7. The Lunch

747 137 19
                                    

It's just fanfiction no hard feeling.

Warnings : harsh words

p.s enjoy the music.

***

Hari itu panas terik, padahal masih terbilang pagi. Junkyu melonggarkan sedikit dasi bergaris yang menggantung lehernya sebelum bergerak membelokkan kemudi mobilnya memasuki basement dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus.

Sedikit mengacak rambutnya, Jungku kemudian memasang kembali jas maroon yang tadi sempat ditanggalkannya, sebelum membuka pintu mobil dan berjalan ke arah lift yang akan membawanya ke ruangannya di lantai atas.

Sesampainya di depan lift yang khusu disediakan bagi pagi para petinggi di tempat parkir khusus. Namun, sekali lagi, untuk entah yang keberapa kalinya Junkyu mengumpat. Di pintu lift di depannya kini tertempel pemberitahuan sedang ada perbaikan yang mana artinya Junkyu harus memutar jalannya ke arah lobby kantor terlebih dahulu. What a shitty day, pikirnya.

Maka, dengan mendumal dalam hati Junkyu memutar tumitnya menuju lobby. Hari ini benar-benar, something. Pagi ini dia terlambat bangun karena semalam habis menemani Park-ashole-Jihoon mabuk-mabukan di bar langganan mereka. Pria Park itu, dengan seenak jidatnya menyeret dirinya setelah jam kantor usai untuk menemaninya minum-minum melepas stres.

Usut punya usut, dia baru saja dimarahi the love of his life dan diusir sementara dari rumah mereka karena terlambat menjemput putra kesayang si suami. Si bodoh itu, sudah tau putranya pulang jam sepuluh dan dia malah menjemputnya jam hampir jam enam sore, mengamuklah induknya. Dan begitulah, pagi ini hangover parah menyerang Junkyu pagi ini yang membuatnya terlambat ke kantor.

Omong-omong, Park Jihoon itu, saat ini masih tertidur lelap di kamar tamu apartemennya. Si brengsek itu tidak berani pulang semalam, takut dihabisi Hyunsuk katanya. Ugh, menikah itu memang merepotkan.

Junkyu menyapa sejenak security yang bertugas di pintu masuk, memamerkan senyum tampannya kepada mereka yang tak sengaja berpapasan dengannya. Kaki jenjangnya dilangkahkan ke arah meja resepsionis. Kedua orang yang berjaga itu, kebetulan adalah calon 'korban' Kim Junkyu, Junkyu sudah mengincar mereka dari minggu lalu, jadilah Junkyu hendak melancarkan aksi-aksinya. Siapa tahu, satu dari mereka malam ini mau makan malam bersamanya dan mungkin, jika beruntung, mau menghangatkan ranjangnya, kan.

Beberapa langkah sebelum dirinya mencapai meja resepsionis, seseorang yang tadinya berdiri di meja resepsionis itu, tiba-tiba berbalik dan menabrak Kim Junkyu. Junkyu, yang memiliki refleks yang bagus segera mengulurkan tangan menopang si penabrak agar tidak mencium lantai.

Sepertinya, orang yang menabraknya ini sedikit terkejut, butuh beberapa detik baginya untuk dapat berdiri kembali. Dan, tepat saat Junkyu mencoba menatap wajah si penabrak, lelaki itu juga mendongakkan kepala menatapnya tepat di mata. Ugh, manis.

Si penabrak tampak sangat terkejut dengan mata sedikit membola. Oke, Junkyu akui dia memang tampan. Sedari lahir memang. Tapi, baru kali ini seseorang begitu terkejut sampai sedikit termenung saat melihatnya. Jujur, kejadian ini memupuk egonya semakin tinggi.

Segera, lelaki yang menabraknya itu membungkuk dan mengucap maaf sebelum dengan tergesa, hampir berlari, keluar dari gedung. Itu membuat kedua alis Junkyu menukik naik. Apa-apaan itu tadi? Kenapa harus terburu begitu? Memangnya Junkyu harus dihindari seperti itu? Padahalkan Junkyu ingin berkenalan, dan, mungkin saja, mendapatkan nomor telepon si manis, kan.

Tapi terserah saja, kalau memang jodoh pasti akan bertemu lagi, pikirnya. Mengangkat bahu, Junkyu meneruskan langkahnya yang sempat terhenti menuju meja resepsionis. Junkyu mengistirahatkan kedua sikunya di meja resepsionis dengan tubuh bagian atasnya sedikit dicondongkan ke depan. Memberikan senyum terbaiknya Junkyu menyapa kedua orang yang berjaga hari ini, "Halo, selamat pagi bidadari-bidadari manis, apa kabar kalian pagi ini?"

The SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang