It's just fan fiction, no hard feeling.
p.s enjoy the music
***
Jeongwoo berdiri dari duduknya bahkan sebelum Bus berhenti dengan benar. Tubuh kecilnya sedikit terdorong ke belakang tapi itu tidak menghentikannya untuk berjalan mendekati pintu keluar. Sopir Bus, Pak Park, melirik dari spion, memastikan anak lucu itu tidak terjerembab. Begitu Bus berhenti dengan sempurna, Pak Park segera menekan tombol pintu. Begitu pintu tua Bus itu berderit terbuka, Jeongwoo melompat turun dan berlari secepat yang kaki kecilnya bisa.
"Hati-hati, Jeongwoo."
"Sampai jumpa hari Senin, Pak Park." Jeongwoo berteriak nyaring. Tidak sedikitpun mencoba memperlambat larinya. Tangannya menggenggam erat selembar kertas hasil goresan tangannya saat kelas seni tadi di sekolah. Dia tidak sabar hendak menunjukkan hasil tangannya menggambar keluarga pada sang Papa.
Hari ini, dikelas melukis Miss Sabrina, kelas Jeongwoo diminta untuk melukis hal yang paling disukai. Dan Jeongwoo memilih untuk melukis potret keluarganya. Ada Papa, Mama, Jeongwoo kecil dan calon adik bayi yang masih di dalam perut Mama. Jeongwoo itu, memang sudah dari sananya pintar melukis, katanya sih turunan dari Mama yang juga seorang pelukis. Dan Jeongwoo sangat senang dengan fakta itu. Seumur hidupnya yang pendek, Jeongwoo selalu mendengar orang menyebutnya sebagai mini size Papa. Bukan Mama. Jadi, Jeongwoo sedikit sedih. Diakan maunya seperti Mama saja. Cantik. Wangi. Dan baik hati. Kalau Papa sih, jangan ditanya, menyebalkan! Papa sering mencuri berry dari mangkuk buah Jeongwoo. Papa juga sering tidur larut dan bangun kesiangan! Tidak pernah membacakan Jeongwoo dongeng sebelum tidur. Tidak pernah memandikan Jeongwoo. Tidak seperti Mama yang selalu menemani Jeongwoo. Jeongwoo jadi sedih. Dia benar-benar tidak mau mirip Papa! Maunya mirip Mama!
Jadi, saat ada yang mengatakan Jeongwoo memiliki bakat seni dari Mama, hatinya senang bukan main! Akhirnya ada sesuatu darinya yang mirip Mama! Karenanya, Jeongwoo jadi suka memamerkan hasil coretan tangannya pada Papa yang payah menggambar. Membuat lingkaran saja Papa tidak bisa! Jeongwoo yang masih kelas satu saja bisa! Jeongwoo jadi makin suka pamer pada Papa! Sama seperti hari ini. Saat menggambar potret keluarga, Miss Sabrina, guru seni Jeongwoo memuji lukisannya. Jeongwoo bahkan mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Sejak mendapatkan nilai tadi, Jeongwoo sudah membayangkan akan pamer pada Papa, karenanya dia bersemangat sekali untuk sampai rumah! Jam segini harusnya Papa sudah di rumah dan Jeongwoo bisa pamer!
Jeongwoo berbelok memasuki gang rumahnya, melewati dua rumah dan sampai di rumah minimalis keluarganya. Rumahnya bukanlah rumah yang mewah, tapi cukup besar untuk ditempati oleh sebuah keluarga dan satu orang anak ditambah seorang bayi yang katanya akan bergabung dengan keluarga kecil mereka bulan Desember nanti. Kalau kata Jeongwoo sih, adik bayi itu Winter Princess karena lahirnya di bulan bersalju.
Jeongwoo berhenti sejenak di depan gerbang rumah. Ada sebuah mobil hitam asih yang bersisian dengan mobil milik Papa. siapa ya, yang datang? Itu jelas bukan mobil milik Paman dan Bibi, bukan juga mobil milik Mr. Rafael guru les piano Jeongwoo. Itu juga bukan mobil milik Tante Ruby, teman Mama.
Jeongwoo duduk di kursi teras sembari membuka kedua sepatu sekolahnya. Tapi matanya masih memandang mobil hitam itu penasaran. Pasalnya, mobil itu kentara sekali masih dalam keadaan baru. Masih mengkilap! Kan Jeongwoo jadi penasaran. Dia juga kan ingin punya mobil keren begitu.
"Mamaaa Jeongwoo pulang!" Teriakan nyaringnya memancing perhatian Mama yang tengah menata makan siang dibantu oleh Bibi Kim di ruang makan.
"Waaah Kakak sudah pulang, ya. Bagaimana harinya di sekolah? Menyenangkan tidak?" Mama dan Papa memang membiasakan memanggil Kakak pada Jeongwoo sejak mereka mendapat kabar bahwa ada adik bayi di kandungan Mama. katanya sih biar Jeongwoo terbiasa saat nanti adik bayinya lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sunshine
FanfictionIni, tentang kisah lama yang belum terselesaikan antara Haruto dan Jeongwo. Kisah cinta yang terhenti tanpa kejelasan dan segala kerumitan yang menyertainya. Sepuluh tahun setelah perpisahan pahit, keduanya dipertemukan kembali. Serta, kisah lainnya...