21. The Kiss

871 101 20
                                    

It's just fan fiction, no hard feeling.

p.s. I change the age rating for this book, so please mind what you read. What in this book stays in this book.

p.s.s. enjoy the music

***

Yongue menepati janjinya untuk mengantar Jeongwoo pulang. Hanya mengantar pulang. Tidak lebih. Dia bahkan dengan sopan menolak ajakan Jeongwoo untuk mampir sebentar di apartemen pemuda itu. Padahal Jeongwoo sudah meyakinkannya bahwa dia tidak tinggal sendiri melainkan bersama dengan sepupunya jadi tentu tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Just in case. Bukan apa, tapi ini sudah pukul dua pagi dan rumah Yongue yang berada di sisi lain kota membuat Jeongwoo merasa tidak enak hati karena pemuda itu sudah repot-repot mengantarnya pulang selarut ini. Thanks to So Junghwan, by the way.

"Aku tak apa. Aku sudah biasa menyetir tengah malam begini kalau sedang lembur" Yongue tersenyum berusaha meyakinkan. Mereka berdiri berhadapan di depan pintu gedung apartemen Jeongwoo. Yongue bersikeras mengantar pemuda itu sampai depan pintu gedungnya, alih-alih hanya menurunkan Jeongwoo di pinggir jalan, seperti seharusnya. Yongue beralasan bahwa dia ingin memastikan Jeongwoo sampai tujuan dengan selamat.

"Tapi tetap saja kan," Jeongwoo menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Ah, bagaimana kalau tawaran mamirnya diganti dengan lain kali, hmmm, cafe date, mungkin"

"Eh?"

"Ah, kalau kau tak bisa tak apa aku hanya-"

"Hmm bagaimana kalau sabtu depan?"

"Eh?"

"Aku baru bisa kalau sabtu depan, apa tidak apa-apa?"

"Ah tidak! Tidak, maksudku tidak apa-apa, aku bisa kapanpun kau luang. Aku bisa!" mungkin, Yongue terdengar terlalu bersemangat, dia jadi malu sendiri, satu tangannya dipakai menutupi sebagian wajahnya yang sedikit merona.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa Sabtu depan!" Dengan begitu, Jeongwoo membalikkan badannya dan melangkah memasuki gedung apartemen meninggalkan Yongue yang masih menatapnya dengan binar bahagia.

"ah, iya sampai jumpa sabtu depan." Entah cuaca malam ini yang sedang panas atau apa, tapi Yongue dapat merasakan hatinya menghangat.

Semua itu tidak lepas dari mata tajam Haruto yang berdiri tidak jauh dari sana. Ada amarah di dadanya yang coba dia padamkan, tapi semakin dirinya mencoba untuk tetap tenang, semakin panas rasanya. Jadi, hal terbaik yang bisa Haruto lakukan saat ini adalah mengambil langkah cepat memasuki gedung apartemen. Tangannya segera manahan pintu lift yang hampir tertutup.

***

Jeongwoo melangkah ringan kearah lift gedung. Entahlah, tapi rasanya cukup baik setelah menerima ajakan dari Yongue tadi. Bukan berarti dia sudah siap memulai suatu hubungan kembali. Tidak. Bukan begitu. Hanya saja, Yongue orang yang baik dan mereka dapat mengobrol dengan santai. Akhir-akhir ini ada banyak hal yang terjadi yang membuatnya sedikit tertekan. Jadi, hangout di bar dan berbicara santai dengan seseorang seperti tadi benar-benar membantu meringankan beban di pundaknya. Sepertinya akan menyenangkan kalau bisa berteman dengan Yongue. Dia sedikit canggung pada awalnya tapi setelah berbincang lama, Jeongwoo merasa dia orang yang baik. "Setidaknya lebih baik dari seseorang" Jeongwoo bergumam kecil.

Ting

Pintu lift terbuka dan Jeongwoo melangkahkan kakinya memasuki kotak besi itu. Hanya dirinya sendiri. Yeah, bagaimanapun juga ini sudah tengah malam. Penghuni gedung apartemen ini pastilah sudah terlelap dalam tidurnya atau masih partying entah di mana. Setelah menekan tombol lift untuk sampai ke lantai unitnya, Jeongwoo memilih bergeser ke sudut lift. Menyandarkan tubuhnya dengan santai dan membuka ruang obrolan di ponselnya dengan So Junghwan, menanyakan dimana keberadaan pemuda itu. Dia terlalu fokus pada ponselnya hingga tak menyadari seseorang menahan pintu lift yang hampir tertutup. Bunyi gesekan pintu lift yang kembali terbuka mengalihkan atensinya dari ponsel pintar di tangannya. Jeongwoo mendongak dan untuk sepersekian detik, Jeongwoo menyesali keputusannya menolak tawaran Yongue mengantarnya sampai depan pintu unitnya. Harusnya tadi pakai tangga darurat saja! Ah tidak, seharusnya tadi tidak usah pulang sekalian!

The SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang