I's just fanfiction, no hard feeling.
p.s enjoy Everyday by Treasure everyday.
***
Jeongwoo memutar-mutar pen di tangannya. Matanya memandang kosong ke depan. Pikirannya sedang tidak di tempat saat ini. Komputer di depannya dibiarkan menyala begitu saja, menampilkan foto hasil kerjanya beberapa waktu lalu. Sesuatu terasa aneh. Rasanya seperti dia melupakan sesuatu tapi tidak tahu apa itu. Dan perasan itu benar-benar mengganggu.
Hal itu tidak luput dari mata tajam So Junghwan yang tengah bersandar di pintu ruang kerja Park Jeongwoo dengan setumpuk berkas di tangan. Junghwan sudah berdiri di tempatnya kurang lebih sekitar sepuluh menit dan temannya itu masih belum menyadari keberadaannya. Park Jeongwoo terlalu larut dalam perenungannya sampai dia tidak sadar akan keadaan sekitarnya. Junghwan bahkan yakin temannya itu tidak sadar bahwa hanya dia seorang yang tinggal di ruangan itu saat ini. Sudah seperti itu sejak So Junghwan dengan tidak sengaja lewat dan melihat temannya sedang melamunkan entah apa, sampai tidak merespon teman satu ruangannya yang merupakan asistennya saat mereka menanyakan perihal pekerjaan padanya, pun tidak mengatakan apapun saat satu per satu dari mereka pamit untuk keluar makan siang beberapa menit lalu.
Bosan menunggu Jeongwoo menyadari keberadaannya, Junghwan memilih untuk sedikit menyadarkan temannya itu, "ekhem"
Jeongwoo mengangkat kepala dan menatap heran pada So Junghwan yang kini mengambil tempat duduk di depannya.
"Ah, kau perlu sesuatu? Kalau hasil photoshoot kemarin masih aku kerjakan, akan kuberikan pada Hyunsuk-hyung paling lambat besok pagi."
"Bukan itu."
"Lalu?"
"Kau tidak keluar makan siang ya?"
Ah itu dia
Seo;ah sebuah bohlam lampu baru saja dinyalakan di dalam benak Park Jeongwoo, menyadarkannya pada banyak hal yang tadinya tidak terpikirkan olehnya. Pertanyaan itu menjadi jawaban kegelisahannya beberapa waktu belakangan.
"Ini hari apa?" jeongwoo bertanya. Dan dengan keheranan Junghwan menjawab dengan sedikit keraguan, "emm rabu?"
"Rabu?"
"Rabu."
"Ini hari Rabu. Di jam makan siang. Benar?"
"Be..nar?" Junghwa meringis keheranan. Dia dibuat semakin heran dengan tingkah temannya yang dengan rusuh mengeluarkan ponselnya dari kantong celana jeansnya. Raut panik temannya membuatnya ikut panik, sebelum kepanikan itu tergantikan dengan keheranan yang makin menjadi saat melihat raut kecewa temannya saat memandang layar ponselnya. Dengan kening berkerut, Junghwan sedikit memundurkan duduknya saat Park Jeongwoo mengangkat kepala dan memandangnya dengan wajah sedih entah karena apa.
"Ini hari Rabu, jam makan siang, tapi dia tidak menghubungiku sama sekali. He's.. he's just disappeared. Gone."
"Apa .. yang kau bicarakan?"
Jeongwoo menarik nafas panjang sebelum mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. Sesegera mungkin mengubah raut wajahnya agar normal kembali. Dia tidak ingin membuat temannya khawatir. "Kau sudah makan siang? Mau makan siang denganku?" Segera, Jeongwoo mengalihkan pembicaraan dan tidak ingin memperpanjang pembicaraan mereka saat ini. Dia tidak ingin terlihat terlalu menyedihkan di depan So Junghwan hanya karena seseorang, tolong garis bawahi, hanya karena seseorang tidak mengajaknya makan siang keluar beberapa hari ini.
Meski bagaimanapun Jeongwoo jelas tidak bisa berhenti memikirkan seseorang yang akhir-akhir ini menjadi partner makna siangnya. Orang itu menghilang begitu saja sejak hari Senin. Tidak ada pesan ancaman atau telepon-telepon mengganggu yang menyuruhnya segera berlari ke parkiran kantor saat makan siang. Tidak ada lagi senyum sombong yang menyambut Jeongwoo di kursi kemudi setelah Jeongwoo berlari seperti kesetanan menghampiri mobil mewahnya di parkiran. Mobil yang selalu berbeda tiap kali Jeongwoo menemui pria itu. Tidak ada. Semua itu tidak ada lagi sejak hari Senin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sunshine
FanfictionIni, tentang kisah lama yang belum terselesaikan antara Haruto dan Jeongwo. Kisah cinta yang terhenti tanpa kejelasan dan segala kerumitan yang menyertainya. Sepuluh tahun setelah perpisahan pahit, keduanya dipertemukan kembali. Serta, kisah lainnya...