It's just fanfiction, no hard feeling.
p.s mention of harsh words and alcohol. be mindfull of whatyou read.
p.s.s enjoy the music
***
Jihoon adalah suami yang selalu menomorsatukan keluarga. Suami dan anak-anaknya adalah hal yang utama. Tapi, adakalanya Jihoon harus menomorduakan suami dan anak-anaknya untuk kepentingan sahabat-sahabatnya. Bros before hoes.
Jadi, disinilah Jihoon saat ini berada, ruang VIP club malam langganannya dan teman-temannya. Jihoon sengaja memesan ruang VIP ini karena masalah yang akan dia dan teman-temannya bahas ini tergolong privasi dan dia tidak ingin informasi ini jatuh ke tangan orang yang tak diinginkan.
Adalah Kim Junkyu yang beberapa waktu lalu datang ke ruang kerjanya dengan senyum menyebalkan seolah dia baru saja memenangkan sebuah lotre dan hendak memamerkannya pada Jihoon. Awalnya Jihoon hendak mengabaikannya tapi si Kim sialan Junkyu itu terus memprovokasinya.
Surprisingly, informasi yang Junkyu sampaikan padanya ternyata cukup mengejutkan baginya. Menurut kesaksian Junkyu, yang, jujur saja, Jihoon yakin dilebih-lebihkan, Jaehyuk dan Haruto bertengkar dan hampir baku hantam di depan ruang kerjanya. Lihat? Informasi itu terlalu berlebihan kan? Bagaimanapun, sulit bagi Jihoon untuk sekedar membayangkan Jaehyuk dan Haruto bertengkar sampai-sampai hampir baku hantam begitu. Karena, setahu Jihoon, selama ini dia mengenal kedua orang itu, mereka itu tidak pernah bertengkar serius seperti itu. Mereka hanya akan meributkan hal-hal tidak penting lalu menertawakan diri masing-masing kemudian. Kedua orang itu sudah mengenal satu sama lain sejak mereka masih memakai popok. Jihoon tahu sekali itu. Jadi, informasi yang diterimanya dari Junkyu yang menggebu-gebu sedikit di luar nalar. Setidaknya, sampai pagi ini Jihoon melihat sendiri kedua orang itu diselimuti aura dingin seolah siap menerkam satu sama lain. Dan hal itu sudah terjadi hampir tiga hari terakhir.
Jadilah, hari ini Jihoon rela meluangkan waktunya untuk mendamaikan kedua temannya yang tengah bertikai. Dengan Junkyu yang merasa perlu untuk turut serta. I mean, malam ini Jihoon yang traktir kan, kapan lagi Junkyu bisa menonton drama pertikaian Jaehyun dan Haruto sambil menyesap martini sampai puas tanpa perlu memikirkan tagihan.
Jaehyuk, menjadi yang pertama datang malam ini. Masih dengan setelan casual dan rambut acak-acakan dia memasuki ruang VIP itu. Membuka jas birunya dan melemparkanya ke sofa di sudut ruangan Jaehyuk kemudian mengambil tempat di hadapan Jihoon, terhalang meja bundar yang dipenuhi botol-botol minuman keras. Junkyu duduk di sisi kanannya tengah menikmati minumannya dengan raut yang menyebalkan menurut Jaehyuk.
"Hari yang berat bung?" Jihoon yang sedari tadi menumpu kepala dengan kedua tangan yang menyatu membuka suara.
"Begitulah, client kesayanganmu membuat ulah. Lagi." Tangan Jaehyuk bergerak menuang sebotol vodka pada dua gelas di hadapannya. Satu untuknya, dan satu untuk hyung di hadapannya. Bagaimanapun, menuangkan minuman bagi yang lebih tua terlebih dahulu adalah bentuk kesopanan hakiki. Jaehyuk menjunjung tinggi kesopanan dalam hubungannya dengan Jihoon, senior sekaligus teman yang dihormatinya. Abaikan Junkyu yang seenaknya minum 'duluan', dia dan Haruto adalah tipe orang yang tidak peduli pada hal-hal trivia seperti ini. Terlebih, sebagai yang tertua diantara mereka berempat, Jihoon juga tidak terlalu peduli.
"Nikmati saja kawan, toh dia tidak buruk. I heard she's kinda good at blowing. Lumayan untuk menghibur 'kepalamu'." Junkyu menyahut di antara sesapannya pada gelas digenggamannya. Dia tahu betul apa yang Jaehyuk maksud dengan 'client kesayangan' yang Jaehyuk bicarakan.
"Nikmati kepalamu! Yang ada kepalaku bisa dipenggal Asahi!"
"Mungkin sebelum itu aku yang akan memenggal kepalamu terlebih dahulu." Haruto, menyahut dari pintu masuk, setengah badannya menyandar pada kusen pintu sebelum melangkah masuk dan mendudukkan diri di satu-satunya kursi kosong di meja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sunshine
أدب الهواةIni, tentang kisah lama yang belum terselesaikan antara Haruto dan Jeongwo. Kisah cinta yang terhenti tanpa kejelasan dan segala kerumitan yang menyertainya. Sepuluh tahun setelah perpisahan pahit, keduanya dipertemukan kembali. Serta, kisah lainnya...