Bab 11; Vacation

149 14 2
                                    

Ini bukan hal mudah asal kalian tahu. Mencoba untuk mencintai sahabatmu sendiri setelah tiga belas tahun bersama. Tapi itu yang Kana lakukan sekarang.

Ia sedang berdiri dengan midi dress bermotif floral di atas jembatan kayu yang menghubungkan pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. Dengan kaca mata hitamnya,  ia memperhatikan Baba meloncat dari sebuah perahu kecil di tengah pulau untuk melakukan scuba diving. Ya, lelaki itu memutuskan untuk menikmati wahana wisata yang di tawari pulau tersebut sendirian, setelah berkali-kali membujuk sang Nona untuk ikut namun selalu di tolak Kana.

Disana, di tengah lautan, Kana melihat Baba beberapa kali melambaikan tangan padanya, yang hanya dibalas senyuman kecil oleh Kana.

Suasana Pulau Tidung pada jam sepuluh pagi ini cukup panas bagi Kana yang terbiasa menghabiskan waktunya di bawah pohon rindang setiap hari. Oleh karena itu, dia pun memutuskan untuk kembali ke villa mereka dan membiarkan Baba melakukan apapun yang pria itu senangi sendirian di tengah laut.

Getar ponsel menyadarkannya dari lamunan singkat tentang bagaimana cara untuk mulai mencintai Baba.

"Halo."
"Na, ini aku."

Karena langsung menjawab ponselnya begitu berdering tadi, Kana lupa untuk melihat dulu siapa orang yang menghubunginya. Seketika dia menyesal sudah mengangkat telepon dari orang diseberang sana.

"Ya." jawabnya singkat berusaha agar suaranya tidak bergetar.

"Aku... Kangen, Na."

Mendengar hal itu, Kana yang awalnya menghadap Baba, memutar tubuhnya membelakangi laki-laki yang sedang asyik diving itu. Kana mengerjapkan matanya beberapa kali. Mengusir bulir-bulir air mata yang ingin jatuh. Menghela napas dengan dalam lalu melepaskannya, Kana menjawab kalimat itu.

"Untuk orang yang yakin banget dengan pilihannya. Kamu ternyata plin plan juga, ya."

"Aku sadar, aku salah. Aku minta maaf, Na. Nggak seharusnya aku memperlakukan kamu kayak gitu," ujar seseorang itu dengan nada menyesal.

"I'm happy now, Jul. Just don't say sorry to me if you don't."

Dengan kalimat terakhirnya, Kana mematikan sambungan telepon tersebut. Sejenak, ia menghela napasnya dalam, untuk mengeluarkan sesak yang sedari tadi ditahannya.

Kana memutar tubuhnya, kembali melanjutkan langkah yang tadi sempat tsrhenti untuk kembali ke penginapan. Dia butuh sesuatu yang dingin untuk menyejukkan badan dan isi kepalanya yang sedang berkecamuk.

******
Kini Kana sedang bersantai di depan kolam renang yang ada di belakang villa tempat ia dan Baba menginap. Kana terlihat begitu hanyut dalam imajinasinya sendiri membuat sketsa desain sebuah gaun. Berkali-kali ia menghapus dan melukis kembali di buku sketsa yang selalu ia bawa kemanapun. Sehingga ia tidak sadar, ketika Baba diam-diam memeluk dan mengecup pipinya dari arah belakang.

Cup!

Tubuh Kana menegang sesaat setelah di kecup Baba. Ia pun menoleh dan langsung memukul tangan Baba yang tengah melingkar di lehernya.

"Aw! Kasar banget sih, calonku," ringis Baba dengan senyum lebar.

"Apaan, sih, Ba. Kaget, tahu!"

"Lagian kamu sih, gemesin banget. Siapa suruh kamu tuh, cantik dari segala sisi. Kan, jadi pengin peluk cium."

Here we go again. Baba dan mulut manisnya. Kana memutar bola matanya mendengar gombalan tersebut.

"Udah, lah. Gak usah gombal. Mau apa?" tanya Kana langsung. Malas sekali ia meladeni sikap Baba yang satu ini.

"Jangan galak-galak, sayang. Liat deh, aku bawa apa buat kamu."

Baba melepaskan rangkulannya dari Kana dan membawa dirinya agar duduk disamping gadis tersebut. Baba menunjukkan sebuah ikan kecil berwarna biru dan merah di dalam sebuah stoples kaca.

"Tadi pas aku diving, aku liat ikan ini. Lucu banget, mirip kita. Jadi, aku ambil deh, terus aku masukin kesini. " Baba menunjuk ikan merah kecil itu dengan telunjuknya ada Kana.

"Ikan ini, mirip banget sama kamu. Mungil, kecil, tapi keras kepala. Juga kuat," Baba menekankan dua kata terakhir itu sembari menatap Kana dari samping.

"Dia kecil, mungil, tapi bisa bertahan hidup di laut. Yang kadang-kadang bisa ada ikan-ikan yang lebih besar yang bisa makan dia. Oh oya, dia juga cerdas. Dia bisa sembunyi di terumbu karang dengan badan semungil ini supaya ikan besar gak bisa makan dia. "

"Itu juga yang aku liat dari kamu. Meskipun kamu kecil, pendek, suka marah-marah, keras kepala. Tapi kamu kuat, cerdas. Kamu bisa ngalahin orang-orang yang anggap kamu cuma ikan kecil dengan kepala kamu yang lebih keras dari batok kelapa ini."

Di akhir kalimatnya, Baba tertawa. Menertawakan Kana yang ada dalam kepalanya. Kana yang sedang menjelma sebagai ikan kecil di dalam stoples ini.

Kana yang mendengarkan hanya tersenyum dan menjatuhkan kepalanya ke pundak Baba. Sembari tersenyum menatap ikan kecil yang dibawa oleh Baba ia berkata, "Mesti banget, ya, habis di puji langsung di kempar ke kerak bumi."

"Hahahaha"

Baba tertawa mendengar ucapan Kana. Walaupun ia sedang mencoba menjadi kekasih bagi Kana. Tetap saja, lelucon sarkas ala pertemanan mereka masih lekat terasa.

"Biar kamu terbangnya nggak ketinggian, Na. Susah aku ngejangkau kamu, nanti. Ini aja udah deket susah di dapat, apalagi kalau makin jauh. Gak dapet nanti. Rugi bandar!"







Plis plis plissss, maafinnn yaaaa.
Ini udah update kok, buat kamu yang kangen pasangam weirdo ini, jangan lupa vote and komen yaaaawww...

I love you guysssss. 

October, 26, 2022.

Kalafana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jomblo PelitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang