingat mereka saling-memakan-bibir seperti orang kelaparan. Ugh, malunyaaaaa. Dan wajah Jeongwoo akan semakin memerah dan dia akan kembali berguling-guling di ruang tengah. Oh to be in love.
Kegiatan berguling-guling itu pada akhirnya terpaksa harus berhenti karena sebuah pesan masuk ke ponsel Jeongwoo. Isinya singkat hanya dua bubble chat, bubble pertama "hi, sudah bnagun?" lalu beberapa menit setelahnya si pengirim mengirim bubble kedua "Reply me when you wake up." Hanya itu. Hanya itu, tapi rasa-rasanya jantung Jeongwoo hampir berlarian keluar. Perutnya geli tiba-tiba berubah menjadi sarang kupu-kupu.
Well, pesan singkat yang bisa tapi dikirim oleh yang spesial kadang memang bisa membuat serangan jantung mini.
"Bagaimana iniiii" Jeongwoo berguling-guling lagi dengan satu tangan memegang ponsel dan satu tangan lainnya digigiti. "Aku harus balas apa."
Lalu, belum selesai memikirkan jawaban untuk dua bubble sebelumnya, si pengirim pesan yang sudah pesannya telah dibaca tapi belum dibalas mengirim bubble chat lainnya. "Kenapa tidak dibalas?" begitu katanya. Masih tidak dibalas oleh Jeongwoo yang kini perutnya mulai ditumbuhi kebun bunga.
Si pengirim pesan tidak menyerah tentu saja, dia mengirim satu pesan lainnya, "are you mad at me?" In which Jeongwoo balas secepat tangannya bisa mengetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sunshine
Hayran KurguIni, tentang kisah lama yang belum terselesaikan antara Haruto dan Jeongwo. Kisah cinta yang terhenti tanpa kejelasan dan segala kerumitan yang menyertainya. Sepuluh tahun setelah perpisahan pahit, keduanya dipertemukan kembali. Serta, kisah lainnya...